Tanah adalah bendungan terbesar di bumi. Dalam kondisi sehat, ia dapat menampung 800% lebih banyak air daripada semua sungai yang disatukan. Tetapi ketika nilai organik dalam tanah turun, kemampuannya untuk menahan air juga turun.
Keempat, kekurangan makanan dapat menyebabkan konflik warga
India memiliki sekitar 160 juta hektar tanah subur, tetapi hampir 40% diberi label tanah tertekan. Artinya, dalam waktu 25 - 30 tahun lagi, penduduk India mungkin tidak bisa menanam pangan.
Ketika tidak ada air dan makanan, konflik warga akan terjadi dan menghancurkan bangsa dengan berbagai cara. Orang-orang dari daerah pedesaan akan bermigrasi ke kota.
Mereka akan tinggal di jalanan. Tetapi sampai kapan? Ketika tidak ada makanan dan air, mereka akan mencuri.
Baca juga: 8 Kiat Sederhana Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Seruan untuk menyelamatkan tanah
Mengakhiri tulisan ini, mari kita dengarkan dan resapi kata-kata dalam lagu “Soil Song”. Lagu ini diproduksi oleh label “Sounds Of Isha & Sadhguru”.
This very body is soil
My body, your body, everybody is just soil body
The magic of soil is it turns death into life
Depleted soils will not quench the fire of hunger
Unquenched hunger can burn the very world
This is a generational responsibility
Save soil ... Let’s make it happen
Sadhguru mengatakan dirinya bukan peramal. Namun, jika kita tidak melakukan sesuatu yang drastis saat ini, dalam delapan sampai sepuluh tahun ke depan, situasi yang disampaikannya di atas mungkin akan terjadi.
Melansir unpad.ac.id, seorang Guru Besar bidang ilmu tanah di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran mengungkap bahwa sekitar 126 juta hektar tanah di Indonesia adalah tanah suboptimal dengan tingkat kesuburan yang rendah (4).
Beliau mengingatkan bahwa tanah suboptimal yang dibiarkan terpapar matahari akan sulit diolah. “Ini terjadi di India, ada tanah punah. Tidak bisa dijadikan area pertanian.”
“Menyelamatkan tanah hanya mungkin dilakukan dengan meningkatkan kesadaran manusia. Penting bagi semua – terutama para pemimpin yang keputusannya memengaruhi jutaan nyawa – untuk sadar dan inklusif.” – Sadhguru
Jakarta, 18 Mei 2022
Siska Dewi