Mohon tunggu...
Andriana Kumalasari
Andriana Kumalasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswa, komentator, kontributor.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mahasiswa Enggak Sopan!

9 Juli 2017   22:17 Diperbarui: 14 Juli 2017   09:19 13212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohon maaf, Bapak Ibu Anggota DPR RI.
Saya memang nggak sopan!

Saya bukan siapa-siapa. Bukan dari keluarga pebisnis tersohor. Bukan juga anak pejabat.

Saya juga belum jadi siapa-siapa. Kuliah saya belum tamat, indeksnya juga biasa-biasa saja. Saya nggak punya pekerjaan, masih numpang sama orang tua.

Jadi, seharusnya saya nggak boleh protes apalagi sampai marah-marah.

Saya harusnya diam aja. Saya harusnya percaya saja ya sama Bapak Fahri Hamzah yang terhormat ketika Bapak bilang kasus korupsi KTP-el cuma kebohongan KPK. Bapak kan orang nomor 2 di dewan PERWAKILAN RAKYAT, Bapak wakilnya saya juga, harusnya saya percaya sama Bapak. [1]

Harusnya saya percaya saja ketika DPR RI membentuk pansus KPK dengan alasan investigasi. Walaupun anggotanya adalah orang-orang terduga korupsi, tapi kan mereka juga warga negara. Apalagi mereka itu perwakilan rakyat, nggak seperti saya yang orang biasa ini. Jadi harusnya saya menurut sama Bapak Masinton Pasaribu. Saya nggak boleh kejam-kejam amat sama mereka. [2] [3]

Mereka kan cuma lelah mengabdi sama rakyat, makanya minta sedikit tambahan dari uang rakyat nggak apa-apa kan? Lagipula saya memprotes apa sih, yang bayar pajak kan bukan saya, tapi orangtua saya. KTP-el saya pun ada dan prosesnya cepat. Saya kan tinggal di ibukota, jadi KTP-el saya cepat diurus, nggak seperti teman-teman saya di daerah. Harusnya saya nggak usah berlagak jadi korban korupsi segala.

Kejam amat sih saya. Walaupun terduga korupsi, mereka kan masih perwakilan rakyat. Boleh dong mereka menggunakan posisi mereka untuk balik menginvestigasi KPK. Jadi harusnya nggak masalah mereka jadi anggota pansus.

Saya juga seharusnya nggak usah sok-sok ngajak Bapak Ibu buat keluar menemui massa aksi segala. Seharusnya saya bersyukur diundang ke dalam ruangan Bapak Ibu yang dingin dan berkursi empuk. Walaupun untuk menemui rakyat, kalau keluar nanti saya bikin Bapak Ibu wakil rakyat yang terhormat kepanasan, kan keterlaluan namanya.

Saya seharusnya nggak ikut masuk ke ruang sidang sama kawan-kawan saya. Nggak ikut minta Bapak Ibu keluar menemui massa aksi, sampai mengancam akan melakukan publikasi media segala. Saya harusnya tahu diri, siapa sih yang mau percaya sama saya?

Saya lah yang seharusnya percaya dan ikut manut aja sama kalimat-kalimat Bapak Ibu yang terhormat kala itu di dalam ruangan. Walaupun diputar-putar, saya seharusnya percaya kalau itu adalah bagian dari penjelasan. Saya kan harusnya mendengarkan dan mengangguk-angguk setuju.

Mohon maaf, Bapak Ibu wakil rakyat yang terhormat. Saya dan teman-teman saya memang pantas diusir dari ruang sidang tersebut. Kami telah mengganggu waktu Anda yang berharga. Telah memaksa Anda keluar dari singgasana mewah menuju atap langit dan lantai aspal.

Kami betul-betul nggak sopan!

Tapi sesungguhnya, saya lebih suka menjadi nggak sopan dibandingkan menjadi anak baik yang seharusnya. Dan sepertinya, saya akan dengan terus menjadi nggak sopan, mohon maaf.

Ana,
Mahasiswa Nggak Sopan.

---

[1] republika online dan cuplikan berita lainnya.
[2] Full Video Debat Mahasiswa DPR
[3] Peduli KPK

Tulisan ini juga dapat diakses di:
LINE Timeline | Medium  | Blogger 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun