Sering terjadi, seorang pegawai yang lebih senior ditunjuk menjadi mentor bagi anak magang atau fresh graduate yang baru bergabung di perusahaan. Mentor tersebut diharapkan dapat menginspirasi dan membimbing juniornya, si 'anak bawang'.
Seorang mentor diharapkan dapat mentransfer visi, misi, nilai dan budaya perusahaan dengan cepat dan tepat. Ia diharapkan berbagi pengalaman mengenai keberhasilan dan kegagalannya sehingga juniornya dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam skenario serupa.
Namun, kenyataan di lapangan tidak selalu ideal. Tidak jarang kita menemukan mentor-mentor yang berperilaku toksik. Alih-alih memberi nutrisi bergizi kepada para junior yang seharusnya dibimbing, para mentor ini malah meracuni mereka.
Si lebah yang selalu sibuk
Lebah yang selalu sibuk ini akan meminta junior untuk menyesuaikan diri dengan jadwalnya. Junior mungkin akan merasa seperti sedang mengambil nomor antrian untuk berjumpa dokter.
Pada situasi tertentu, tingkat kesibukan yang tinggi sangat mudah dimengerti. Jadwal bimbingan yang disepakati bersama sejak awal, juga merupakan hal yang baik dan dapat membantu kedua belah pihak.
Hanya saja, keadaan darurat bisa saja terjadi tanpa terduga. Kondisi darurat adalah saat di mana kehadiran seorang mentor betul-betul sangat dibutuhkan oleh junior.
Dalam kondisi normal, seorang mentor yang bijaksana mungkin akan menyepakati jadwal dan meminta junior mematuhi jadwalnya. Namun, dalam kondisi darurat, mentor yang bijaksana akan berusaha hadir untuk memberi bantuan yang dibutuhkan junior.
Lebah yang selalu sibuk akan bertindak sebaliknya. Ia tidak merasa perlu hadir karena kondisi darurat tersebut terjadi di luar jadwal yang sudah disepakatinya.
Perilaku ini dapat dikategorikan toksik karena berpotensi membuat junior merasa diri tidak berharga. Junior mungkin merasa semua orang lain dalam kehidupan si lebah yang selalu sibuk, lebih penting daripada dirinya.
Aku tuan, kamu budakku
Pada tahun terakhir di SMEA hampir 40 tahun yang lalu, kami harus menjalani magang kerja selama 3 bulan dan membuat laporan dalam bentuk karya tulis. Saya beruntung diterima magang di sebuah Kantor Akuntan Publik.
Dalam periode magang tersebut, saya belajar membuat kertas kerja pemeriksaan (audit working papers), memeriksa kesesuaian jurnal dengan bukti-bukti pendukung (vouching) dan memeriksa kesesuaian operasi hitung (footing). Pada tahun 1980-an, segala sesuatu memang masih dikerjakan secara manual. PC (Personal Computer) baru mulai dikenal di Indonesia pada era tahun 1990-an.
Saya beruntung karena diberi tugas yang merupakan bagian dari kegiatan audit, sesuai dengan bidang studi saya di jurusan Tata Buku (sekarang akuntansi). Beberapa teman saya bercerita bahwa tugas mereka di tempat magang hanya melayani para senior untuk fotokopi, bahkan membuatkan minuman kopi!
Hal ini tentu sangat disayangkan. Program magang kerja bertujuan memberi kami, para pelajar kelas akhir, kesempatan untuk memahami penerapan ilmu yang kami pelajari. Jika dalam periode magang, kami hanya diminta mengerjakan fotokopi (bahkan membuatkan minuman kopi) untuk para senior, apa yang dapat kami pelajari?
Mentor yang merasa diri paling sempurna
Bagi mentor ini, juniornya harus tetap berada di bawah bimbingannya. Dengan cara ini, ia berharap suatu hari nanti si junior bisa sampai pada level di mana dia berada.
Sekilas tampaknya gagasan mentor ini sangat mulia. Mungkin juga ia betul-betul berniat ingin memberikan yang terbaik bagi junior yang dibimbingnya.
Mentor ini mungkin tidak menyadari toksisitas dalam dirinya. Ia merasa dirinya terbaik dan ingin membentuk juniornya menjadi yang terbaik menurut versinya.
Ia tidak menyadari bahwa perilakunya telah membatasi juniornya untuk berkembang dengan bebas menjadi diri sendiri. Ia tidak menyadari bahwa perilakunya berpotensi membuat juniornya frustrasi.
Belajar dan berusaha menjadi mentor yang baik
Sambil menganggit artikel ini, saya bertanya kepada diri sendiri. Barangkali saya pun pernah menunjukkan perilaku sebagai mentor yang toksik tanpa saya sadari.
Khilaf sesekali, itu manusiawi. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menyadari dan mengakui kekhilafannya, serta berusaha untuk memperbaiki. Setelah sekian puluh tahun, saya masih terus belajar dan berusaha untuk menjadi mentor yang lebih baik.
Seorang mentor yang baik perlu memiliki kesabaran dan keterampilan mendengarkan. Mentor yang efektif mempertimbangkan kondisi yang dihadapi, menilai jalur yang diambil oleh junior yang didampingi, kemudian membimbing junior tersebut ke jalur yang benar.
Seorang mentor yang baik memahami pentingnya konseling sekaligus mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan. Transfer pengetahuan dan keterampilan membutuhkan latihan. Mentor yang baik rela membiarkan junior melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut.
Akhir kata, jika Anda kini adalah seorang mentor, ingatlah bahwa suatu ketika di masa lalu, Anda pernah menjadi 'anak bawang'. Dalam dunia yang bergerak sangat cepat saat ini, tidak ada jaminan bahwa yang senior lebih berpengetahuan daripada yang junior.
'Anak bawang' memang belum berpengalaman, tetapi bisa jadi mereka lebih kreatif dan lebih berkemampuan. Sudah saatnya kita membuka telinga untuk memberi kesempatan 'anak bawang' bicara. Sudah saatnya mentor dan junior saling berkolaborasi, menciptakan budaya dan lingkungan kerja yang lebih bahagia.
Jakarta, 17 April 2021
Siska Dewi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H