Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dapur Cinta Kasih Warnai Event Bakar Tongkang Bagansiapiapi

19 Juli 2023   17:02 Diperbarui: 20 Juli 2023   00:05 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur Umum Ce Kong Thua | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)

Seorang sepupu pernah memberi saran, "Kalau mau pulkam, sebaiknya jangan bertepatan dengan go ge cap lak, kecuali jika tujuanmu adalah menyaksikan event bakar tongkang."

Ia menjelaskan bahwa industri kuliner di Bagansiapiapi belum sepenuhnya siap untuk menyambut wisatawan yang membludak pada event besar seperti bakar tongkang. "Biasanya susah cari makanan," katanya.

Maka, saat Bie Lei mengajak pulkam bersama teman-teman sekolah, pertanyaan pertama saya adalah, "Susah gak, cari makanan?"

Dengan santai Bie Lei menjawab, "Tenang saja. Nanti kita makan gratis di kelenteng. Beberapa kelenteng membuat dapur umum tahun ini. Ada yang tanggal 30 Juni--4 Juli, ada yang tanggal 2--4 Juli."

Seperti apa rasanya makan di dapur umum? Inilah pengalaman kami.

Naik Becak Menuju Kelenteng Ce Kong Thua

Naik becak, menikmati pemandangan Bagansiapiapi di Malam Hari | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Naik becak, menikmati pemandangan Bagansiapiapi di Malam Hari | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Kami tiba di Bagansiapiapi pada tanggal 1 Juli 2023 ketika sore mulai berganti senja. Memeriahkan event bakar tongkang, ada komunitas yang mengoordinasi ratusan becak hias untuk mengantar para wisatawan menikmati pemandangan Bagansiapiapi di malam hari.

Bie Lei mengusahakan beberapa becak untuk rombongan kami. Kapasitas penumpang becak bervariasi dari 2 orang hingga 5 orang, tergantung ukuran dan desain becak serta ukuran tubuh penumpang.

Semua becak diberi nomor. Kepada calon penumpang, dibagikan kartu bertuliskan nomor becak yang akan ditumpangi.

Saya dan suami mendapat becak dengan kapasitas 2 orang. Dari depan hotel Lion di Jalan Mawar, abang becak membawa kami menuju kelenteng Ce Kong Thua di Jalan Perniagaan.

Dapur Umum Ce Kong Thua | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Dapur Umum Ce Kong Thua | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)


Dapur Umum Rasa Food Court

Becak kami berhenti di pinggir jalan di seberang kelenteng. Hiruk pikuk suara motor dan klakson mobil ditingkahi teriakan petugas parkir yang berusaha mengatur ketertiban lalu lintas.

Sebelum memasuki pelataran kelenteng yang malam itu tampil laksana food court, suami saya sempat menjepretkan kamera ke arah papan selamat datang.

Pelataran kelenteng Ce Kong Thua tampil laksana food court | Foto: Tangkapan layar video Neo-Geo
Pelataran kelenteng Ce Kong Thua tampil laksana food court | Foto: Tangkapan layar video Neo-Geo

Meja-meja panjang disusun rapi di pelataran kelenteng, lengkap dengan kursi-kursinya. Para wisatawan yang telah selesai berkeliling kota naik becak, mulai berdatangan.

Saya terkesan dengan sebuah spanduk yang mengimbau pengunjung untuk mengambil makanan secukupnya. "Sumber makanan bukan milik kita sendiri, melainkan milik kita bersama untuk kehidupan yang lebih indah. Tuhan memberkati." 

Meja prasmanan Dapur Umum Ce Kong Thua | Foto: FB Kuswanto Ong Hai Thuan
Meja prasmanan Dapur Umum Ce Kong Thua | Foto: FB Kuswanto Ong Hai Thuan

Beralih ke meja sajian, saya kembali terpukau. Makanan yang disajikan di meja prasmanan, sungguh memperhatikan kebutuhan gizi seimbang.

Ada karbohidrat dalam nasi, protein dalam udang dan ayam, serat dan vitamin dalam sayuran, dilengkapi air minum botolan.

Tidak hanya itu, para pengunjung juga diingatkan untuk menjaga kebersihan. Imbauan untuk membuang sampah serta meletakkan piring dan sendok pada tempatnya, tertempel pada setiap tiang.

Imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Imbauan untuk membuang sampah pada tempatnya | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Seorang warga senior yang tidak mau disebutkan namanya bercerita bahwa beberapa kelenteng menyelenggarakan dapur umum sebagai solusi bagi para wisatawan yang kesulitan mencari makanan. Selain Ce Kong Thua, Kelenteng Kwan Te Thua juga melakukan hal yang sama.

Dapur Umum Kwan Te Thua | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)
Dapur Umum Kwan Te Thua | Foto: Hendro Lukman (Dokumentasi pribadi)


Ia bercerita bahwa mayoritas pemilik restoran di Bagansiapiapi turun tangan sendiri melayani pembeli. Kalaupun memiliki pegawai, kebanyakan sebagai pelayan dan tenaga kebersihan. Untuk memasak, tetap dilakukan sendiri oleh sang pemilik.

"Ada beberapa pemilik restoran yang memilih menutup usahanya selama event bakar tongkang berlangsung, karena khawatir tidak sanggup melayani pembeli sehingga malah mengecewakan." pungkasnya.

Saya dan suami sempat menikmati makan malam di Dapur Umum Ce Kong Thua dan makan siang di Dapur Umum Kwan Te Thua. Kami menyebutnya Dapur Cinta Kasih. Ya, bagi kami, kedua dapur umum tersebut adalah tanda cinta kasih para pengurusnya terhadap kami para wisatawan.

Kami berdoa semoga para donatur, para pengurus dan semua relawan yang turut mengambil bagian dalam penyelenggaraan dapur umum tersebut, senantiasa diberkati dengan kesehatan, kebahagiaan, dan rezeki berlimpah. 

19 Juli 2023

Siska Dewi

Anak Bagan yang kini terdampar di tengah belantara kota Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun