Dan karena kondisi ini sudah diprediksi sejak lama, kenapa para pengamat memprediksi akan Rp 10.000 bila Jokowi jadi presiden? Hal ini yang terus dijadikan bahan bully oleh Jokowi haters.
Karena simple saja, justru karena ekonomi 3 tahun terakhir sudah trend menurun, kita butuh memanfaatkan momen pergantian presiden untuk menciptakan sentimen positif. Dan sentimen positif itu mau tidak mau ditujukan ke Jokowi, karena capres hanya 2, dan hanya dia yang wajah baru dan mungkin membawa harapan baru. Prabowo adalah bagian masa lalu, bahkan menantu orba yang membuat orang jadi kuatir kalau rezim orba akan kembali, jelas bukan pilihan yang bagus untuk menciptakan sentimen positif.
Jadi bukan karena alasan Jokowi superman, ataupun karena Prabowo kurang baik. Bukan sama sekali.. Â ini tentang fresh start, new person, new outlook, new hope. Jadi jangan salahkan pengamat dan pasar yang membela Jokowi, lebih baik salahkan Prabowo kok dulunya mau jadi menantu Soeharto, hehehe...
Lalu kenapa rupiah tidak Rp 10.000 setelah Jokowi jadi presiden? Karena itu memang hanya prediksi yang sengaja dihembuskan untuk membawa sentimen positif dan poin yang terpenting adalah sentimen positif itu sudah tercipta ! Dan setelah momen pergantian presiden, selain tekanan global mulai mendera, disinilah Jokowi mulai membuat kesalahan-kesalahan.
Jokowi tidak berhasil mempertahankan sentimen positif pergantian presiden tersebut ! Kabinet kerja diisi oleh orang-orang baru yang hampir tidak dikenali oleh pasar, masalah kpk vs polri, dukungan pada presiden tidak solid karena bukan ketum partai, kebijakan yang terkesan tidak terkoordinasi, kegaduhan politik yang tak kunjung usai (kih, kmp dst)
Pemerintahan dilanda sentimen negatif di awal-awal pemerintahan, dan ketika Jokowi sudah mulai dapat mengatasi keadaan dan sentimen positif mulai pulih di pertengahan tahun 2015, badai faktor global/eksternal kejutan diluar the FED menghantam. Faktor global ini tak terelakan siapapun presidennya, bahkan apapun negaranya, semuanya kena..
Jadi salah siapa donk? Salah semua orang ! hehehe...
1. Salah kondisi global sudah pasti,
2. Salah pemerintahan yang lalu yang penuh "pembiaran" sehingga akhirnya semua impor, ga jelas apa kerjaan menteri2 khususnya kementan saat itu.
3. Salah semua politikus dan rakyat yang juga terlena diam dengan pangan impor yang murah serta subsidi selama bertahun2
4. Salah Jokowi yang minim dukungan sehingga kedodoran di awal pemerintahan.