Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo Buruh, Tunggangan Politik yang Empuk

1 September 2015   11:31 Diperbarui: 1 September 2015   11:37 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Demo Buruh - sumber gambar : www.bbc.com"][/caption]

Hari ini 01 September 2015, buruh akan mengadakan aksi damai demo dengan agenda utama : mengingatkan pemerintah untuk mengatasi ancaman phk massal di saat perekonomian yang lesu.

Tentu ini hak dan boleh dilakukan, meski menurut penulis harusnya tidak perlu dan terkesan ada tujuan lain, kenapa?

1. Biaya Mahal

Diperkiraan 50ribu buruh akan demo, katakanlah minimal uang transport dan makan 20ribu rupiah/orang, maka sudah Rp 1 milyar sendiri. Padahal seperti kita ketahui, tidak mungkin tidak ada bonus untuk buruh yang ikut yang biasanya berkisar Rp 50rb/orang, artinya biaya bisa dobel, triple dan quadruple menjadi 2-5milyar.

2. Tujuan Tidak Jelas 

Tujuan kok mengingatkan, mengingatkan itu bisa melalui media, bisa melalui minta ketemu presiden/menteri, atau ingin demopun, beberapa ratus orang didepan istana cukup untuk mengingatkan. Tujuannya lemah dan tidak jelas alias kabur, poin permintaan itu itu saja, naik gaji dst. Lalu untuk apa demo lagi, bukannya kemarin 01 mei baru saja demo?

3. Momentum Demo

Momentum/waktu demo terkesan dipilih sengaja tanggal 01 supaya persis seperti 01 mei, dan dengan mudah diulang di kemudian hari, jadi entah setahun mau demo berapa kali setiap tanggal 01. Selain itu ada "kebetulan" momentum yang dekat dengan demo di malay yang seakan-akan ingin mulai dikait-kaitkan.

4. Siapa Penggeraknya

Seperti yang kita ketahui bahwa ketua-ketua/penggerak serikat buruh sangat kental berhubungan dengan kelompok2 politik tertentu = mudah dan hampir pasti ada agenda politik di baliknya..

5. Efek yang Justru Makin Negatif

Terbukti bursa saham turun, dollar turun was-was dengan pergerakan buruh. Selain itu sudah jelas, namanya bos sedang kesulitan untuk bertahan dalam krisis dan malas investasi, kok malah demo, itu namanya sudah dikasih hati minta jantung, hehehe..

Kalo mau demo itu harusnya saat ekonomi melejit, itu harus segera demo besar-besaran minta profit sharing sebanyak-banyaknya. Bukan demo saat bos tidak ada duit, bisa dipastikan hasilnya malah kita langsung ditendang.

6. "Boneka" yang Tepat / Tunggangan yang Empuk

Efek krisis ekonomi yang terjadi kali ini memukul kalangan menengah kebawah sehingga mereka mengalami dobel krisis dengan naiknya harga bahan pokok + ancaman PHK. Karena itu kali ini beda dengan 98, bukan mahasiswa yang mudah digerakkan untuk demo, karena mahasiswa dari kalangan menengah keatas dan lebih memahami kenapa krisis, dan salah siapa krisis.

Buruh adalah alat yang paling rentan dan mudah digerakkan di saat-saat ekonomi seperti ini. Mereka tidak memahami kenapa krisis dan diprovokasi sedikit saja langsung ikut bergerak, tanpa memahami bahwa 1 x demo justru efeknya ke ekonomi negatif dan makin membuat hidup mereka sulit.

Karena itu kita semua harus waspada, begitu pula sesama buruh harus saling mengingatkan, untuk bersatu padu bertahan, bukannya mudah diprovokasi, membuat demo dan kehebohan yang tidak perlu dan akhirnya investor kabur = semua menjadi pengangguran, itu namanya membantu lawan membunuh diri sendiri.

Pemerintah sebaiknya segera tanggap atas masalah buruh ini untuk segera difasilitasi dengan pertemuan yang kontinue secara tripartit dengan pengusaha, sehingga bersama-sama dapat sepakat apa yang harus dilakukan untuk bertahan dalam krisis.

Bergerak cepat menciptakan lapangan pekerjaan baru misalnya dengan transmigrasi, pembukaan lahan pertanian, industri galangan kapal, budidaya ikan, TKI, dst.. masih banyak ceruk padat karya yang bisa dilakukan untuk alih pekerjaan yang terpaksa harus diphk karena permintaan memang tidak ada.

Tanpa gerak cepat, isu buruh ini akan bergulir seperti bola salju... apalagi bila bola sengaja dimainkan dan didorong oleh "pihak2 yang masa kecilnya kurang bahagia", hehehe...

Waspada selalu dan tetap berpikir dingin..

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun