Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gafatar = Melarikan Diri dari Kenyataan?

3 Februari 2016   12:04 Diperbarui: 3 Februari 2016   15:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gafatar, sumber gambar: bintang.com"][/caption]Pertama kali mendengar tentang Gafatar yang pengikutnya sebagian besar adalah orang2 yang menghilang dari keluarganya tanpa pamit maupun kabar sama sekali, kesan pertama bukanlah cuci otak maupun hipnotis, tetapi pelarian diri..

Ya, melarikan diri dari kehidupan sebelumnya..

Mereka lari dari masalah pada kehidupan yang lama, baik masalah keluarga, finansial, dst dan "dijanjikan" kehidupan baru di pelosok kalimantan.

Tempat baru, kesempatan baru, keluarga dan teman baru, kehidupan yang baru..

Pada saat kita kecewa dengan kehidupan sekarang, tawaran ini jelas sangat menggiurkan.

Hal ini bisa dibuktikan dari respon sebagian besar dari mereka yang menolak dipulangkan, meski memang harus didalami kembali kekecewaan apa yang mereka alami di kehidupan sebelumnya.

Kejadian ini membuktikan, bahwa kebutuhan psikologis dan spiritual semakin penting untuk dipenuhi di era modern ini.

Ketika kita hanya mengejar kebutuhan fisik, maka kita kehilangan keseimbangan hidup dan akhirnya mudah terombang ambing dengan ajaran baru, apalagi yang menawarkan solusi instan.

Gafatar memang tidak bisa dibenarkan, karena mereka memecahbelah keluarga dan hidup secara eksklusif yang bisa berimplikasi banyak di masa depan karena eksklusivitas, memudahkan doktrinasi ajaran tertentu, baik spiritual maupun politis (mendirikan negara) dll.

Disaat yang bersamaan kita dihebohkan kembali dengan isu lgbt yang sebenarnya hampir persis dengan Gafatar, keduanya membuat konsep keluarga tercerai berai, baca disini.

Manusia semakin tenggelam di pusaran arus informasi dan teknologi, benar salah semakin kabur, hati nurani digantikan dengan hati mbah google.

Ini benar2 peperangan otak atau pikiran.

Kita semua perlu memastikan bahwa arus informasi yang beredar adalah yang baik, tahu darimana baik? Disanalah fungsi ajaran agama.

Ketika ajaran agama diselewengkan, atau malah baku hantam satu sama lain, maka semua agama akan tergilas habis.

Gafatar, Isis dll adalah peringatan bagi kita semua, apa akibat bila pemerintah dan masyarakat melupakan kebutuhan psikologis dan spiritual rakyatnya.

Ketika negara tidak hadir dan revolusi mental yang ditunggu2 tidak kunjung datang, jangan salahkan rakyat yang merevolusi mental dengan cara masing2, baik benar maupun salah.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun