Mohon tunggu...
Anna Kurniawati
Anna Kurniawati Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Donna Haraway dan Perempuan Masa Kini

22 Juli 2021   09:35 Diperbarui: 22 Juli 2021   09:45 2065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Donna Jeanne Haraway lahir di Irlandia pada 6 September 1944, merupakan tokoh feminis yang terkenal dengan teori Cyborg atau cybernetics organism. Karyanya adalah "The Cyborg Manifesto". Haraway lahir dari keluarga kelas menengah beragama Katolik. Ia memiliki latar belakang pendidikan interdisipliner, dengan studi zoology di Colorado Collage, dengan minor studi filsafat dan sastra Inggris. Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1966. Haraway menyelesaikan pendidikan Doktoralnya dalam bidang biology dari Yale University. Selanjutnya, dia bekerja sebagai asisten Profesor bdalam bidang sejarah ilmu pengetahuan di John Hopkins University. Kemudian dia melanjutkan kariernya dalam bidang history of Conciousness di University of California.

Atikelnya berjudul "The Cyborg Manifesto" yang berisi mengenai sosok yang disebut Cyborg yang tidak bisa didefinisikan sebagai figur biologis seperti manusia atau hewan, laki-laki atau perempuan, tubuh atau pikiran. Figur cyborg merupakan organisme cyber dengan identitas yang cair.

Penelitian Donna Haraway telah menginspirasi para intelektual yang tertarik terhadap tekno-feminisme, internet, dan relasi antara manusia dan teknologi digital. Konsep identitas di era digital jika dibaca dengan pendekatan Cyborg menunjukkan hilangnya batasan identitas individu yang semula dideterminasi secara biologis.Identitas akun digital tak selalu ditentukan oleh sex atau gender biologis pengguna, namun bisa juga oleh preferensi individu atau orientasi sosial pengguna. Seseorang bisa menggunakan lebih dari satu akun, bisa menjadi perempuan atau menjadi laki-laki. Pada saat yang bersamaan, seseorang bisa menjadi banyak karakter dan memberi komentar sesuai karakter tersebut. Akun digital memungkinkan seseorang untuk memiliki banyak identitas sesuai dengan kepentingan pengguna.

Bagi Haraway, manusia saat ini adalah manusia cyborg yang hidup di era digital. Konsep identitas di era digital, jika dibaca dengan pendekatan Cyborg akan menunjukkan hilangnya batasan identitas individu yang semula dideterminasi secara biologis. Manusia pada saat ini akan selalu terhubung dengan internet. Hampir semua kehidupannya akan terhubung dengan akun digital, sehingga batasan identitass individu akan hilang. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa privacy pengguna akan semakin berkurang, karena identitas dan ruang pribadi bisa dilihat oleh banyak orang.

Cyberfeminisme memadukan antara feminisme, budaya teknologi dan media baru.  Cyberfeminisme merujuk pada bagaimana para feminis menggunakan media baru sebagai wahana untuk memberdayakan dan membebaskan diri mereka sendiri dari male dominasi discources. Hampir semua perempuan masa kini terhubung dengan teknologi dan media baru. Teknologi dan media baru bukan hanya milik perempuan bekerja atau perempuan berpendidikan tinggi. Aplikasi teknologi sangat mudah dipelajari sehingga memungkinkan semua perempuan terhubungan dengan media baru. Bahkan di pedalaman suku Badui luar, perempuan Badui luar sudah terhubung dengan teknologi dan media baru. Mereka memiliki akun Facebook atau Instagram yang digunakan untuk bersosialisasi dengan dunia luar maupun sebagai sarana untuk memasarkan produk mereka. Jika perempuan yang hidup di pedalaman saja sangat akrab dengan media sosial, maka bisa dibayangkan bagaimana kehidupan perempuan di perkotaan, hampir setiap detik akan terhubung dengan media sosial.

Cyborg merupakan identitas hybrid antara organisme dan mesin yang ditawarkan oleh Haraway. Ia merupakan feminis sosialis posmodernis yang menulis artikel tentang Cyborg Manifesto: Science, Technology, and socialist feminism in the late twentieth century, diambil dari buku Simian, Cyborg, and Women karya Haraway.

Cyborg menginginkan kesadaran perempuan akan teknologi sebagai bagian diri yang dapat dipertanggungjawabkan. Haraway meyakini jika kesadaran diri dan mesin telah mencapai sesuatu yang intim maka mesin tidak akan mendominasi manusia dan sebaliknya. Pendapat Haraway ini seolah-olah menjadi sebuah utopia, karena pada saat ini mesin dan teknologi telah mendominasi manusia. Kesadaran diri dan mesin telah mencapai keintiman, justru membawa manusia menjadi dikendalikan oleh mesin. Hampir seluruh kehidupan manusia dikendalikan oleh mesin. Pekerjaan rumah seorang perempuan hampir sebagian besar dibantu oleh mesin. Pekerjaan kantor juga hampir semua dikerjakan oleh mesin, meskipun mengetik memakai tangan dan pemikiran otak, namun tetap memalai laptop sebagai sarana untuk menghasilkan tulisan.

Metafora cyborg merupakan hibriditas antara organisme dan mesin yang satu sisi dengan yang lain sulit dipisahkan. Cyborg merupakan sebuah realitas sosial berdasarkan pengalaman perempuan pada akhir abad ke 20. Cyborg telah memecah batasan tradisi politik dan ilmu pengetahuan barat yaitu tradisi rasis, dominasi kapitalisme patriarkhi, tradisi penyesuaian alam sebagai sumber produksi budaya, tradisi reporduksi dari refleksi yang lain.

Mesin merupakan barang yang dianggap hantu pada masa sebelum Cybernetik. Mesin dianggap sebagai produk patriarki oleh kalangan industri modern. Mesin dianggap sebagai benda yang tidak bisa mendesain diri sendiri, benda tak bergerak, tidak otonom dan tidak dapat mencapai impian manusia.

Namun hal tersebut kini berubah, mesin telah dibuat semakin canggih. Haraway mengatakan, mesin terbaik adalah yang terbuat dari sinar matahari yang teridri dari gelombang elektromagnetik, yang portable, mobile dan terdiri dari spektrum. Cyborg menggambarkan progresivitas yang merupakan kerja politik perempuan. Kalangan feminis sosialis Amerika melihat adanya dualisme pikiran dan tubuh, binatang dan mesin, idealisme dan materialisme, praktik soial, formulasi simbol dan asosiasi artefak fisika dengan teknologi tinggi dan sains budaya.

Haraway menggunakan konsep One Dimensional Men untuk menjelaskan dominasi teknologi pada manusia yang menyatu dalam eksistensinya yang disebut tubuh organic yang diimajinasikan. Haraway melihat ketidakwaspadaan manus akan dominasi tersebut.  Cyborg mempunyai beban untuk mengontrol planet, bertahan dalam perang bintang dan mengakhiri pemberian tubuh perempuan dalam dunia maskulin seperti perang. Cyborg menawarkan hidupnya realitas sosial dan tubuh yang didalamnya manusia tidak takut bekerja sama dengan binatang dan mesin, tidak takut pada persoalan identitas temporer dan berdiri pada titik yang kontradiktif.

Identitas terlihat kontradiksi, parsial dan strategis melalui penamaan. Identitas merupakan suatu kesadaran. Bagi seorang perempuan, ekspresi kesadaran ini berada padaa posisi akut. Tak ada jenis kelamin female yang secara natural sebagai perempun. Menjadi jenis kelamin perempuan merupakan sebuah konstruksi, kategori yang komplek dalam perjuangan diskursus pengetahuan seksual dan paktik-praktik sosial lain. Kesadaran gender, ras dan kelas adalah sebuah pencapaian yang dipaksakan ke diri perempuan oleh tatanan patriarki.

Haraway mengutip Chela Sandoval (1984) yang menteorikan model harapan identitas politik perempuan kulit berwarna disebut kesadaran oposisi. Kesadaran ini lahir dari kemampuan membaca jaringan yang menolak keanggotaan stabil dalam kelompok sosial ras, sex dan kelas.

Kesadaran historis menandai penghancuran sistematis tanda Phalagisentris Barat, mengkonstruksi identitas ala Posmodernis. Menurut Hawaray, cyborg feminis tidak menginginkan kesatuan acuan alamiah dan tidak mengkonstruksikannya secara keseluruhan. Ada pandangan yang menganggal perempuan itu innosens dan korban untuk pengetahuan mendasar tentang feminis telah cukup merusak.

