Saya ingat, meskipun bekerja di kantor, kakek saya selalu menyempatkan pulang ke rumah untuk makan siang. Kami semua berkumpul untuk makan siang bersama, menikmati makanan yang dimasak oleh ibu dan nenek saya.
Menjelang coffee break kedua, para penjual keliling kembali menjajakan kue dan jajanan. Selain itu, ada beberapa kedai yang menjual kwetiau. Ada juga kedai yang menjual lolia (rujak bagan yang khas).
Ya, di Bagansiapiapi, kami makan kwetiau sebagai makanan selingan di siang menjelang sore hari. Mungkin itu sebabnya, ketika saya mengajak teman-teman kantor makan siang di kedai kwetiau bagan, mereka berpendapat bahwa porsinya terlalu kecil.
Menurut teman-teman saya, satu porsi kwetiau bagan tidak mengenyangkan. Ah, barangkali paman yang menjual lupa bahwa orang Jakarta makan kwetiau bukan sebagai makanan selingan.
Sama seperti makan siang, para ibu kembali sibuk memasak untuk makan malam keluarga. Kami biasa makan malam bersama seluruh keluarga sekitar jam enam sore.
Menjelang jam sembilan malam, kedai kopi kembali ramai oleh pengunjung. Para keluarga keluar rumah untuk menikmati jajanan heci (bakwan udang khas Bagansiapiapi) atau kerang rebus sambil minum teh atau kopi. Pemilik kedai kopi biasa menyediakan tempat duduk hingga memenuhi pinggir jalan.
Menyiapkan, mengolah dan menyajikan kwetiau bagan
Cara menyiapkan kwetiau bagan memang tidak sulit, namun juga tidak mudah. Jika salah mengolah, maka hasilnya akan terasa hambar dan tidak sedap.
Bahan untuk membuat kwetiau bagan pun sangat sederhana. Anda hanya perlu menyiapkan kwetiau basah, bawang putih, telur bebek, udang, kucai, tauge, cabai giling, kecap asin, lada dan minyak untuk menumis.
Untuk mendapatkan kualitas rasa yang prima, sangat penting menggunakan bahan yang segar. Selain itu, perhatikan juga cara mengolah dan cara menyajikan.
Langkah pertama, siapkan cabai giling
Ambil 5 buah cabai rawit, 10 buah cabai merah keriting dan 3 buah cabai merah besar. Bersihkan semua cabai, campur jadi satu, haluskan, tumis sampai matang, sisihkan.