Beliau lalu memperkenalkan istilah "permakultur", yakni salah satu teknik menanam tanpa mencangkul dan menggali tanah. "Istilahnya, kita menanam tanah, mengembalikan kandungan organik ke dalam tanah."
Melansir "Pengantar Permakultur", permakultur bukan semata-mata teknik pertanian melainkan perancangan sistem kehidupan. Ia merupakan kombinasi dari kerangka kerja etis, pemahaman bagaimana alam bekerja, dan pendekatan perancangan. (1)
Permakultur didasarkan pada tiga etika, yakni "peduli bumi, peduli manusia, dan berbagi adil".
Pertama, peduli bumi
Menghargai bumi sebagai satu kesatuan kehidupan adalah keharusan. Permakultur mengajar manusia bekerja selaras dengan alam, bukan melawan alam.
Permakultur menggunakan metode yang meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Beberapa contoh permakultur dalam kehidupan sehari-hari antara lain: makan sesuai musim, membeli produk lokal, mengurangi penggunaan plastik, lebih memilih berjalan kaki atau bersepeda ketimbang menggunakan kendaraan bermotor.Â
Permakultur bukan melulu tentang penggunaan bahan-bahan organik dalam memproduksi pangan. Ia juga bukan advokasi melawan pengrusakan hutan. Esensinya lebih pada merancang sistem yang menyehatkan tanpa harus merusak bumi.
Kedua, peduli manusia
Permakultur merupakan penataan bagi sesama manusia dalam mengakses sumberdaya yang dibutuhkan bagi kehidupan sehingga tidak ada manusia yang tertindas atau teraniaya.
Permakultur merancang kesejahteraan bagi individu maupun masyarakat. Sebagai individu, manusia perlu menjaga diri dan sesama. Sebagai masyarakat, manusia perlu mengembangkan gaya hidup yang harmonis dan selaras dengan alam.
Ketiga, berbagi adil
Dengan mengatur kebutuhan, manusia dapat mengatur sumberdaya secara bijak. Permakultur  mengajarkan untuk mengambil secukupnya dan membatasi diri agar tidak menjadi serakah.
Menentukan konsumsi tidak membatasi gerak manusia. Keberlimpahan yang dimiliki perlu disikapi sebagai sarana. Bukan untuk menumpuk kekayaan, melainkan sebagai peluang berbagi dengan sesama makhluk di bumi.
Wasana kata
Demikian secuplik pelajaran yang saya petik setelah menghadiri peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia bersama "Save Soil". Kiranya gaung "Selamatkan Tanah Indonesia" semakin bergema dan kita dapat mencegah kepunahan tanah di masa depan. Mari kita wujudkan.