Kritik Haraway terhadap sosialis Marxis Feminis adalah penghapusan hal yang tak diharapkan dalam polivokal dan tak dapat diasimilasi. Berbeda dengan radikal feminis yang membuat diskursus dan praktis antikonialisme dapat terlihat. Radikal feminis dapat mengakomodassi semua aktivitas aktivis perempuan yang oleh kalangan sosiali feminis, dinamai bentuk buruh hanya jika aktivitas dapat di seksualisasikan. Namun ada kesamaan antara marxis/sosialis feminis dengan radikal feminis yaitu keduanya sama bergerak dengan  totalitas.

Bagi identitas cyborg menulis adalah kekuatan untuk bertahan bukan berdasarkan orisinal dan kemurnian, tapi disesuaikan dengan ukuran alat yang menandai dunia. Alat tersebut dalam bentuk cerita, penceritaan kembali, tentan herarki dualisme dari identitas natural. Dalam penceritaan tersebut pengarang Cyborg meruntuhkan mitos budaya orisinal barat. Kata Haraway, kita semua telah dijajah oleh mitos tersebut. Phallagosentris adalah cerita krusial bagi feminis cyborg yang dibangun dalam teknologi literal. Teknologi ini terdiri dari bioteknologi dan mikroelektronik yang mentekstualkan tubuh sebagai masalah-masalah kode.

 

Feminis cyborg mempunyai tugas merekam komunikasi dan intelegen untuk meruntuhkan system perintah dan kontrol. Pengetahuan komunikasi dan biologi merupakan konstruksi objek pengetahuan alam-teknologi yang didalamnya perbedaan antara mesin, orgamisne, pikiran, badan, alat merupakan suatu inti. Antara manusia dan mesin tidak saling mendominasi, memiliki posisi yang sama.

Donna Haraway merupakan salah satu tokoh feminis  sosialis yang postmodernis. Pemikirannya telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan teori feminis sosialis dan posmodernis. Cyborg adalah salah satu contoh identitas hybrid yang menghancurkan dikotomi organisme/mesin, laki-laki/perempuan, culture/nature dan lain-lain yang dibangun oleh tradisi phalogosentris budaya Barat.

Batas antara manusia dan bukan manusia sudah tidak dibedakan lagi. Peran manusia telah digantikan oleh mesin. Mesin begitu agresif seolah olah hidup. Manusia begitu mengkhawatirkan, lemah dan malas. Peradaban manusia ini bisa dilibas oleh teknologi (mesin), sementara manusia begitu malas dan lambat. Manusia menggantungkan pada mesin. Manusia telah menjadi budaknya teknologi. Manusia akan menjadi perangkatnya mesin dan kita akan melayani mesin.

Peradaban manusia hari ini adalah peradaban berpusat pada laki-laki atau disebut sebagai  patriarkhi.  Laki-laki dan perempuan ketika bertemu dengan teknologi, memiliki sudut pandang yang berbeda. Haraway memiliki keinginan untuk membongkar gagasan feminis. Kritik Haraway terhadap feminis antara lain pertama, Feminis memandang dan memisahkan secara total laki-laki dan perempuan. Padahal ada laki-laki yang memiliki kualifikasi feminim, dan ada perempuan yang memiliki karakter maskulin. Perempuan terkesan akan eksis jika sebagai lawan laki-laki. Terlalu kaku bermain identitas laki laki dan perempuan. Kedua, feminis hanya berhasil memperjuangkan women worker. Sebelumnya, perempuan tidak boleh terjun dalam ranah pekerjaan, namun feminis berhasil membebaskan perempuan dari ranah domestik ke ranah publik.

Cyber feminis merupakan feminisme dunia cyber hari ini, yaitu gabungan antara feminisme, budaya teknologi dan media baru. Bagaimana feminis memanfaatkan media baru sebagai jalan dari dominasi laki-laki. Peradaban hari bergerak pada di ranah media baru antara lain Instagram, twitter, You Tube, Facebook dsb. Perjuangan feminisme untuk membebaskan diri dari dominasi lakilaki, seharusnya memanfaatkan new media dan memanfaatkan arus teknologi.

Cyborg merupakan gabungan antara mesin dan organisme, dimana dia bisa dibongkar dan dipasang. Perempuan dapat tampil dengan berbagai peran di media baru seperti Facebook, dia bisa mengubah status sedihnya hari ini, menjadi status bahagia di kemudian hari. Bahkan dia bisa menyembunyikan kehidupan yang sebenarnya menjadi kehidupan yang penuh kebahagianan di media sosial. Perempuan bisa memasang foto yang mesra dengan pasangannya, padahal sangat berrbeda dengan kehidupan yang sebenarnya. 

Cyborg juga memiliki karakter realitas sosial sekaligus fiksi. Bagi Haraway, dia lebih memilih menjadi cyborg daripada menjadi seorang Dewi, karena dengan menjadi Cyborg, maka dia bisa menjadi manusia sesuai keinginan dia. Di media sosial, seseorang bisa menjadi karakter sesuai keinginan dia, bahkan dia bisa memiliki banyak akun dengan berbagai karakter. Haraway tidak menginginkan menjadi Dewi karena menjadi seorang Dewi itu berat, dia harus terlihat sempurna dan kuat dengan satu karakter saja.

Cyborg memiliki karakter regenerasi, bulan kelahiran kembali. Perempuan dapat membentuk ulang dunia sehingga tidak ada lagi permasalahan gender, sehingga perlu menciptakan generasi baru.

Haraway berpendapat bahwa dalam cyborg manifesto, teknologi informasi internet dapat berfungsi sebagai "great equalizers" dan dapat digunakan sebagai perberdayakan kelompok terpinggirkan bahkan diseluruh dunia. Melalui media baru, internet dapat mengangkat kehidupan kaum marginal dan kemudia menjadi perhatian orang di seluruh dunia. Penderitaan etnis Rohingnya menjad viral di media baru dan mendapat dukungan dari berbagai belahan dunia adalah karena peran internet. Kasus pemerkosaan seorang mahasiswi di India, yang kemudian viral di media sosial dan menggerakkan massa untuk melakukan demonstrasi adalah karena peran internet.

Bagi Haraway, cyborg merupakan jaringan kerja dimana seluruh aktvitas dan dukungan dari banyak pihak dapat mendorong perempuan untuk belajar dan menggunakan teknologi elektronik sebaik mungkin. Di masa pandemi ini, banyak webinar webinar yang diselenggarakan oleh kaum perempuan dengan mengangkat issu seputar keperempuanan sehingga perempuan dapat meningkatkan kapasitasnya melalui intern.

Hari ini, perempuan dan media baru menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Perempuan telah menghiasi hampir setiap media sosial antara lain Instagram, You Tube, facebook dan bahkan Tik tok. Perempuan tampil dengan berbagai wajah dan penampilan. Namun sayangnya, hal-hal yang ditampilkan perempuan saat ini bukanlah hal yang menunjukkan kualifikasi perempuan dari sisi intelektual. Bahkan ada beberapa perempuan yang menghinakan dirinya dengan mengupload foto-foto yang kurang beretika. Menjadi pekerjaan rumah bagi perempuan hari ini, apakah akan terus menerus berpenampilan di media sosial seperti saat ini, ataukah ke depannya perempuan akan tambil lebih elegan di media sosial?

Konten yang ditampilkan perempuan di media sosial seharusnya lebih bernilai intelektual, bukan hiburan semata. Kalaupun perempuan ingin menampilkan konten hiburan, hendaklah hiburan yang mendidik. Perlu diingat bahwa perempuan ada ibu yang akan menghasilkan generasi dimasa yang akan datang, maka perlu sekali bagi perempuan untuk berkontribusi terhadap konten-konten yang selaras dengan pendidikan. Masa revolusi industri 4.0 ini diperlukan tenaga-tenaga terampil dan berkualitas yang mampu bersaing dengan tenaga terampil dari luar negeri, namun juga bersaing dengan mesin. Dengan tergantikannya tenaga manusia dengan mesin, maka hanya orang-orang yang berkualitas sajalah yang akan dapat bertahan di masa depan.

Adanya pandemi Covid-19 ini mengharuskan anak anak mengikuti pejalaran di sekolah secara daring. Kondisi ini membuat mereka harus bisa mengoperasikan teknologi yang dulu asing dimata mereka. Anak anak masa kini harus bisa mengoperasikan Google Classroom, MS Team, Zoom dan lain sebagainya. Tantangan bagi perempuan sebagai ibu dari generasi hari ini, untuk melek teknologi. Perempuan hari ini dituntut untuk tidak "gagap teknologi", dituntut untuk menjadi manusia dan ibu yang serba bisa mengoperasikan mesin masa kini.

Jika dia adalah seorang perempuan bekerja, maka dia harus mampu menggunakan membagi waktunya dengan sangat baik, membagi peran publik dan domestik. Bekerja dengan meninggalkan anak anak dirumah bersama teknologi baru tentu merupakan sebuah kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu menjadi tantangan perempuan masa kini agar berkolaborasi untuk menciptakan konten yang mendidik dan ramah anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun