“Itu betul-betul rasa kehilangan yang tak terlukiskan,” kenang Julius. “Butuh waktu bagi Momo untuk beradaptasi dengan kami berdua serta Jiro dan Micin. Baru sekitar seminggu kami merasakan ikatan itu. Ikatan bahwa Momo menerima kami sebagai bagian dari hidupnya. Lalu secara tiba-tiba …”
Julius bercerita bahwa Micin dan Jiro seakan mengerti jika Momo sudah pergi untuk selamanya. Mereka hanya diam dan menatap sedih ketika Julius membungkus tubuh Momo dengan handuk dan menyiapkan penguburan.
Efek kepergian Momo
Laman otterspecialistgroup.org menjelaskan bahwa otter cakar kecil menganut paham monogami. Sekali ia menemukan belahan jiwa, ia akan setia sampai mati.
Kematian Momo membuat Julius dan Angie sangat takut kehilangan Jiro juga. Dari beberapa teman yang juga memelihara otter, mereka mendengar bahwa otter cenderung ingin menyusul jika ditinggal mati oleh pasangan.
“Terakhir-terakhir mereka berdua udah bucin banget. Si Jiro sampai gak mau manja-manja ke kita lagi. Kayaknya gak mau keliatan "baby" di depan Momo. Keliatan dia lagi mau playing his role as an older brother yang jagain Momo terus. Kemana-mana berdua. Jadi, kita takut dia mau nyusul Momo.” Cerita Angie.
Ketakutan Julius dan Angie semakin menjadi-jadi saat Jiro mulai tak bersemangat selama 2-3 minggu berikutnya. Badannya tampak lemas dan fesesnya mulai bercampur darah.
“Aku takut. Kematian Momo saja sudah menjadi pukulan yang berat banget untuk kami berdua. Padahal dia baru kurang lebih seminggu bonding dengan kami. Bagaimana kalau Jiro juga ninggalin kami? Bisa-bisa gak fokus kerja karena terlalu banyak kenangan bersama dia.” Angie melanjutkan ceritanya.
“Suatu malam, aku sengaja gak tidur karena menunggu Jiro BAB. Begitu keluar BAB darah, langsung aku ambil buat sampel.” Julius menimpali. “Sampel itu kami bawa ke dokter hewan spesialis hewan eksotis.”
Julius pernah membaca sebuah jurnal yang bercerita bahwa otter juga bisa menderita penyakit parvo. Melansir laman halodoc, parvo adalah salah satu virus paling serius yang bisa menyerang anjing.
Infeksi virus parvo menyerang sel yang membelah dengan cepat di sumsum tulang dan usus. Setelah sumsum tulang terpengaruh, jumlah sel darah putih hewan turun, risiko infeksi meningkat, dan sistem kekebalan mulai menurun.
Ketika sel-sel usus terpengaruh, lapisan usus menjadi rusak dan tubuh tidak dapat lagi menyerap nutrisi atau mencerna makanan dengan baik. Akibatnya adalah mual, muntah, dehidrasi, dan diare parah. Virus parvo biasanya menyebabkan diare yang berdarah dengan bau yang jauh lebih buruk daripada kotoran normal anjing (5).
“Aku pikir mungkin Micin tertular parvo dari anjing-anjing liar di kompleks kantor. Karena Micin sudah divaksin, mungkin tubuhnya dapat melawan virus tersebut. Tetapi, sangat mungkin Micin menularkan virus parvo kepada Jiro, kan? Sementara Jiro belum divaksin.”
Julius bercerita tentang alasan dia rela tidak tidur demi mengambil sampel feses Jiro dan membawanya ke dokter. “Ternyata kata dokter, Jiro BAB berdarah karena stres parah dan imunnya terganggu.”