June McNicholas, seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam hubungan manusia-hewan peliharaan dan efek dari hubungan tersebut pada kesejahteraan fisik dan psikologis pemilik, sebagaimana dikutip dari The Guardian mengatakan: [12]
“Merawat hewan peliharaan dan merawat diri saling terkait.
Saat Anda mengajak anjing jalan-jalan, orang-orang berbicara dengan Anda. Itu mungkin satu-satunya kontak sosial yang dimiliki orang yang terisolasi sepanjang hari.
Jika Anda memiliki kucing, Anda dapat mengobrol sambil berdiri di lorong makanan kucing di pasar swalayan, memutuskan merek mana yang akan dibeli.
Ketika pemilik hewan membeli makanan hewan, mereka cenderung membeli makanan untuk diri sendiri juga.
Ketika mereka memberi makan hewan peliharaan, mereka akan duduk untuk makan juga.
Penyandang disabilitas sering menganggap orang sehat merasa canggung dengan mereka. Memiliki anjing membantu mereka meruntuhkan penghalang dan memungkinkan interaksi yang lebih nyaman dan alami.”
Melibatkan anak-anak dalam merawat hewan peliharaan dapat meningkatkan keterikatan mereka dengan hewan peliharaan. Pada gilirannya, hal ini membawa hasil positif seperti agresi yang berkurang, kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik. [13]
Kelima, Memelihara Hewan Merupakan Dukungan Jangka Panjang bagi Orang dengan Gangguan Kesehatan Mental
Sebuah penelitian yang dipublikasikan BMC Psychiatry mengeksplorasi peran hewan peliharaan dalam jejaring sosial. Partisipan terdiri dari 54 orang yang terdiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental jangka panjang.
Penelitian tersebut menemukan bahwa hewan peliharaan memberikan keamanan ontologis, yakni keamanan akan identitas diri, dengan memberikan rasa keteraturan dan kontinuitas pada pengalaman partisipan. Melalui hubungan dekat ini, partisipan menemukan makna kehidupan.
Hewan peliharaan memberikan bentuk penerimaan bagi pemiliknya. Partisipan menganggap bahwa dengan melakukan tugas-tugas sebagai pemilik hewan peliharaan yang bertanggung jawab, berdampak positif pada cara orang lain memandang mereka. [14]
Sistem Oksitosin
Melansir Johns Hopkins Medicine, penelitian menunjukkan bahwa hanya dengan mengelus anjing dapat menurunkan hormon stres kortisol. Sementara, interaksi sosial antara manusia dan anjing dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin (hormon yang sama yang ‘mengikat’ ibu dengan bayi).
Sebuah survei menemukan, 84% pasien gangguan stres pascatrauma yang ditemani anjing penjaga melaporkan penurunan gejala yang signifikan, dan 40% mampu mengurangi kebutuhan akan obat. [15]
Oksitosin menyebabkan banyak perubahan fisiologis, termasuk memperlambat detak jantung dan pernapasan, menurunkan tekanan darah, menghambat stres hormon, serta menciptakan rasa tenang, nyaman dan fokus.
Menurut The Guardian, ada alasan lain mengapa memiliki hewan peliharaan baik untuk kesehatan mental. Selain membantu mengurangi stres, kecemasan, depresi, dan kesepian, berolahraga bersama anjing memiliki banyak manfaat.
Jalan-jalan setiap hari di luar ruangan meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional. Melempar tongkat, mengambil bola – bahkan menyendok kotoran anjing – merupakan olahraga yang menyehatkan. [12]