“Kamu yakin, mau divaksin? Yang ini bisa menyebabkan pengentalan darah. Kamu kan ada hipertensi.”
“Kata orang, yang ini lebih banyak efek sampingnya. Dari yang demam, mual, pusing, dan katanya jika badanmu tidak kuat, kamu bisa pingsan loh.”
“Ini kan yang sempat dihentikan sementara? Katanya ada kasus orang meninggal, ya? Saya tidak berani coba!”
“Saya takut, ah! Lebih baik saya tunggu alternatif vaksin yang lain saja. Sementara menunggu, saya akan lebih disiplin tinggal di rumah dan menjalankan prokes.”
“Kamu duluan, deh … kalau terbukti aman, nanti saya menyusul.”
Itu adalah rangkaian respons yang saya terima ketika mengajak sahabat dan kerabat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Apakah Anda juga memiliki pengalaman yang sama?
Yang jelas, saya gagal memanfaatkan kesempatan 2+1 untuk mengajak anak ikut vaksin. Satu-satunya sahabat yang bersedia ternyata belum berulang tahun ke-50 pada saat hendak mendaftar.
Sudah banyak sahabat Kompasianer yang berbagi tentang pengalaman menerima vaksinasi Covid-19. Pengalaman sederhana di bawah ini saya bagikan terutama untuk tambahan testimoni bagi para sahabat yang masih ragu menerima vaksinasi.
Testimoni dari lingkungan terdekat
Ada cukup banyak misinformasi tentang vaksin yang digunakan di Jakarta sejak awal bulan Mei ini. Informasi mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) beredar cepat melalui aplikasi perpesanan.
Hasil investigasi Badan POM telah dipublikasikan akhir bulan Mei 2021. Investigasi tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada keterkaitan antara mutu vaksin dengan KIPI yang dilaporkan.