Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang menganut ajaran Tridharma (Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme) tentu mengenal ritual "Mengantar Dewa Dapur ke Nirwana". Pelepasan Dewa Dapur adalah prosesi mengantarkan Dewa Dapur naik ke Nirwana untuk bertemu dengan Kaisar Giok.Â
Kaisar Giok atau "Yu Huang Da Di" dalam budaya Tionghoa dan Taoisme adalah penguasa Surga dan semua alam lain di bawahnya, termasuk alam manusia dan neraka.Â
Ritual "Mengantar Dewa Dapur ke Nirwana"
Tidak semua orang di Tiongkok merayakan ritual mengantar Dewa Dapur pada hari yang sama. Di Tiongkok Utara, perayaan dilakukan pada Imlek tanggal 23 bulan 12. Penduduk Tiongkok Selatan merayakannya pada Imlek tanggal 24 bulan 12.Â
Tanggal perayaan juga berbeda berdasarkan profesi seseorang. Pegawai negeri memberikan persembahan kepada Dewa Dapur pada tanggal 23, masyarakat umum pada tanggal 24, dan nelayan pada tanggal 25.
Masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakannya pada penanggalan Imlek tanggal 24 bulan 12. Tahun ini, tanggal tersebut jatuh pada hari Jumat, 5 Februari 2021.Â
Dewa Dapur dipercaya akan kembali ke dunia pada penanggalan Imlek tanggal 4 bulan 1 yang akan jatuh pada hari Senin, 15 Februari 2021. Pada saat itu, akan dilakukan lagi ritual untuk menyambutnya.
Setelah mengantar Dewa Dapur pergi ke Nirwana, masyarakat melakukan ritual bersih-bersih rumah. Sudut-sudut rumah yang sehari-hari mungkin luput dari perhatian sehingga penuh debu dan sarang laba-laba, akan dibersihkan sampai sebersih-bersihnya. Kegiatan ini dikenal dengan istilah Qing Chen (pembersihan debu).
Banyak keluarga yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mempercantik rumah. Mereka mengganti perabotan yang sudah tua dengan yang baru, juga memasang hiasan-hiasan bernuansa tahun baru.
Legenda Dewa DapurÂ
Ada banyak legenda seputar Dewa Dapur. Ia dikenal dengan nama "Zao Jun" atau "Zao Jun Gong". Dalam dialek Hokkian, kami menyebutnya "Chau Kun Kong".Â
Salah satu legenda yang paling populer berasal dari sekitar abad ke-2 SM. Dikisahkan bahwa Zao Jun awalnya adalah manusia bernama Zhang Dan. Zhang seorang petani yang kaya raya. Ia memiliki sebidang tanah subur dengan hasil panen dan ternak yang banyak.Â
Zhang memiliki semua yang dia butuhkan dan keluarga yang baik. Sayang sekali, pada suatu ketika, ia tergelincir. Zhang jatuh cinta pada seorang wanita dan mengambilnya menjadi selir. Kemudian, Zhang meninggalkan isterinya.
Sebagai hukuman atas perbuatan zinah ini, Kaisar Giok menimpakan kepadanya nasib buruk. Setelah menghabiskan semua kekayaannya, Zhang menjadi buta. Selirnya meninggalkannya. Zhang kemudian mengemis untuk melanjutkan hidupnya.
Suatu hari, saat mengemis, dia tiba di seberang rumah mantan isterinya. Karena buta, dia tidak mengenali tempat itu. Meskipun Zhang pernah memperlakukan mantan isterinya dengan buruk, sang mantan isteri tetap mencintainya.Â
Mantan isteri Zhang mengundangnya masuk. Ia memasak makanan yang luar biasa untuk Zhang dan merawatnya dengan penuh kasih. Ia kemudian berterus terang kepada Zhang mengenai siapa dirinya.Â
Mendengar cerita mantan isterinya, Zhang menjadi sangat mengasihani diri sendiri. Zhang menyesali kesalahannya dan mulai menangis. Ia meminta maaf kepada mantan isterinya.
Mantan isteri Zhang memintanya untuk membuka mata dan seketika penglihatannya pulih. Melihat mantan isteri yang telah dia tinggalkan, Zhang merasa malu lalu melompat ke perapian.Â
Mantan isteri Zhang mencoba menyiramnya dengan air tetapi api terus menyala. Yang berhasil dia selamatkan hanyalah salah satu kakinya.
Wanita yang berbakti itu kemudian membuat sebuah kuil untuk mantan suaminya di atas perapian, yang memulai hubungan Zao Jun dengan kompor di rumah-rumah orang Tionghoa. Setelah mendengar kisah Zhang, Kaisar Giok kemudian menunjuk Zhang sebagai Dewa Dapur.
Persembahan untuk Dewa Dapur
Dewa Dapur dipercaya menjadi pencatat amal baik dan buruk umat manusia di bumi. Dipercaya bahwa sesampainya di Nirwana, Dewa Dapur akan melaporkan semua kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh manusia.
Dewa Dapur dianggap mengetahui rahasia tergelap dari manusia karena sepanjang tahun ia tinggal di dapur mereka. Ia mendengarkan semua perbincangan manusia, ia mengamati setiap gerak-gerik mereka.
Maka, ketika tiba waktunya Dewa Dapur membuat laporan tahunan kepada Kaisar Giok di akhir tahun lunar, manusia menghujaninya dengan persembahan makanan enak agar ia berada dalam suasana hati yang terbaik.Â
Naifnya manusia! Mereka berpikir bahwa dewa pun bisa disuap! Saat mengantar Dewa Dapur ke Nirwana, mereka mempersembahkan makanan-makanan yang sangat lengket dan sangat manis seperti kue keranjang, madu, manisan, dan permen.Â
Makanan yang lengket dan manis diharapkan akan menutup bibir Dewa Dapur atau mempermanis lidahnya sehingga ia hanya akan melaporkan yang baik-baik saja kepada Kaisar Giok. Dengan demikian, dia akan kembali di tahun baru dengan berkah melimpah setelah membuat penilaian positif atas pahala mereka.
Wasana Kata
Dalam kenangan masa kecil saya, kesibukan mempersiapkan datangnya Tahun Baru Imlek adalah ritual tahunan yang disambut dengan gembira. Setelah mengantar Dewa Dapur ke Nirwana, kami akan sibuk berbagi tugas untuk bersih-bersih rumah. Kami melakukannya pada hari Sabtu dan Minggu terakhir sebelum Tahun Baru.
Cerita nenek saya tentang Chau Kun Kong yang tinggal di dapur setiap keluarga, yang mencatat semua amal baik dan amal buruk manusia, kemudian melaporkannya setahun sekali kepada Kaisar Giok, sedikit banyak membekas hingga saat ini.Â
Namun, jika dulu saya berusaha melakukan amal baik dan menghindari amal buruk agar Chau Kun Kong melaporkan hal-hal baik tentang saya dan membawa rezeki berlimpah saat ia kembali dari Nirwana, kini saya melakukannya agar hidup saya bermakna.Â
Tradisi bersih-bersih dan mempercantik rumah menjelang Tahun Baru Imlek adalah juga kebiasaan yang baik. Banyak pemilik usaha yang mengajak pegawai mereka melakukan hal yang sama di kantor.
 Dengan mengkhususkan waktu tertentu untuk melakukan kegiatan bersih-bersih baik di rumah maupun di kantor secara menyeluruh, secara psikologis kita akan merasa lebih siap untuk menyambut tahun baru dengan semangat baru.Â
Demikian juga dengan menyediakan makanan-makanan yang lezat. Tentu saja, makanan-makanan yang lezat itu disediakan bukan untuk menyogok Dewa Dapur, melainkan untuk merayakan momen bahagia bersama keluarga.Â
Meskipun situasi pandemi menghalangi kita berkumpul bersama keluarga besar dan teman-teman pada Tahun Baru Imlek, namun momen bahagia tersebut tetap dapat dirayakan bersama dalam skala keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah.
Selamat mempersiapkan Tahun Baru Imlek bagi rekan-rekan kompasianer yang merayakan!
Jakarta, 07 Februari 2021
Siska Dewi  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H