Hingga kini, setelah ibu tiada, setiap kali hendak membeli baju, tas, atau sepatu, saya selalu minta ditemani suami. Meskipun ada baju, tas, atau sepatu yang tampak bagus di mata saya, jika suami mengatakan modelnya tidak cocok untuk saya atau harganya mahal, maka saya akan batalkan niat untuk membeli.
Karena permasalahan di atas, self-reward dalam bentuk barang tampaknya kurang cocok untuk saya. Rasa bersalah akan segera menggelayuti jika saya membeli sesuatu yang tidak disukai atau dipandang mahal oleh suami saya.
Cara saya memanjakan diri--di masa lalu
Saya bahagia sekali ketika puisi-puisi dan cerpen-cerpen yang saya kirim ke redaksi koran dan majalah, mulai dimuat. Setiap kali ada karya saya yang dimuat, saya akan mendapat koran atau majalah gratis. Bagi saya, koran atau majalah tersebut adalah self-reward setelah saya menghasilkan sebuah karya yang layak dipublikasikan.
Honor dari kegiatan menulis, tidak perlu saya setorkan kepada ibu karena menurut beliau nilainya tak seberapa. Honor tersebut saya tabung, lalu saya belikan novel atau bacaan lain yang saya sukai, setiap kali saya merasa perlu memanjakan diri.
Kegiatan menulis, baik menulis gratitude journal untuk konsumsi pribadi, maupun menulis puisi atau cerpen untuk dikirim ke redaksi koran atau majalah, bagi saya sudah merupakan self-reward.
Cara saya memanjakan diri -- kini
Pertama, menulis gratitude journal
Self-reward yang saya berikan kepada diri saya setiap hari adalah menyisihkan waktu setengah jam sebelum tidur untuk menulis gratitude journal. Menulis gratitude journal bagi saya adalah menghitung berkat. Saya percaya bahwa hal ini akan membantu saya lebih fokus pada aspek positif dari hidup, dan membangun ketahanan terhadap situasi negatif.
Kedua, mengunjungi Kompasiana
Self-reward lain yang dapat saya berikan setiap hari kepada diri saya adalah mengunjungi Kompasiana. Setahun terakhir ini, saat sebagian besar orang ber-WFH, saya masih ber-WFO. Saya masih berada di kantor dari jam delapan pagi hingga jam lima sore.