Tahukah Anda bahwa setiap tanggal 1 Agustus diperingati sebagai Hari ASI Sedunia, dan setiap tanggal 1-7 Agustus diperingati sebagai Pekan ASI Sedunia?
Aliansi Dunia untuk Aksi Menyusui (WABA) adalah jaringan global individu dan organisasi yang berdedikasi memberi perlindungan, promosi dan dukungan menyusui di seluruh dunia. Setiap tahun, WABA mengoordinasikan dan menyelenggarakan Pekan ASI Sedunia (WBW) antara 1-7 Agustus.
Sejak 2016, WABA telah menyelaraskan kampanye WBW dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka menyebutnya Kampanye WBW-SDGs. [1]
Pekan ASI Sedunia (WBW) 2022
WBW tahun 2022 mengambil tema 'Step Up for Breastfeeding: Educate and Support' (Langkah untuk Menyusui: Edukasi dan Dukungan). Ada empat tujuan WBW 2022.
Pertama, menginformasikan kepada masyarakat tentang peran mereka dalam memperkuat dukungan untuk menyusui.
Kedua, mengampanyekan menyusui sebagai bagian dari nutrisi yang baik, ketahanan pangan dan pengurangan ketidaksetaraan.
Ketiga, terlibat dengan individu dan organisasi yang memberikan dukungan untuk menyusui.
Keempat, tindakan penguatan kapasitas peran dan sistem untuk perubahan transformasional.
Persiapan Menyusui Dimulai Sejak Masa Kehamilan
Calon orangtua perlu mendapat edukasi tentang pentingnya menyusui serta manfaatnya bagi kesehatan, sosial dan ekonomi. Ibu hamil dan pasangannya perlu mendapat jawaban atas kekhawatiran mereka tentang menyusui, mitos, dan kepercayaan yang salah.
Melansir La Leche League Canada (LLLC), tubuh Anda tahu apa yang harus dilakukan. Laktasi (produksi ASI) secara alami mengikuti kehamilan. Hormon yang diproduksi selama kehamilan mempersiapkan payudara untuk membuat susu setelah bayi Anda lahir. [2]
Beberapa ibu hamil mungkin melihat kolostrum (susu pertama) menetes dari payudara pada trimester ketiga kehamilan. Anda tidak perlu panik jika hal ini terjadi.
Meskipun kolostrum sudah keluar sebelum melahirkan, jangan khawatir kehabisan ASI. Cairan ini akan terus diproduksi, bahkan semakin banyak setelah bayi lahir. [3]
ASI Eksklusif Selama Enam Bulan
WHO dan UNICEF merekomendasikan agar bayi mulai menyusui dalam satu jam pertama kelahiran dan disusui secara eksklusif selama 6 (enam) bulan pertama kehidupan. Artinya, tidak ada makanan atau cairan lain yang diberikan, termasuk air. [4]
Indonesia mengadopsi rekomendasi pemberian ASI eksklusif  selama 6 (enam) bulan tersebut dalam Undang-Undang (UU) nomor 36 tahun 2009 pasal 128 ayat (1) dan dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012.Â
Kontak Kulit ke Kulit dan Inisiasi Menyusui Dini
Bayi yang melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibunya sangat jarang menangis dalam satu atau dua jam pertama kehidupannya, lebih kecil kemungkinan suhunya turun, dan akan bermanuver ke puting susu ibunya untuk mulai mengisap. [5]
Agar bayi dapat mengisap secara efektif, ia perlu menarik puting susu Anda jauh ke belakang ke dalam mulutnya. Bayi dapat menyusu secara efektif dengan berbagai macam bentuk puting.Â
Jika puting Anda kurang menonjol, Anda mungkin perlu bekerja sama dengan bayi untuk mendapatkan pelekatan yang baik. Sepanjang areola Anda dapat masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi, hal ini tidak akan menjadi masalah.
Areola adalah area melingkar di bagian tengah payudara yang berwarna lebih gelap dan mengelilingi puting susu. Ia memiliki kelenjar yang berfungsi melumasi kulit payudara serta melindungi puting dan kulit dari lecet saat menyusui.
Mintalah pada suster melihat apakah mulut bayi sudah melekat sempurna pada payudara Anda. Jika belum, Anda dapat memintanya untuk mengajarkan posisi menyusui yang tepat. Yang paling penting, Anda dan bayi merasa nyaman dengan posisi menyusui tersebut.
Jika ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan
Perlu disadari bahwa setiap orang adalah unik. Ada ibu yang sudah mengeluarkan ASI pada hari pertama setelah persalinan, namun ada juga yang memerlukan waktu lebih lama.
Bagaimana jika ASI tidak juga keluar sementara bayi Anda terus menangis seperti kelaparan? Jangan panik atau merasa bersalah. Tanyakan kepada dokter untuk memastikan bayi Anda masih dalam keadaan sehat.
Hal di atas terjadi pada putri saya. Hingga hari kedua setelah melahirkan, ASI-nya belum keluar dengan lancar. Melihat anaknya menangis kelaparan, ia meminta izin dari pihak rumah sakit agar dapat memberikan susu formula khusus bayi baru lahir untuk sementara.
Putri saya menandatangani surat pernyataan bahwa bayinya tidak diberikan ASI eksklusif atas permintaan dirinya sebagai ibu. Dia juga berjanji bahwa segera setelah ASI keluar dengan lancar, bayinya akan diberi ASI eksklusif.
Ia juga tetap membiarkan bayi menyusu langsung. Ia percaya isapan mulut bayi merupakan stimulasi terbaik agar ASI lekas diproduksi oleh payudara.Â
Terlepas dari ASI yang belum keluar dengan lancar, ia berusaha memberikan ASI sesering mungkin, terutama jika anaknya memperlihatkan tanda lapar. Pada hari kelima, ASI sudah mengalir dengan lancar sehingga ia dapat memberikan ASI eksklusif.
Putri saya mengatakan bahwa selain membiarkan bayinya menyusu langsung, ia memperbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan sehat. Ia juga berusaha meregulasi emosi agar tidak stres.
Wasana Kata
Tidak ada ibu yang tidak ingin memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya. Namun, tidak semua ibu mampu menghasilkan ASI yang cukup untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu, ada juga ibu yang tidak dapat menyusui karena kondisi kesehatan tertentu.
Alangkah bijaknya jika kita tidak menambah beban mereka dengan sikap atau kata-kata. Sebaliknya, empati yang kita tunjukkan akan dapat meringankan stres yang mereka rasakan.
Dr. Grantly Dick-Read, seorang dokter kandungan dari Inggris yang mengadvokasi persalinan normal, pernah berkata bahwa bayi yang baru lahir hanya memiliki tiga tuntutan, yakni: kehangatan pelukan, makanan dari payudara, dan rasa aman ketika mengetahui kehadiran ibunya. Menyusui memenuhi ketiga tuntutan tersebut. [6] Â
Selamat memperingati Pekan ASI Sedunia bagi para pejuang ASI eksklusif di mana pun berada.
Jakarta, 01 Agustus 2022
Siska Dewi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI