2]
Oei Liong Tan meninggal dunia di Bengkalis pada tahun 1913 dalam usia 78 tahun. Ia meninggalkan 4 anak laki-laki (Wee Koom Poy, Wee Kim Cheng, Wee Ann Kee, dan Wee Chim Yean) dan seorang anak perempuan (Wee Kim Lian). [Jejak Oei Hi Tam dalam Sejarah Industri Perikanan di BagansiapiapiÂ
3]
Ternyata, tidak mudah mencari nama Oei Hi Tam di Internet. Saya akhirnya menemukan nama Oey I Tam dalam sebuah artikel berjudul "The Salt Farm and the Fishing Industry of Bagansiapiapi" karya John G. Butcher yang diterbitkan oleh Cornell University Press pada tahun 1996. [Dikisahkan bahwa pada tahun 1896, Bagansiapiapi mengekspor 8,7 juta kg ikan kering. Awal tahun 1901, mulai diproduksi terasi dan udang kering. Garam merupakan salah satu kebutuhan utama untuk kegiatan produksi tersebut. Oey I Tam adalah pengusaha garam pada saat itu. [4]
Suplai garam memungkinkan produksi ikan kering, terasi, dan udang kering berlangsung dalam skala besar dan berkembang pesat. Para nelayan membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seorang towkay bangliau.
Towkay bangliau memiliki perahu, perangkap, dan platform pengeringan, serta menyediakan akomodasi bagi para nelayan ketika mereka tidak melaut. Mereka menjual hasil tangkapan kepada pedagang yang kemudian mengawetkan dan mengekspornya.
Artikel yang sama mencatat bahwa sekitar tahun 1910, terjadi perebutan bisnis garam. Seorang Residen melaporkan dalam sepucuk surat kepada pemerintah Hindia Belanda.
Melansir Wikipedia, pada zaman penjajahan Belanda, Residen adalah penguasa penjajahan tertinggi sekaligus mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda di wilayah kekuasaannya. [5] Residen tersebut melaporkan adanya sindikat saingan dalam bisnis garam.
Menurut Residen, sindikat saingan bukan saja bertujuan menguasai bisnis garam, melainkan juga menghancurkan pengusaha garam pada saat itu. Residen menggambarkan pengusaha garam tersebut sebagai "Kapitan Tionghoa Oei Koen Poey yang mantap dan tepercaya. Di bawah kepemimpinannya, Bagansiapiapi telah berkembang menjadi daerah industri perikanan yang penting".
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Oey I Tam dan Oei Koen Poey merujuk kepada orang yang sama. Hal ini senada dengan cerita Rio Almusata, Ketua Bagansiapiapi Tempoe Doeloe, bahwa Oei Hi Tam terlahir dengan nama Oei Koen Poey.
Jejak Kebajikan Oei Hi Tam di Luar Industri Perikanan
Mengenang kebajikan buyutnya, Kartono bercerita tentang kiprah Oei Hi Tam di Bagansiapiapi yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, hingga kerohanian.
Dalam bidang pendidikan, beliau ikut mendirikan sekolah bernama King Tjun agar masyarakat bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Â Sekolah King Tjun merupakan cikal-bakal Perguruan Wahidin, salah satu sekolah swasta di Bagansiapiapi saat ini.Â