“Coba ingat, pernahkah kita mengucapkan kata-kata yang kita sesali kemudian?” Sita mengingatkan. “Umumnya, kata-kata yang kita sesali itu terucap pada saat kita sedang marah, bukan?”
“Setiap kali aku jengkel pada Ron, aku berusaha diam sejenak dan menghadirkan kembali hal-hal baik yang pernah dia lakukan untukku.” Hani menambahkan. “Fokus pada sisi baik pasangan membantuku meredakan kemarahan.”
Kedua, kembangkan pikiran terbuka (open mindedness)
Ria mengingatkan tentang pentingnya berpikiran terbuka. “Pernikahan campuran itu menyatukan dua latar belakang yang berbeda. Budayanya beda. Bahasanya beda. Agamanya juga mungkin beda. Aku dan suami berusaha untuk open minded dan belajar toleransi.”
Pendapat Ria diamini oleh Lilan. “Dengan orang yang senegara dan sesuku saja perlu penyesuaian karena suami dan isteri berasal dari dua keluarga dengan kebiasaan yang berbeda. Apalagi dengan WNA.”
Bob menyatakan setuju dengan pandangan itu. “Pandanglah perbedaan sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh, bukan berdebat dan mengeluh. Sungguh menakjubkan betapa saya masih belajar dari isteri saya bahkan setelah tiga dekade berlalu.”
Ketiga, beri kebebasan dan kepercayaan
Ada waktu tertentu ketika pasangan ingin menikmati kegiatannya tanpa keikutsertaan kita. “Sebelum pandemi, saya bermain badminton seminggu sekali dengan beberapa kolega pria. Usai olahraga, kami biasa menghabiskan waktu untuk ngobrol ngalor ngidul.” Kata Ron.
“Sama seperti Ron, saya juga punya jadwal mingguan untuk sekadar window shopping atau ngopi cantik bersama teman-teman kuliah. Kami menyebutnya Girls day out.” Imbuh Hani.
“Dan jangan terus-menerus memeriksa ponsel pasangan Anda,” Bob mengingatkan. “Tidak mempercayai pasangan bisa menggiring Anda ke jalan yang menuju perceraian. Tetapi perlu diingat, hal ini tidak berarti bahwa Anda boleh melakukan hal yang akan merusak kepercayaan pasangan Anda.”
Keempat, saling mendengarkan dan mendukung
“Banyak orang mengira enak bisa menikah dengan WNA lalu tinggal di luar negeri. Kondisi yang sesungguhnya lebih berat karena segala sesuatu harus dilakukan sendiri. Tidak mudah mendapat asisten rumah tangga atau babysitter di sini.” Kata Ria.
Ria bersyukur bahwa suaminya mau mendengarkan jika sesekali ia curhat tentang kondisi itu. Bahwa suami bersedia berbagi pekerjaan rumah tangga, baginya adalah suatu bentuk dukungan.