Lulus kuliah, Della sempat bekerja di industri fesyen. Ia kemudian undur diri karena merasa kurang cocok dengan budaya kerja di kantornya.
Seorang teman menawarinya menjadi guru PAUD. Berbekal pengalaman sebagai guru Bina Iman Anak di gerejanya, Della menerima tawaran tersebut.Â
Hobi melukis tersalurkan melalui rencana ajar. Ilmu desain fesyen pun diterapkannya dengan merancang kostum pentas bagi para muridnya setiap kali mereka tampil dalam konser.
Setelah menikah, Della memutuskan menjadi ibu rumah tangga purnawaktu. Setelah anak-anaknya mulai besar, ibu dari sepasang putra dan putri ini ditawari seorang temannya untuk membantu mengajar seni lukis kepada anak-anak.
Di sinilah Della menemukan apa yang dicarinya. Ia mendirikan 'Kala Art Studio', kursus yang bertujuan mengeksplorasi kreativitas dan meningkatkan keterampilan anak-anak dan remaja dalam seni rupa.
"Di Kala Art Studio, anak-anak tidak hanya belajar teknik menggambar dan melukis. Mereka belajar mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Mereka berlatih mengekspresikan diri melalui seni. Karena kami percaya, ada seni di dalam setiap hati."
Patrick, dokter dan peneliti yang menjadi creative content manager
Impian untuk menjadi peneliti sel punca mengantarnya ke bangku pendidikan magister di UK. Sempat bekerja di UK sebagai peneliti sel punca setelah meraih gelar magister, perubahan peraturan memaksanya pulang kampung karena tidak mendapat visa kerja.
Pulang ke tanah air, Patrick sempat bekerja sebagai peneliti. Namun, ia tidak bertahan lama dalam pekerjaan tersebut karena secara finansial kurang menjanjikan.
Seorang teman mengajaknya bergabung dalam sebuah perusahaan yang bergerak di bidang continuous medical education dan bertujuan saling berbagi pengetahuan untuk komunitas tenaga medis. Tawaran ini menarik bagi Patrick karena masih berkaitan dengan bidang keahliannya.
Sebagai creative content manager, ia bertugas membuat program baru, membuat konten untuk aplikasi dan berhubungan dengan asosiasi medis untuk update ilmu.