Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Friday Ideas-5) Bom Waktu Bernama BPJS Kesehatan - Bagian 2

18 Maret 2016   15:36 Diperbarui: 20 Maret 2016   06:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua terlihat WIN-WIN dan happy ending, lalu kenapa kebijakan kenaikan harga rokok dan cukai ini tidak pernah diambil? Kenapa harga rokok di Indonesia sengaja dibuat murah sekali? Misterius dan sangat aneh bukan? Padahal dengan jumlah batang sedikit, produsen tetap bisa melipatgandakan profit.

Yang terpikir hanya 1, karena kalau konsumsi menurun = kecanduan menurun, padahal kecanduanlah yang membuat orang tetap miskin, bodoh dan minim produktifitas.

Candu adalah penjajahan Sumber Daya Manusia. Apabila SDM tetap miskin dan bodoh, maka Sumber Daya Alam otomatis mudah diambil.

Omong kosong mimpi membangun SDM tanpa kesadaran bahwa infrastruktur kesehatan-pendidikan kita sekarang ini mengenaskan dan rakyatnya hidup terjerat candu.

Koar-koarnya memberantas narkoba, tapi justru candu yang setiap hari di mulut rakyat tetap dilestarikan. Bahkan perjanjian FCTC yang melindungi anak-anak dari rokok, hanya negara kita satu-satunya "alien dari galaxy lain" yang tetap ngotot tidak mau tandatangan, hahaha..

Sebuah quote menarik dari sebuah link berita : "Bahkan, agar warganya tidak sakit, pemerintah singapura menaikkan harga rokok. Jika di Indonesia harganya Rp 18.000 per bungkus, maka di Singapura bisa mencapai 12,5 dolar Singapura atau Rp 120.000"

dengan kata lain, kalau di Indonesia harga rokok sengaja dibuat murah sekali, berarti siapa yang dengan sadar ingin membuat rakyatnya sakit???

Solusi pendanaan kesehatan-pendidikan-lapangan kerja rakyat melalui cukai rokok ini begitu mudah dan nyata, kalau perlu, rakyat memberikan Rp 300/batang (50-100Trilyun/tahun) lagi saja untuk para elit, dengan judul "cukai sistem perpolitikan di Indonesia", hehe

Mudah-mudahan "bonus" dari rakyat tersebut lebih dari cukup untuk membuat para wakil kita berani memutuskan kebijakan cukai ini demi rakyat yang sehat, berpendidikan, punya pekerjaan. Meski tidak sekaligus, setidaknya ada tindakan untuk menerapkannya bertahap.

Bila tetap tidak ada yang berani mengambil kebijakan ini, maka kita perlu heran dan bertanya-tanya, siapa "penjajah" itu sebenarnya?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun