Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Yuk, Patahkan 6 Mitos tentang "Kekayaan"

13 Desember 2020   06:00 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:00 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam jurnal berjudul “Talent vs Luck: the role of randomness in success and failure” yang diterbitkan oleh Cornell University, tiga peneliti asal Italia itu menyimpulkan bahwa orang tersukses adalah orang yang paling banyak memiliki keberuntungan.

Studi lain oleh ekonom Robert Frank dalam buku “Success and Luck: Good Fortune and the Myth of Meritocracy” menyebutkan bahwa momen keberuntungan membuat orang menjadi lebih murah hati dan lebih terbuka untuk berkontribusi pada kepentingan bersama.

Merangkum ketiga penelitian di atas, menurut saya, adalah penting menerapkan prinsip “ora et labora”. Berdoa sebagai ungkapan bahwa saya tidak berdaya tanpa berserah kepada Allah, bersyukur atas semua anugerah yang diberiNya, dan disiplin bekerja keras dengan daya tahan dan daya juang yang prima.

Ilustrasi (Money photo created by wirestock - www.freepik.com)
Ilustrasi (Money photo created by wirestock - www.freepik.com)

Mitos 3: Kekayaan Berasal dari Investasi yang Berisiko Tinggi

Fakta:

  • Mayoritas responden sangat berterima kasih atas program pensiun yang mereka peroleh dari tempat kerja
  • Beberapa responden mengatakan mereka mengumpulkan hasil dari strategi investasi yang sederhana dan berisiko rendah

Di Indonesia, saat ini sudah banyak perusahaan yang mengikutsertakan karyawannya dalam program Jamsostek yang memberikan “jaminan hari tua” dan “jaminan pensiun”. Program ini memberikan sejumlah “kekayaan” kepada seorang karyawan saat ia pensiun.

Chris Hogan menambahkan, “Para jutawan memahami bahwa risiko adalah sesuatu yang harus dikelola, bukan dihindari. Mereka melangkah dengan hati-hati, menimbang risiko dan potensi imbalannya. Kemudian, bergerak maju dengan hati-hati dan percaya diri.”

Kata kunci di sini adalah "keseimbangan". Portfolio investasi yang ideal perlu mempertimbangkan keseimbangan antara risiko dan imbal hasil untuk mencapai tujuan investasi tersebut.

Ilustrasi (Business photo created by schantalao - www.freepik.com)
Ilustrasi (Business photo created by schantalao - www.freepik.com)

Mitos 4: Berani Mengambil Risiko Bodoh Membuat Orang Cepat Kaya

Fakta:

  • Hasil penelitian Hogan menyimpulkan bahwa dibutuhkan perjuangan selama puluhan tahun untuk menjadi kaya
  • Hanya 5% responden yang menjadi kaya dalam waktu kurang dari 10 tahun
  • Lebih dari 50% responden menjadi kaya ketika sudah berusia 50 tahun ke atas

Menurut Hogan, membangun kekayaan adalah "permainan jangka panjang". Sebagian besar repondennya mengumpulkan kekayaan sedikit demi sedikit dan dalam waktu lama. “Mereka menyeimbangkan risiko dan imbalan dengan pola pikir jangka panjang. Setelah puluhan tahun, mereka duduk manis menikmati hasilnya.”

Hogan menambahkan bahwa salah satu cara terbaik untuk membangun kekayaan adalah memanfaatkan bunga majemuk, di mana saldo dan pendapatan bunga dalam jangka panjang menghasilkan lebih banyak bunga dari waktu ke waktu. Semakin cepat Anda menabung di rekening tabungan berbunga, semakin banyak bunga majemuk yang dapat Anda kumpulkan.

Mitos 5: Para Jutawan Memiliki Pendidikan dari Sekolah Bergengsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun