Dengan adanya BPJS, yang semua gratis tanpa syarat, justru secara tidak langsung mengajarkan pada rakyat, silakan merokok sebanyak-banyaknya, makan lemak sesuka hati, makan gula garam berlimpah, silakan punya anak 7 bahkan 10, semua kami cover, hahaha..
Bila tidak ada pembatasan untuk penyakit yang ditimbulkan karena gaya hidup/sendiri, maka ini bom waktu bagi pemerintah dan rakyatnya sendiri yang sakit-sakitan karena gaya hidup kacau balau.
Sekali lagi mengajarkan hidup sehat disini, tidak bisa hanya himbauan, tetapi harus dengan kebijakan pembatasan, contoh :
- Keluarga Berencana : kita kampanye KB, tapi menggratiskan biaya melahirkan hingga jumlah anak tak terhingga, jelas tidak nyambung bukan? Gratiskan biaya persalinan untuk 2 anak, anak ke 3 dst harus bayar sendiri,bila tidak mampu, maka boleh dicover tapi dianggap hutang yang harus ditagih dan dibayar (daripada sekarang dicover sampai anak berapa pun juga, tidak mendidik rakyat untuk bertanggung jawab).
- Berlakukan sistem berbagi biaya misalnya 50:50 untuk penyakit gaya hidup, misalnya operasi penyempitan pembuluh darah jantung (pasang ring) yang bisa dikatakan karena gaya hidup makan lemak berlebihan, rakyat harus membayar 50% dari tagihan karena mereka harus turut bertanggung jawab atas penyakit yang ditimbulkan sendiri.
- Proritaskan penyakit yang bukan karena gaya hidup, misalnya 20:80 (80% untuk penyakit yang bukan disebabkan gaya hidup/diri sendiri), contoh penyakit jantung bocor pada bayi, jelas tidak adil bukan, bila antrian operasi dipenuhi orang dewasa yang mau operasi pasang ring jantung karena kebanyakan makan enak saat muda, lalu mengorbankan nyawa bayi2 yang sejak lahir sudah sakit?
- Tidak mengcover penyakit akibat rokok,bila pemerintah tetap tidak berani menaikkan harga/cukai rokok seperti yang dibahas di di artikel bagian-2-Pendanaan Instant dengan Cukai Rokok, maka sekalian saja jangan cover penyakit akibat rokok.Â
Selain itu bila tidak diberlakukan seperti ini, dengan dana yang sekarang terbatas dan defisit, justru ketidakadilan yang terjadi :
- Dana tersedot rakyat yang anaknya banyak, padahal di pelosok fasilitas melahirkan masih minim dan rakyat punya anak pertama saja tidak tertangani.
- Dana tersedot untuk perokok dll penyakit gaya hidup, sedangkan bayi, anak-anak, orang dengan penyakit langka, genetik dll diabaikan dan dibiarkan meninggal.Â
- dst.
Hidup memang lucu bagi bukan perokok, sudah kena asapnya, masih harus bayar iuran untuk mengcover orang yang mengasapi hidung kita setiap hari, hahaha.., parahnya saat kita sakit, kita harus pontang panting, karena dana pemerintah sudah habis untuk perokok!
    3. Tiru India dan China dalam Hal Kebijakan Obat Generik Khususnya dan Obat Herbal
India dan China sangat menyadari bahwa penduduk mereka berjumlah sangat banyak dan sebagian besar miskin.
Karena itu mereka melindungi hak rakyatnya untuk sehat dengan membuka seluas-luaskan akses obat generik, bahkan memaksa produsen obat paten untuk memberikan lisensi obat generik.
Intinya, mereka pro rakyat dan paham bahwa kesehatan rakyat adalah modal utama negara untuk maju.
Kita? Malah semua kebalikannya yang dilakukan :
- semua bahan baku obat import (bersyukur sekarang sepertinya sudah mau bikin pabrik bahan baku)
- obat generik dipersulit masuk
- obat generik sebebas-bebasnya dikasih merk dan dijual mahal
- harga obat tidak terkendali dan mahal, sales obat dan praktek komisi berkeliaran didepan mata
- alat2 kesehatan malah dikenakan pajak barang mewah
- obat paten dilindungi, apalagi dengan rencana Pak Jokowi ikut TPP yang salah satu pasalnya tentang perlindungan obat paten
Hebat bukan kita ini? Ternyata kita juga "pro rakyat", pro rakyat asing produsen obat paten, hahaha...Â