Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Tekad Indra untuk menjadi dokter semakin bulat. Lulus SMA, ia melanjutkan kuliah ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.
Saat memasuki masa ko-ass, setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat, ia diterima di Program S2 Farmakologi Universitas Padjadjaran. Indra harus pandai-pandai membagi waktu antara jaga malam di RS dan mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Satu dekade dan sewindu berlalu sejak Indra mendeklarasikan cita-cita menjadi dokter, kerja kerasnya berbuah manis. Indra meraih gelar “dokter” dan “Master Kesehatan (Farmakologi)”, saat ia menginjak usia dua puluh lima.
Melanjutkan Perjalanan di Jalur Endokrinologi
Tahun 2008, Indra melanjutkan perjalanannya di dunia kedokteran dengan mengambil spesialisasi penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gelar “Sp.PD” diperolehnya pada tahun 2012. Sejak saat itu, ia tercatat sebagai anggota FINASIM (Fellow of the Indonesian Society of Internal Medicine).
Selama lima tahun berikutnya, Indra mengabdikan diri menjadi internis di sebuah jaringan RS yang beroperasi di Jakarta dan Tangerang. Ia juga mengajar di Fakultas Kedokteran di universitas yang dikelola oleh grup usaha pemilik jaringan RS tersebut.
Pada tahun 2016, ia memutuskan untuk mendalami profesi endokrinologi. Pendidikan profesi endokrinologi ditempuhnya di Universitas Indonesia. Ia meraih gelar “Konsultan Endokrin-Metabolik-Diabetes (KEMD)” pada tahun 2019.
Dari tahun 2016-2019, ia harus bolak-balik Jakarta-Tangerang-Makassar. Indra bekerja melayani pasien di dua RS swasta. Satu di Jakarta Utara, lainnya di BSD, Tangerang. Sambil bekerja, ia menjalani kuliah profesi endokrinologi di UI dan S3 di UNHAS.
Menjawab pertanyaan mengapa tertarik mendalami endokrinologi, Indra menuturkan, “Angka kejadian/populasi diabetes di dunia tidak akan berkurang. Sebaliknya, angka ini akan terus meningkat. Prevalensi diabetes melitus (DM) secara global berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) adalah sekitar 463 juta orang (9.3%) pada tahun 2019. Angka ini diprediksi meningkat menjadi 700 juta orang pada tahun 2045.
Selain itu, angka kematiannya juga tinggi, yaitu sebesar 4.2 juta penduduk (10,7%) pada tahun 2019. Indonesia menempati urutan-7 dengan estimasi jumlah penyandang DM yaitu sebesar 10,7 juta penduduk pada tahun 2019 dan diproyeksikan meningkat menjadi 16,7 juta (9,9%) pada tahun 2045.
Sementara populasi diabetes terus meningkat, dokter spesialis endokrin, metabolik dan diabetes sangat terbatas. Saat ini, dokter SpPD-KEMD di Indonesia hanya tercatat sekitar 130an orang.”