Jadi, bersabarlah hingga anak-anak Anda berusia satu tahun jika ingin memberikan madu atau makanan yang mengandung madu kepada mereka.
Kedua, Telur Setengah Matang
2]
Telur adalah makanan pertama yang baik untuk bayi. Selain merupakan sumber protein yang sangat baik, telur mudah dikunyah oleh bayi, dan mudah disiapkan oleh orangtua. [Anda dapat membuat telur orak-arik, pure telur, telur dadar, atau chawan mushi (telur kukus khas Jepang). Yang terpenting adalah memastikan telur dalam potongan kecil yang lembut. Potongan besar bisa berisiko bayi tersedak.
Sebuah penelitian yang dirilis oleh American College of Allergy, Asthma, and Immunology menemukan bahwa memperkenalkan telur lebih awal kepada bayi, kemudian memberikannya secara konsisten, dapat mengurangi risiko alergi telur pada anak usia 1 hingga 6 tahun. [3]
Perlu diperhatikan bahwa telur untuk MPASI hendaklah dimasak hingga matang. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengingatkan agar tidak memberikan telur setengah matang kepada anak sebelum berusia 5 tahun. Balita memiliki risiko infeksi salmonella yang lebih tinggi. [4]
Ketiga, Susu Sapi
Susu sapi dikenal sebagi pelengkap nutrisi harian. Susu sapi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau melalui proses sterilisasi, misalnya di-pasteurisasi atau UHT.
The Dietary Guidelines for Americans menyebutkan susu sapi hanya dapat diberikan setelah anak berusia 1 tahun. Pemberian susu sapi kepada anak di bawah usia 12 bulan berisiko membuatnya mengalami pendarahan usus. Selain itu, juga memberinya terlalu banyak protein dan mineral yang dapat ditangani oleh ginjal. [5]
Konsumsi susu sapi dan susu alternatif oleh anak-anak berusia 12 hingga 23 bulan dibatasi hanya 1 hingga 2 cangkir setara susu sehari. Ini sudah termasuk susu sapi, yogurt, keju, minuman kedelai, dan yogurt berbasis kedelai.
Terlalu banyak minum susu sapi membuat anak merasa kenyang sehingga mengurangi asupan makanan lain yang mengandung nutrisi penting. Beberapa ahli mengatakan bahwa terlalu banyak mengonsumsi susu sapi dapat mempersulit tubuh anak menyerap zat besi dari makanan.
Keempat, Gula
Secara naluri, bayi dan balita memiliki preferensi bawaan untuk memilih makanan dengan rasa manis. Namun, Konsumsi gula secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan risiko obesitas, tekanan darah tinggi, dan karies gigi. [6]
Oleh karena itu, bayi perlu diberi cukup waktu untuk mengembangkan selera terhadap makanan yang tidak mengandung tambahan gula. Disarankan agar sama sekali tidak memberikan makanan dengan tambahan gula dan pemanis hingga anak berusia 1 tahun.
Anda dapat mempertimbangkan untuk menunda pemberian tambahan gula dalam makanan bayi hingga usia 2 tahun. Paparan gula secara dini dan sering dapat mengurangi keragaman makanan yang disukai anak dan meningkatkan risiko obesitas serta diabetes tipe 2 yang berdampak negatif pada kesehatan kardiovaskular. [7]
Menghindari tambahan gula dan pemanis saat mulai mengenal MPASI, dapat membantu bayi dan balita belajar menyukai rasa gurih serta makanan utuh yang manis alami seperti buah dan sayuran.Â