Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Friday Ideas-12) UU Tapera Sudah, Kapan Tabungan Kuliah Diwajibkan?

6 Mei 2016   09:47 Diperbarui: 13 Mei 2016   14:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tabungan pendidikan tinggi harus diberlakukan sesegera mungkin, sehingga dalam katakanlah 10 tahun kedepan semua anak sudah memiliki dana dan dijamin oleh pemerintah untuk pendidikan kuliahnya.

Berapa biaya yang dibutuhkan? Well... yang pasti tidak akan setinggi harga rumah, jadi tidak perlu berdebat angka, tetapi langsung logika saja, bila rumah bisa dipaksa mencicil, kenapa pendidikan anak-anak tidak bisa?

  • Katakanlah setiap anak mencicil Rp 1000/hari = Rp 30.000/bulan = Rp 360.000/tahun = dengan bunga investasi 10%/tahun = Rp 8.5juta dalam 12 tahun (bila menabung dari kelas 1SD).
  • Bila menabung diberlakukan sejak lahir, maka Rp 16 juta dalam 17 tahun. Sudah mencukupi, apalagi kalau kedepan kuliah semuanya sudah online/sangat ekonomis.

Itu hasil bila hanya dengan Rp 1000/hari = sebatang rokok!

Kalau masih kurang, tinggal dikalikan saja mau berapa "batang rokok" yang dialihkan menjadi tabungan pendidikan, sesuai kebutuhan biaya kuliah di masa depan.

Padahal konsumsi rokok orang miskin sehari bisa 2pack atau dengan kata lain dengan bunga 10%/tahun, bisa Rp 320 juta dalam 17tahun !!! wow, bisa sekolah ke luar negeri tuh anak, hahaha...

Kesimpulan

Sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak memberlakukan Asuransi/Tabungan Kuliah, semua anak harus diwajibkan mengikutinya sejak lahir, dan bagi yang sekarang sudah sekolah, maka sesuaikan Rp cicilan sesuai jumlah tahun dan Rp yang dibutuhkan saat dia lulus SMU.

10 tahun lagi dunia sudah berbeda, apalagi dengan kecepatan perkembangan teknologi saat ini, badai mesin mekanik telah tiba, satu-satunya "tempat perlindungan" yang aman hanyalah menyiapkan otak kita.

Bila tetap saja berdebat dengan kemungkinan oversupply lulusan sarjana, maka okelah katakanlah dana tabungan pendidikan itu bisa juga diberikan opsi untuk dijadikan modal wirausaha dengan bimbingan koperasi mungkin? Bisa juga untuk sertifikasi/pelatihan teknis lain yang lebih spesifik dan bisa langsung diterapkan di pekerjaan, atau untuk dana berangkat menjadi TKI terdidik ke luar negeri? dst.

Begitu banyak opsi dan kemungkinan setelah lulus SMU/SMK, yang penting dana masa depan itu harus diwajibkan untuk ditabung dari sekarang. Tidak seperti sekarang, lulusan smu/smk sebagian besar galau karena lulus tanpa modal, mereka tidak siap memasuki kehidupan, akhirnya bingung mau apa dan  bekerja sekedarnya dengan gaji UMR, menikah, pusing dengan pengeluaran rumah tangga = masuk lingkaran setan finansial.

Ya ini bukan hanya tabungan pendidikan, tetapi modal untuk anak-anak SMU/SMK memasuki kehidupan dewasanya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun