Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pada Usia 25 Tahun, Saya Melepas Karier yang Sudah Mapan

13 Mei 2021   06:24 Diperbarui: 13 Mei 2021   17:45 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, saya pun menjawab dengan sungguh-sungguh, "Jika ada lelaki sebaik kakek saya dan dia jatuh cinta kepada saya, mungkin saya mau menjadi pacarnya."

Ya, saya serius dengan jawaban saya. Kakek yang saya maksud adalah ayah dari ayah saya. Beliau adalah sosok yang "menghidupkan kembali" ayah saya. Kisah tentang kakek yang sangat saya sayangi ini dapat dibaca di sini.

Ulang tahun ke-20 (foto: picclick.co.uk)
Ulang tahun ke-20 (foto: picclick.co.uk)

Harus saya akui, saat itu, saya mulai bertanya-tanya tentang tujuan hidup saya. 

Ketika teman-teman seusia saya menikmati kegembiraan dan petualangan bersama geng sekolah di SMA, hari-hari saya dipenuhi kegiatan sekolah dan pekerjaan rumah, kegiatan mengajar les dan mengarang demi mencari uang untuk membayar uang sekolah, serta kewajiban membantu ibu di rumah.

Saya tidak punya waktu dan kesempatan untuk bersosialisasi. Jumlah teman dekat saya dapat dihitung dengan jari satu tangan.

Saya mulai kuliah dan bekerja di sebuah bengkel mobil pada saat yang bersamaan. Namun, bengkel mobil tersebut tutup permanen setahun kemudian karena salah kelola. Bersyukur saya diterima bekerja di sebuah kantor Konsultan Pajak sebulan kemudian.

Pada usia 20 tahun, saya duduk di semester lima. Kegiatan saya hanya seputar rumah, kantor, kantor klien, dan kampus. Pagi sampai sore, saya bekerja. Sore sampai malam, saya kuliah.

Begitu terus sepanjang minggu. Pada saat itu, masih banyak kantor yang menerapkan enam hari kerja dalam seminggu. Hari Minggu masih saya isi dengan kegiatan mengarang cerpen dan puisi untuk menambah uang saku.

Setelah melalui serangkaian discernment, saya menyadari bahwa tidak masalah jika saya belum memiliki pacar pada usia 20 tahun. Saya masih semester lima. Masih perlu satu setengah tahun untuk lulus kuliah, jika skripsi saya selesai tepat waktu. 

Usia 22 tahun, karier saya mulai berkembang

Profesional muda (foto oleh andrea-piacquadio/pexels)
Profesional muda (foto oleh andrea-piacquadio/pexels)
Saat duduk di semester enam, saya diterima bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) milik Pak JY, dosen mata kuliah Sistem Akuntansi I.  Saya ditawari bergabung di tim Konsultasi Perpajakan mengingat saya sudah berpengalaman di kantor Konsultan Pajak selama satu tahun lebih. 

Namun, saya meminta pertimbangan beliau agar membolehkan saya bergabung di tim Konsultasi Manajemen yang diibaratkan sebagai dokter perusahaan. Penjabaran Pak JY tentang tugas pokok tim Konsultasi Manajemen mengingatkan saya pada pengalaman pahit di bengkel mobil tempat kerja saya yang pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun