Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"World Compliment Day", Berbagi Bahagia Tanpa Biaya

1 Maret 2022   05:45 Diperbarui: 2 Maret 2022   00:46 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyaman ketika dipuji | sumber foto: Freepik

Tanggal 1 Maret adalah Hari Memuji Sedunia (World Compliment Day)! Ini adalah hari yang paling positif di dunia! Hari untuk memberi penghargaan melalui kata-kata ketimbang hadiah! Tiada yang menang secara komersial namun setiap orang menang secara emosional! (www.worldcomplimentday.info)

Kapan terakhir kali Anda memuji atau menerima pujian dari seseorang? Apakah pujian membuat Anda bahagia? Ataukah Anda malah menjadi salah tingkah?

Mengawali bulan Maret, kita diajak untuk secara sadar merenungkan kebaikan seseorang dan menyampaikan pujian yang autentik dan tulus kepadanya. Harus melalui kata-kata, bukan hadiah!

Apa Itu Hari Memuji Sedunia?

Banner Hari Memuji Sedunia | sumber foto: scgsmcovers.blogspot.com
Banner Hari Memuji Sedunia | sumber foto: scgsmcovers.blogspot.com

Pada tahun 2001, Hans Poortvliet dari Belanda mendorong diadakannya acara tahunan untuk memberi pujian. “Pujian yang tulus tidak memerlukan biaya, tetapi dampaknya terhadap penerima sangat besar,” katanya. (1)

Dalam situs World Compliment Day tertulis: “Jika pada tanggal 1 Maret setiap orang memberi pujian yang autentik dan tulus kepada setidaknya tiga orang di lingkungan atau jaringan sosial mereka, pasti akan tercipta Hari Paling Positif di dunia!” (2)

Ya, Hari Memuji Sedunia bertujuan menyebarkan kegembiraan, memancarkan aura positif dan meningkatkan produktivitas melalui pujian. Namun, mengapa ada orang-orang yang merasa salah tingkah ketika dipuji?

Salah Tingkah Saat Dipuji? Mungkin Ini Penyebabnya

Jika Anda merasa salah tingkah saat dipuji, Anda tidak sendiri. Saya pun acap kali demikian.

Dalam sebuah penelitian, Christopher Littlefield menyimpulkan 70% orang merasa malu dan tidak nyaman saat dipuji. Mayoritas kita jengah menerima pujian namun tidak menyadarinya. (3)

Apa respons Anda saat dipuji? Apakah Anda benar-benar mendengar pujian itu atau malah tersenyum kikuk dengan wajah bersemu merah dan tidak tahu bagaimana menjawabnya?

Apakah Anda memainkan apa yang disebut Littlefield sebagai “ping-pong pujian?” Anda merasa wajib memuji sepatu seseorang untuk membalas pujiannya atas pakaian Anda.

Ketika atasan memuji presentasi saya, cepat-cepat saya mejawab, “Ah, ini hasil kerja tim, bukan pencapaian saya sendiri.” Apakah Anda juga sering melakukan hal yang sama?

Pujian untuk keberhasilan menyelesaikan tugas | sumber foto: freepik
Pujian untuk keberhasilan menyelesaikan tugas | sumber foto: freepik

Littlefield mengingatkan bahwa orang dengan harga diri rendah (low self-esteem) cenderung tidak nyaman menerima pujian. Namun, tidak semua orang yang tidak nyaman menerima pujian memiliki harga diri yang rendah.

Menurut Littlefield, reaksi spontan seseorang terhadap pujian dipengaruhi oleh apa yang dia lihat, amati, dan alami dari orang-orang di sekitarnya. Sebagai contoh, anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak pernah memuji, akan merasa jengah menerima pujian ketika ia tumbuh dewasa.

Di bawah ini adalah 6 pertanyaan dari Littlefield untuk membantu Anda menggali lebih dalam dan mengeksplorasi mengapa pujian dapat membuat Anda tidak nyaman.

