Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Vaksin Covid-19 untuk Anak-anak, Apa Kata Para Orangtua?

1 Juli 2021   20:05 Diperbarui: 2 Juli 2021   04:00 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin untuk anak-anak (sumber foto: freepik)

Kekebalan terhadap suatu penyakit dicapai melalui adanya antibodi terhadap penyakit itu dalam tubuh seseorang. 

Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralisasi atau menghancurkan racun atau organisme pembawa penyakit.

Antibodi bersifat spesifik. Misalnya, antibodi campak akan melindungi seseorang yang terkena penyakit campak, tetapi tidak akan berpengaruh jika terkena penyakit gondongan.

Proses dalam tubuh supaya seseorang mempunyai kekebalan terhadap penyakit disebut "imunisasi".

Ada 2 jenis imunisasi, yakni imunisasi aktif dan imunisasi pasif

Imunisasi aktif

Imunisasi aktif terjadi ketika paparan organisme penyakit memicu sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi terhadap penyakit itu.

Paparan organisme penyakit dapat terjadi melalui infeksi penyakit yang sebenarnya (menghasilkan kekebalan alami), atau pengenalan bentuk organisme penyakit yang terbunuh atau melemah melalui vaksinasi (kekebalan yang diinduksi vaksin).

Jika orang yang kebal bersentuhan dengan penyakit itu di masa depan, sistem kekebalan mereka akan mengenalinya dan segera menghasilkan antibodi yang dibutuhkan untuk melawannya.

Imunisasi pasif

Pada imunisasi pasif, seseorang tidak membentuk kekebalan tubuh secara aktif, melainkan mendapatkannya dari orang yang kekebalan tubuhnya sudah terbentuk. Bayi yang baru lahir memperoleh kekebalan pasif dari ibunya melalui plasenta.

Contoh lain imunisasi pasif adalah terapi plasma konvalesen pada pasien Covid-19. Pasien menerima bagian dari darah yang mengandung antibodi dari para penyintas yang telah 14 hari dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19.

Terapi plasma konvalesen (sumber foto: Antara Foto via Kompas.com)
Terapi plasma konvalesen (sumber foto: Antara Foto via Kompas.com)

Imunisasi aktif: butuh waktu untuk berkembang, namun bertahan lama (terkadang hingga seumur hidup).

Imunisasi pasif: perlindungan segera, namun hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.

Vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak

Dilansir dari Kompas.com, vaksinasi untuk anak usia 12-17 tahun di Indonesia akan dimulai secepatnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merekomendasikan izin penggunaan darurat atau emergency use (EUA) vaksin Sinovac untuk anak usia 12-17 tahun.

Sedangkan menurut Healthychildren.org, ada tiga vaksin yang telah mendapat EUA dari U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk diberikan kepada orang dewasa. Satu di antaranya dapat diberikan kepada remaja berusia 12 tahun ke atas. Saat ini, sedang dilakukan uji klinis pada anak-anak mulai usia enam bulan.

Masih menurut healthychildren.org, vaksin Covid-19 efektif untuk melindungi orang dari risiko terpapar Covid-19. Kalaupun mereka terpapar, vaksin membantu mencegah terjadinya penyakit serius, rawat inap, dan kematian.

Apa kata para orangtua tentang vaksin Covid-19 untuk anak-anak?

Saya mewawancarai beberapa orangtua dari anak usia 0-12 tahun (seluruhnya milenial) dan orangtua dari anak usia 12-17 tahun (sebagian besar Gen X akhir dan beberapa milenial). 

Melihat banyaknya anak-anak yang terpapar virus Covid-19, hampir semua responden menyambut baik jika ada vaksin Covid-19 untuk anak-anak.

Hanya ada 1 responden yang menjawab belum memikirkan kemungkinan vaksinasi Covid-19 untuk anaknya yang masih berusia 3 tahun. 

Dia memilih mendisiplinkan diri menjalankan protokol kesehatan yang ketat untuk melindungi anaknya dari risiko terpapar.

"Keponakan-keponakan istri saya yang berusia 12-17 tahun dan tinggal di Amerika, sudah mendapat vaksin semua. Hanya saja, jenis vaksinnya berbeda dengan jenis yang akan diberikan di Indonesia. Jadi, kami masih ingin melihat perkembangannya, apakah cukup aman," kata Chandra, ayah dari 3 anak perempuan.

Keinginan untuk memantau perkembangan juga disampaikan oleh Dede yang memiliki putra tunggal berusia 12 tahun. 

Kakaknya, ibu dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan juga mengatakan akan memantau perkembangan terlebih dahulu.

Jika Dede ingin memantau perkembangan untuk meyakinkan diri mengenai efikasi dari vaksin yang diberikan serta efek sampingnya, kakaknya mempertimbangkan keramaian penerima vaksin. 

"Pada saat vaksinasi untuk anak 12-17 tahun dibuka, mungkin animo masyarakat besar sehingga jadi ramai. Saya cenderung menghindari keramaian dan ingin memilih tempat penyelenggaraan vaksinasi yang mematuhi protokol kesehatan."

Adi, ayah dari 3 anak laki-laki berusia 12-17 tahun, berkata bahwa anak-anaknya berharap bisa segera divaksin agar memiliki kekebalan terhadap virus Covid-19. Sebagai orangtua, dia tentu saja mendukung keinginan anak-anaknya.

Trisia, tetangga saya, mengatakan akan mengizinkan anak tunggalnya yang berusia 12 tahun untuk menjalani vaksinasi, asalkan kondisi anaknya cukup sehat untuk menerima vaksin tersebut. 

"Aku akan siapkan diri juga untuk merawatnya di rumah jika ada efek samping," pungkasnya.

Ilustrasi vaksin untuk anak-anak (sumber foto: parentsecurityonline.com)
Ilustrasi vaksin untuk anak-anak (sumber foto: parentsecurityonline.com)

Beralih kepada para orangtua milenial dengan anak usia 0-12 tahun. Nita, ibu dari 2 anak perempuan, mengatakan akan mengizinkan anak-anaknya divaksin asal dengan tata cara yang jelas dan aman. Untuk mengantisipasi efek samping, Nita akan menyediakan obat penurun panas di rumah.

Ridwan, ayah dari tiga anak perempuan, juga akan mengizinkan anak-anaknya divaksin jika sudah tersedia. 

"Vaksin baik untuk kekebalan tubuh. Sebagai antisipasi efek samping, aku akan siapkan daya tahan tubuh anak," kata Ridwan.

Meskipun saya melakukan wawancara melalui percakapan WhatsApp secara terpisah, empat orang ibu muda memberi jawaban yang sama, yakni perlunya melibatkan dokter spesialis anak (DSA) dalam pemberian vaksin Covid-19.

"Kalau sudah ada vaksinnya dan dikerjakan oleh DSA, menurut aku tidak masalah. Karena anak-anak tidak bisa sedisiplin orang dewasa untuk memakai masker dengan benar, mencuci tangan dan lain-lain. Jadi, kalau dia boleh divaksin dengan dosis yang memang untuk anak-anak, aku pasti akan kasih," kata Della, ibu dari seorang putra dan seorang putri.

Patty, ibu dari seorang putri, sependapat, "Yang jelas, aku akan konsultasi dengan DSA anakku. Jika vaksin diberikan oleh DSA, akan jauh lebih baik. Aku juga akan minta nasihat mengenai apa saja yang perlu aku siapkan jika ada efek samping."

Wynne, ibu dari seorang putra dan seorang putri, mengatakan akan mengizinkan anak-anaknya diberi vaksin jika dianjurkan oleh DSA. 

"Kemungkinan efek samping pasti ada tetapi secara keseluruhan aku melihat lebih banyak positif daripada negatifnya. Seminggu sebelum vaksin, aku akan doping vitamin anak-anak, perbanyak makan bergizi, perbanyak istirahat. Sebagai antisipasi, aku akan siapkan juga obat penurun panas. Jadi selesai vaksin mungkin aku langsung berikan biar efek samping terlalu parah."

Keyakinan bahwa vaksinasi Covid-19 memiliki lebih banyak sisi positif daripada negatif serta perlunya melibatkan DSA, diamini oleh Ria, ibu dari seorang anak laki-laki yang lahir di awal era pandemi. 

"Aku akan izinkan anakku divaksin jika memang diperbolehkan, dengan harapan anakku akan lebih aman. Semoga kegiatan vaksinasi dapat mempercepat berakhirnya era pandemi. Sebelum membawa anakku untuk divaksin, aku akan pastikan dia dalam kondisi sehat dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan DSA."

Wylma, ibu seorang anak perempuan, juga akan mengizinkan anaknya divaksinasi, "Jika memang sudah diperbolehkan dan didukung dengan hasil penelitian, aku akan kasih vaksin. Dengan vaksin, setidaknya anakku punya benteng tambahan di badan untuk memerangi Covid-19 jika terpapar. Untuk antisipasi efek samping pascavaksinasi, aku akan jaga kesehatan, patuhi prokes, kasih makan yang sehat, vitamin, dan di rumah saja."

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 untuk anak (sumber foto: freepik)
Ilustrasi vaksinasi COVID-19 untuk anak (sumber foto: freepik)
Akhir kata, kita berharap uji klinis vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 bulan sampai 12 tahun yang saat ini sedang berjalan di Amerika dapat berhasil dengan baik. 

Kita juga berharap rencana vaksinasi anak usia 12-17 tahun yang akan segera bergulir di Indonesia berjalan sukses.

Seperti kata Della, "Selama vaksin terbukti aman dan bisa membantu menghentikan pandemi, seyogianya kita dukung. Kalau tidak ada herd immunity, kondisi akan begini-begini saja. Kualitas hidup anak-anak pun jadi tidak bagus. Anak-anak tidak bisa bermain di luar dengan bebas, tidak bisa ke sekolah. Kasihan!"

Jakarta, 1 Juli 2021
Siska Dewi
Referensi: satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun