“Aku punya histori total kolesterol di angka 256. Ketika diajak lari maraton, aku sempat menggerundel, ‘Ngapain lari-lari gak jelas gitu!’ Tapi saat aku jabanin, mulai dari half marathon sampai maraton sendiri 42 kilometer, alhamdulillah sejak saat itu sampai sekarang, angka kolesterol aku selalu normal.”
“Sekarang aku berusaha mengimplementasi nilai besar perusahaan untuk menginspirasi gaya hidup sehat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang terdekat. ‘Samarinda Run’ yang awalnya hanya terbangun lewat lima orang, kini dilanjutkan oleh teman-teman kami di Samarinda bersama keluarga-keluarga mereka dengan luar biasa.” Yudha menutup ceritanya.
Belajar tentang “Kehidupan” dari hal-hal kecil di dunia “Kerja”
“Jangan sepelekan hal kecil, karena sesuatu yang besar itu berasal dari hal-hal kecil.” Novan mengawali kisahnya. “Awal-awal mendengar kerjanya pindah-pindah area, kesannya bikin capek. Tapi setelah dijalani, jiwa petualang dan rasa penasaranku semakin tinggi. Aku menikmatinya!”
Novan bertutur bahwa banyak hal kecil yang tidak dia dapatkan sebelum bekerja, yang membuatnya belajar tentang “Kehidupan”. Kesenangannya bertemu banyak orang hingga sharing tentang “Kehidupan”, membuatnya belajar banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
“Mulai dari menginjakkan kaki di Papua, punya saudara banyak di Papua, kena palak di Papua, melihat keindahan alam di Papua, menyentuh titik 0 Kilometer Merauke, hingga berkunjung ke rumah sahabatku sejak kuliah.” Tutur Novan.
“Lalu, bertemu serta berbincang dengan Mantan Menteri Pariwisata Pak Arief Yahya, mengungsi lama karena gempa lombok, merasakan keindahan sunset di Lombok, dapat saudara lagi di Lombok, terpukau melihat elang yang sangat besar saat kunjungan area ke Bima.”
Novan menyadari bahwa semua pengalaman berharga itu tidak akan dia dapatkan jika tidak menemukan “Rumah Kedua”-nya ini. “Ke Manado dapat saudara baru, jadi tahu makanan ekstrim di Manado. Jatuh bangun juga di Manado. Kemudian ke Palopo, kota kecil namun orang-orangnya ramah banget, dapat saudara juga di sana. Lalu merasakan kenikmatan beli durian Rp. 50.000 dapat tiga, juga jadi tahu Toraja bagaimana.”
Intinya, Novan yang berlatar belakang ilmu komunikasi media ini merasa sangat bersyukur diterima menjadi bagian dari “Rumah Kedua” setelah melamar di berbagai perusahaan media tetapi tidak diterima.
Apa kata Mardi tentang “work-life balance”?
“Work-life balance dipahami sebagian besar orang sebagai keseimbangaan antara waktu yang dialokasikan untuk bekerja (work) dan untuk kehidupan pribadi (personal life).
Pemahaman tersebut menimbulkan kesan bahwa pekerjaan seseorang dan kehidupan pribadinya adalah dua entitas yang saling berkonflik satu sama lain, sehingga harus ditemukan keseimbangan di antara keduanya.
Padahal kenyataannya, pekerjaan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan seseorang. Dengan demikian, bekerja sebaiknya dipandang sebagai salah satu sarana untuk membentuk kehidupan yang lebih baik bagi seseorang.”
Bekerja sebagai sarana aktualisasi diri
Mengutip teori Maslow, Mardi mengatakan pada dasarnya setiap orang mempunyai tingkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan paling dasar untuk bertahan hidup hingga kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Bekerja sebagai bagian dari kehidupan seseorang harus mampu memfasilitasinya untuk memenuhi semua tingkat kebutuhan tersebut.