Mohon tunggu...
Lyfe

Cerita dibalik Banjir Cisadane

8 Februari 2016   21:04 Diperbarui: 8 Februari 2016   21:26 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ribuan tahun yang lalu terjadi sebuah kejadian yang dipercayai oleh warga sekitar merupakan asal usul terjadinya banjir besar yang terjadi di Sungai Cisadane. Masyarakat percaya bahwa terdapat dua ekor ular yang menunggu di sungai tersebut. Naga, merupakan ular pertama (kakak) menurut kepercayaan masyarakat, Naga ialah calon  penguasa  pesisir  laut  utara  tanah  Jawa  Barat,  tepatnya  di  kawasan  pesisir  pantai  Teluk  Naga,  Kabupaten  Tangerang, lalu Gede, ular kedua (adik) yang dipercaya calon  penguasa  Gunung  Gede.

Cerita ini berawal dari kisah mereka yang mendapat tugas dari Dewa Ananta (ular) untuk menjaga aliran di Sungai Cisadane, tetapi mereka harus melewati beberapa tahap untuk menambah ilmu kesaktian mereka yaitu dengan cara bertapa selama seribu tahun. Hal ini bukanlah hal yang mudah untuk Naga dan Gede sebab pada saat mereka menguji kemampuan mereka masing masing, bencana alam seperti longsor dan banjir terjadi. Mereka tidak boleh semena-mena mengeluarkan kemampuan mereka, tetapi suatu hari setelah perpisahan yang terjadi diantara mereka, Gede merasakan rindu yang amat sangat kepada sang kakak Naga, Gede meminta permohonan kepada Dewa Ananta untuk menemui kakaknya di Sungai Cisadane dan Dewa Ananta pun mengabulkan permintaan tersebut tertapi dengan satu syarat, yaitu hanya sampai ayam berkokok, awalnya hal tersebut diiyakan oleh Gede, kenyataannya Gede melanggar dan terjadilah banjir besar yang melanda Kota Tangerang pada saat itu.

Siapa yang tidak membenci salah satu bencana alam tersebut, pasti semua orang tidak suka banjir tetapi warga sekitar memaklumi kejadian yang disebabkan oleh kedua ular penjaga Sungai Cisadane.

 

Nilai Moral :

Pada saat Naga dan Gede saling menjaga satu sama lain pada saat mereka melakukan semedi dan tidak saling bersombongan dengan ilmu yang mereka miliki.

Nilai Agama :

Saat Gede dan Naga melakukan semedi di  kaki  Gunung  Gede,  Bogor,  Jawa  Barat. Semedi merupakan kegiatan berseraah diri kepada sang pencipta dengan cara menjauhkan diri dari keramaian dan berdiam di tempat yang sunyi.

Nilai Budaya :

Dalam cerita asli tersebut masyarakat sudah mempercayai bahwa sungai tersebut ada penunggunya atau bias dibilang juru kunci, dan  masyarakat percaya bahwa kejadian tersebut benar terjadi karena pertemuan kedua ular. Hal tersebut menurutu saya merupakan nilau budaya karena sudah menjadi makanan pokok warga sekitar.

 

Sumber / cerita asli

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun