Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dekade 2020-2030: Dekade Lansia Berjiwa Muda

18 Juli 2020   12:46 Diperbarui: 18 Juli 2020   12:41 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ourworldindata.org

Dan Schawbel mengkompilasi sejumlah penelitian tentang generasi boomers dan menyajikan beberapa fakta menarik, antara lain:

  • 65% dari boomers berencana tetap bekerja setelah usia 65.
  • 34% berencana tetap bekerja setelah usia pensiun untuk kesenangan, termasuk 18% yang senang jika tetap terlibat dan 16% yang senang karena menikmati pekerjaan yang mereka lakukan.
  • 80% boomers yang saat ini berusia 50an tahun masih aktif bekerja dengan pada posisi dan dengan kapasitas yang sama dengan apa yang mereka kerjakan di tahun-tahun sebelumnya.
  • 67% boomers merasa bahwa melakukan pekerjaan yang bermakna sangat penting bagi mereka.
  • Boomers memiliki 80% dari uang yang disimpan di tabungan dan asosiasi pinjaman.
  • 59% boomers mengharapkan jaminan sosial sebagai sumber utama pendapatan mereka di masa pensiun.
  • 73% boomers mengatakan mereka sangat paham mengenai investasi.

Boomers yang pensiun pada usianya, menjaga kualitas hidup dan kesehatan mereka dengan tetap terlibat secara sosial. Di rumah, kontribusi mereka tidak hanya sebatas sebagai penjaga cucu, melainkan juga sebagai sumber pertimbangan dalam penyelesaian masalah keluarga karena dianggap memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak, lebih bijaksana, dan memiliki pemikiran yang matang.

Mereka juga aktif dalam komunitas-komunitas sehingga memiliki teman bertukar pikiran dan perasaan, berolah raga sesuai usia mereka, berusaha mandiri dengan melakukan semaksimal mungkin hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan mereka, dan tidak sedikit yang menikmati hari tua dengan berwisata keliling tanah air atau keliling dunia.

Lansia: Beban atau Aset?

Ada paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa menjadi lansia identik dengan tidak produktif, pesakitan, beban keluarga, dan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain. Para praktisi HR berpikir bahwa produktivitas seorang pekerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pemikiran ini membuat perusahaan enggan mempekerjakan calon karyawan yang berusia di atas 50 tahun.

Sebuah penelitian baru-baru ini di Jerman memperlihatkan bahwa produktivitas lansia sedikit lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata, dan produktivitas tertinggi dihasilkan oleh tim kerja yang terdiri dari beberapa generasi. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa mereka yang tetap bekerja setelah usia pensiun berhasil memperlambat penurunan kemampuan kognitif yang disebabkan pertambahan usia. Kemampuan kognitif mereka setara dengan orang yang berusia satu setengah tahun lebih muda.

Tak dapat dipungkiri, penurunan fungsi fisik seiring dengan bertambahnya usia adalah sebuah keniscayaan. Namun, Sergei Scherbov, seorang demografer dari Austria mengingatkan, “Jangan menganggap seseorang orang "tua" hanya karena telah mencapai usia 65 tahun, tetapi pertimbangkan juga berapa lama mereka hidup. Semakin meningkat angka harapan hidup, semakin sedikit penuaan yang sebenarnya terjadi.”

“Saya senang jika berguna,” kata Miyao, 88, seorang mantan penjahit yang tinggal di Edogawa, Tokyo. Bersama delapan wanita lain, Miyao sibuk memasang sikat pembersih pada pegangan di salah satu Pusat Kerajinan Perak Jepang, yang memberikan pekerjaan paruh waktu untuk orang tua. Fumio Takengi, direktur Pusat Kerajinan Perak Jepang tersebut, mengatakan bahwa mempekerjakan lansia telah mempromosikan rasa ikigai (konsep orang Jepang tentang meningkatkan makna kerja dan hidup). “Sembilan puluh tiga persen dari anggota kami sangat sehat,” kata Takengi. "Kami percaya bahwa sistem kami membantu menjaga mereka tetap seperti itu."

Seorang psikiater di Zimbabwe, Dixon Chibanda, menyadari bahwa ia dan rekan-rekannya tidak akan dapat memberikan dukungan kesehatan mental yang cukup kecuali mereka mengidentifikasi dan melatih konselor yang dapat bekerja di desa.

Konselor yang paling efektif ternyata adalah nenek. Para nenek memiliki tiga kualitas yang paling dihargai oleh Dr Chibanda: keterampilan menyimak, empati, dan kemampuan berefleksi. Yang mengherankan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima enam sesi terapi empat mata dari nenek yang terlatih memiliki insiden depresi dan kecemasan yang lebih rendah setelah enam bulan dibandingkan mereka yang telah menjalani perawatan standar.

Para nenek di desa-desa di Zimbabwe bukanlah satu-satunya yang memiliki kemampuan dan panggilan untuk membantu orang lain. Orang yang lebih tua dapat menjadi mentor, guru, dan pekerja sosial yang luar biasa. Ketika ada begitu banyak masalah sosial yang harus diperbaiki, mengapa tidak mencobanya?

Lansia di dekade 2020-2030 adalah lansia yang berjiwa muda. Mereka relatif berpendidikan lebih tinggi, melek teknologi, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Mereka adalah aset bukan beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun