Dalam bidang kesehatan, beliau ikut memberi dukungan ketika dr. Raden Mas Pratomo hendak mendirikan rumah sakit yang kini dikenal sebagai RSUD dr. RM. Pratomo. Selain itu, beliau juga ikut membangun Panti Sosial di Jalan Batu Hampar.
Masih berhubungan dengan kesehatan, Oei Hi Tam merelakan sebidang tanah miliknya di Jalan Siak digunakan untuk membangun water leading sebagai sarana pengadaan air bersih bagi masyarakat.
Dalam bidang keuangan, pada tanggal 14 September 1915, Oei Hi Tam bersama beberapa tokoh Tionghoa dan Melayu sepakat mendirikan asosiasi Bank Bagan Madjoe. Asosiasi ini bertujuan memberikan kredit dengan bunga rendah kepada para nelayan.Â
Setelah mendapat dukungan modal dari pemerintah Hindia Belanda, Bank Bagan Madjoe resmi beroperasi dengan nama De VisscherijBank Bagan Madjoe pada tanggal 1 Februari 1917. [6] Bank Bagan Madjoe kemudian menjadi cabang ke-2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Indonesia pada masa kemerdekaan.
Dalam bidang kerohanian, Oei Hi Tam ikut merehabilitasi Kelenteng Ing Hok Kiong. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1823 dan merupakan pusat keagamaan umat Kong Hu Cu di Bagansiapiapi. [7]
Peringatan 100 Tahun Wafatnya Oei Hi Tam
Pada tahun 1920, istana milik Oei Hi Tam terbakar hebat hingga mengalami kerugian senilai 4 juta gulden. Oei Hi Tam bersama keluarganya lalu pindah ke tua chu yang kini dikenal dengan nama Rumah Kapitan hingga meninggal pada tahun 1922.
Selain nama Oey I tam, Oei Koen Poey [4], dan Wee Koom Poy [2], ada juga catatan yang menyebut namanya sebagai Wee Hee Hoon seperti pada kutipan iklan dukacita di bawah ini.
Dari tanggal wafat, atribut Kapitan Tionghoa dan usia, dapat disimpulkan bahwa kutipan di atas merupakan iklan wafatnya Oei Hi Tam. Â
Menurut Kartono, Oei Hi Tam wafat pada tanggal 17 Maret 1922 akibat diracun. Peristiwa tragis yang mengingatkan pada kejamnya persaingan bisnis. Setelah kematiannya, pada tahun 1934 usaha Oei Hi Tam dinyatakan pailit oleh pemerintah Hindia Belanda.