Edfren benar. Tante saya seorang wanita desa yang sederhana. Beliau tidak paham pola asuh. Beliau tidak pernah dengar istilah free-range parenting. Beliau juga tidak tahu siapa Dr. Benjamin Spock.
Tetapi, beliau melakukan apa yang disarankan dokter tersebut. Tante saya memercayai instingnya. Saat memutuskan untuk menitipkan anaknya yang baru berusia 3 tahun kepada ibunya, beliau percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja.
"Umur 15 tahun, aku dititipkan pada nenek dari pihak Papa di Semarang. Tujuannya agar aku mendapatkan pendidikan yang lebih baik." Edfren mengenang. "Umur 18 tahun, ibu dan adik-adikku pindah ke Semarang. Aku ingat, setiap kali pembagian rapor, aku yang menjadi wali untuk mengambil rapor adik-adikku. Para wali kelas mereka suka memanggil aku dengan sebutan bapak muda."
"Lalu, rapormu?"
"Aku minta tolong tetangga yang mengambilkan. Tetanggaku jualan kue. Terkadang dia sibuk dengan dagangannya dan datang terlambat. Jika wali kelasku tidak sabar menunggu, beliau akan berikan rapor kepadaku dan ingatkan aku untuk minta tanda tangan ortu."
"Lalu, siapa yang tanda tangan rapormu dan rapor adik-adikmu?"
"Aku. Ayahku kerja di Bali. Ibuku buta huruf, tidak bisa tanda tangan. Jadi, mereka memberikan kuasa kepadaku. Aku yang menandatangani raporku sendiri dan rapor adik-adikku."
Sambil tertawa, Edfren melanjutkan, "Aku ingat, kami pernah beli rumah atas nama ibu. Karena ibuku buta huruf, aku yang membacakan dan menjelaskan isi Akta Jual Beli. Aku juga yang mengajari beliau cara tanda tangan. Intinya, ayahku memberi aku kepercayaan, dan aku berusaha menjaga kepercayaan itu."
Edfren bercerita bahwa tinggal jauh dari orangtua sejak usia 3 tahun membuat dirinya terkondisi untuk mandiri. Kakek dan nenek kami, juga ibu saya, adalah orang-orang yang mewarnai perkembangan masa kanak-kanaknya. Dia mengamati mereka, dan belajar hal-hal positif dari mereka.
"Dari pola asuh orangtuaku, aku merasa bahwa aku diberi kebebasan sekaligus diberi tanggung jawab. Sejak kecil, keadaan mengondisikan aku untuk menyelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan. Aku juga belajar melobi tetanggaku agar mau mengambilkan raporku."