Pertama, dalam budaya atau kepercayaan Anda, apa yang diajarkan tentang cara tepat menanggapi pujian?

Pasangan suami isteri saling memuji | sumber foto: encounter.org
Pasangan suami isteri saling memuji | sumber foto: encounter.org

Apakah dengan mengucapkan terima kasih, memuji Tuhan, atau mengalihkan pujian dengan pandangan menunduk? Tak satu pun dari respons ini yang salah, cukup amati apa yang diajarkan kepada Anda dan bagaimana hal itu memengaruhi respons Anda hari ini.

Saya dan suami bergabung dengan sebuah komunitas pasangan suami isteri (pasutri) di gereja kami. Komunitas ini mengadakan kelompok dialog agar para pasutri dapat saling berbagi pengalaman iman dan saling meneguhkan.

Pada awal setiap pertemuan kelompok dialog, para pasutri diminta untuk saling memuji. Saya masih ingat betapa jengahnya saya dan suami ketika pertama kali terlibat di dalamnya.

Bukan karena suami saya tidak baik sehingga tidak layak dipuji. Dia adalah suami yang baik dan ayah yang penuh tanggung jawab.

Tetapi, memujinya secara verbal dan spesifik untuk kebaikan yang dilakukannya pada hari itu? Wah, bagi saya hal itu sungguh tidak mudah.

Percaya atau tidak, hal yang sama terjadi pada pasangan saya. Saat pasutri yang lain saling menatap mesra dan saling memuji, kami hanya saling tersenyum kikuk dan tidak tahu harus berkata apa.

Adakah yang salah dari respons kami? Saya setuju dengan Littlefield bahwa tidak ada yang salah. Kami hanya sama-sama dibesarkan dalam keluarga yang tidak terbiasa saling memuji secara verbal dan itu membentuk sikap kami hari ini.

Kedua, seberapa banyak pujian di masa kecil Anda?

Seorang ayah memuji anaknya | sumber foto: sina.com.cn
Seorang ayah memuji anaknya | sumber foto: sina.com.cn

Jika Anda mendapat nilai A dalam ujian, apakah orangtua senang? Apakah mereka bertanya mengapa Anda tidak mendapat nilai A+? Bagaimana perasaan Anda? Bagaimana hal itu memengaruhi respons Anda saat menerima pujian setelah dewasa?

Saat kecil, saya menuntut diri untuk mencapai prestasi terbaik di sekolah. Itu adalah kewajiban. Ekspresi senang di wajah ibu saat saya berhasil keluar sebagai juara kelas, bagi saya sudah merupakan penghargaan yang luar biasa.

Pujian verbal? Saya merasa senang dan bahagia jika kata-kata itu keluar dari mulut kakek saya. Ketika orang lain yang memuji, saya malah serba salah.

Ketiga, apa aturan tak tertulis tentang pujian di rumah Anda? 

Salah satu responden dalam penelitian Littlefield bercerita, “Di rumah saya, jika Anda tidak diberi tahu bahwa Anda melakukan sesuatu yang salah, Anda melakukannya dengan benar. Tapi jangan berharap untuk dipuji.”

Apakah keluarga Anda memiliki aturan tak tertulis seputar pujian ketika Anda tumbuh dewasa? Apa yang dikatakan oleh responden di atas, tidak berbeda jauh dengan pengalaman saya.

Keempat, setelah dewasa, apakah orang-orang di sekitar Anda menggunakan pujian secara tidak autentik? 

Pujian palsu: Memuji di depan, bergosip di belakang | sumber foto: teksomolika/freepik
Pujian palsu: Memuji di depan, bergosip di belakang | sumber foto: teksomolika/freepik

Adakah orang yang menyanjung Anda tepat sebelum meminta sesuatu? Apakah guru Anda secara teratur memuji satu siswa untuk membuat yang lain cemburu?

Apakah orangtua Anda akan memuji orang di depan mereka, kemudian bergosip tentang orang itu setelah dia pergi? Jika Anda pernah meragukan keaslian pujian orang, ini mungkin alasan mengapa Anda merasa tidak nyaman.

Ibu saya bukan orang yang suka memuji, juga tidak suka bergosip. Saya juga tidak pernah mengalami guru yang sengaja memuji satu siswa untuk membuat yang lain cemburu.

Sepanjang yang saya ingat, bukan keraguan akan keaslian pujian yang membuat saya merasa tidak nyaman. Saya hanya merasa tidak pantas dan tidak layak dipuji.

Saya tidak ingin terlihat sombong atau terlalu percaya diri. Saya tidak ingin orang lain berpikir bahwa saya lebih baik dari mereka. Saya tidak ingin menonjol dan takut terhadap kritik.

Kelima, dapatkah Anda memikirkan kejadian di masa lalu, mungkin di sekolah atau di rumah, ketika Anda merasa tidak nyaman karena dipuji (atau tidak dipuji)?

Nyaman ketika dipuji | sumber foto: Freepik
Nyaman ketika dipuji | sumber foto: Freepik

Pernahkah Anda menerima pujian, lalu mendengar seseorang berkata, “Ah, itu mah biasa saja.” Atau komentar “Jangan besar kepala.”

Pada saat itu, apakah Anda merasa tidak nyaman? Berkaca pada pengalaman-pengalaman di atas, menurut Anda bagaimana insiden itu memengaruhi pengalaman Anda saat ini?

Keenam, ketika Anda tiba-tiba diberi pujian tak terduga pada saat ini, apa tanggapan Anda yang paling umum? 

Apakah Anda menjadi salah tingkah ketika tiba-tiba diberi pujian yang tak terduga? Littlefield bercerita bahwa ia pernah menyaksikan beberapa CEO yang paling percaya diri, menjadi salah tingkah ketika menerima pujian tak terduga.

Jika hari ini Anda menerima pujian yang hadir sebagai kejutan, apa respons Anda? Apakah Anda memuji mereka kembali? Apakah Anda sibuk menjelaskan bahwa apa yang Anda lakukan tidak begitu baik?

Antara Menerima dan Memberi Pujian

Menurut Littlefield, ketika seseorang memuji Anda, mereka berbagi bagaimana tindakan atau perilaku Anda memengaruhi mereka. Mereka tidak bertanya apakah Anda setuju. (4)

Dibutuhkan keberanian bagi seseorang untuk memuji Anda, mengakui dampak yang Anda berikan kepada mereka. Itu sama dengan memberi Anda hadiah.

Bahkan jika Anda tidak menyukai hadiah dari seseorang, Anda tidak akan melemparkannya ke wajahnya, bukan? Kunci untuk menerima pujian adalah menganggapnya sebagai hadiah.

Tidak masalah jika Anda tidak setuju atau merasa tidak pantas mendapatkannya; itu adalah pengalaman orang lain tentang Anda. Terimalah hadiah yang mereka berikan.

Jika pujian mereka membuat Anda bahagia, beri tahu mereka. Mereka akan bahagia ketika mengetahui bahwa mereka telah membuat Anda bahagia.

Penting untuk menyadari bagaimana Anda merespons ketika orang-orang memuji Anda. Bahkan jika menurut Anda pujian tersebut tidak autentik, katakan saja, “terima kasih.” 

Semakin nyaman Anda menerima pujian, semakin nyaman Anda memberikannya.

Contoh pujian | sumber foto: scgsmcovers.blogspot.com
Contoh pujian | sumber foto: scgsmcovers.blogspot.com

Akhir kata, Selamat Hari Memuji Sedunia! Mari memancarkan aura positif! Mari berbagi kebahagiaan melalui pujian yang autentik dan tulus! Salam bahagia!

Jakarta, 01 Maret 2022

Siska Dewi

Referensi:

  1. March 1st: World Compliment Day!
  2. World Compliment Day – March 1, 2022
  3. Do Compliments Make You Cringe? Here’s Why
  4. What to Do When Praise Makes You Uncomfortable

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun