Tidak hanya berteriak-teriak atau mengintimidasi dengan bahasa tubuh, komunikasi agresif juga hadir dalam bentuk surel.Â
Survei WBI tahun 2021 menunjukkan bahwa kerja jarak jauh tidak lepas dari praktik perundungan.
Sebanyak 43% pekerja jarak jauh mengaku mengalami perundungan. 50% dari mereka mengalami perundungan saat rapat daring dan 9% menerimanya melalui surel.
Kedua, the constant critic (peremehan dan penghinaan)
Menurut hemat saya, taktik ini hanya dapat diterapkan oleh perundung yang memiliki kekuasaan lebih tinggi. Bisa jadi dia adalah atasan atau senior si target.
Dia mungkin tidak meneriaki Anda di depan umum. Namun, dia terus-menerus meremehkan Anda sehingga Anda mulai meragukan kemampuan Anda.
Dia sangat rewel dan mengkritik hasil kerja Anda secara berlebihan. Anda mungkin merasa bahwa setiap saat dia menggunakan kaca pembesar untuk mencari ketidaksempurnaan Anda.
Dengan konsisten dia dapat menemukan kesalahan Anda meskipun hanya sekecil biji sesawi. Dia tidak pernah memuji keberhasilan Anda dan senang mengingatkan semua kesalahan yang pernah Anda lakukan.
Ketika saya mengundurkan diri dari perusahaan manufaktur lingerie lima belas tahun yang lalu, atasan saya memberikan seuntai kalung mutiara dalam sebuah kotak beludru. Di dalam kotak tersemat sebuah kartu dengan untaian kata yang indah.Â
Mutiara terbesar yang dimaksud mantan atasan saya adalah pengait yang menyatukan ujung rantai yang satu dengan ujung yang lain. Beliau memandang posisi pengait sebagai titik terkuat.
Pelaku taktik the constant critic melakukan sebaliknya. Ia memandang posisi pengait sebagai titik terlemah. Jika pengait putus, kalung tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Mutiara-mutiara yang membentuk kalung, kemungkinan akan berserakan kembali.
Seorang teman bercerita tentang mantan atasan yang menggunakan ilustrasi pengait sebagai titik terlemah untuk menjatuhkan mentalnya.
Apapun yang aku lakukan, selalu salah di mata dia. Semakin aku berusaha, semakin banyak kesalahanku di mata dia. Menurut dia, ibarat pengait sebuah kalung, aku adalah titik terlemah yang selalu menghancurkan kinerja tim kami.