Dari Kupang, Ignas berangkat ke Atambua. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 7,5 jam. Keesokan harinya, dia langsung diantar ke Besikama.
Sampai di lokasi, Ignas baru mengerti. Ada banjir bandang di sungai Benenain. Sungai ini merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Pulau Timor bagian barat.
Panjang sungai Benenain sekitar 132 Km. Hulu sungai berasal dari Gunung Mutis dan mengalir ke tenggara bermuara ke Laut Timor dekat Besikama. [2]
Menyusul banjir bandang, datanglah wabah kolera. Tidak ada waktu jeda. Ignas langsung berjibaku dengan kondisi yang belum pernah dia alami saat bertugas di Jakarta.
Sebagian besar masyarakat Besikama berprofesi sebagai petani dan peternak. Ada banyak rumah berbentuk rumah panggung di sana.
Karena fasilitas yang sangat minim, infus pasien terpaksa dilakukan di mana saja asal ada tempat kering. Entah di beranda rumah, atau di bawah pohon.
Saat infus dilakukan di bawah pohon, botol infus digantung di pohon. Jika infus dilakukan di beranda rumah, maka harus siap dengan pemandangan hewan ternak di kolong rumah yang menengadah minta makanan.
Setelah tiga bulan Ignas bertugas, wabah kolera selesai. Dia mulai berusaha mengenali geografi wilayah. Ignas melakukan perjalanan dengan naik motor, jalan kaki, menyeberang sungai, hingga naik ke bukit.
Awalnya, Ignas melayani 24.000 warga masyarakat di 1 Kecamatan. Dengan semakin banyak dokter yang selesai masa tugas PTT dan belum mendapat dokter pengganti, cakupan wilayah tugas Ignas terus bertambah.
Dari 1 Kecamatan, ia kemudian melayani 2 Kecamatan, 3 Kecamatan, hingga akhirnya menjadi 8 Kecamatan. Cakupan wilayahnya dari Malaka Barat, Malaka Tengah, hingga area pemekaran Malaka Barat bernama Biudukfoho.
Di daerah tugas Ignas, ada satu area yang dikenal sebagai daerah yang jarang dikunjungi pada saat itu. Ini adalah area segitiga antara 3 kabupaten dengan suku yang berbeda yaitu suku Tetun dan suku Dawan dengan bahasa dan budaya yang sama sekali beda.
Saat mendengar Ignas hendak mengunjungi mereka, para Kepala Suku dan Adat antusias menunggunya sejak pagi. Ignas yang berjalan kaki, naik gunung serta menyeberang sungai, baru tiba di lokasi menjelang pukul 2 siang.