Bahan bakar fosil (Batubara, minyak dan gas) disebut sebagai penyumbang terbesar perubahan iklim (climate change) disamping deforestasi dengan pembakaran hutan liar oleh perkebunan, terhitung lebih dari 75% dari GHGs dan hampir 90% dari semua emisi karbon dioksida.
Kenaikan permukaan laut terdampak pada peta laut dan kehidupan pesisir
Samudra menyerap Sebagian besar panas dari global warming dan sekitar 90% dan dilaporkan mengalami peningkatan dua dekade terakhir meliputi seluruh samudrea.Â
Sebagaimana dilaporkan volume nya meningkat karena air bertambah. Melelehnya lembaran es di kutub juga menyebabkan permukaan perairan samudera naik dan mengancam komunitas pulau pulau dan pesisir pantai dan juga menghilangkan luas daratan yang mengubah peta suatu negara termasuk Indonesia.Â
Walaupun samudera berperan sebagai siklus karbon dengan menyimpannya dari atmosfir, namun jika berlebihan membuat perairan samudera menjadi asam, dan membahayakan kehidupan laut sebagai sumber makanan dan juga terumbuh karang (coral reefs) sebagai proteksi pantai dan tempat pemijahan biota laut yang berpotensi ekonomi.
Naiknya suhu samudera berdampak terhadap cuaca
Naiknya suhu samudera mengakibatkan cuaca ekstrim dengan meningkatnya badai dan merubah pola cuaca. Memberikan energy kepada badai dan siklon tropis lainnya secara berulang dan makin berkekuatan pergerakannya ke seluruh penjuru dunia menyabakan banjir dan kerusakan dimana-mana.Â
Pola cuaca yang berubah akibat suhu samudera menjadi hangat menyebabkan peran samudera menjadi kunci pergerakan air di planet Bumi. Karena samudera yang begitu besar ukurannya membuat siklus evaporasi (penguapan) dan presipitasi (hujan) menjadi terganggu.Â
Evaporasi yang berlebih memberikan kelambapan atmosfir yang berlebih meliputi samudera. Kelebihan evaporasi ini mempercepat terjadinya badai hujan dan badai salju pada daerah pesisir pantai (coastal area) dan daerah daerah terpencil.Â
Sementara daerah-daerah yang basah akan mengalami hujan berlebih dan daerah yang gersang akan mungkin menjadi kering dan tandus akibat siklus air yang berubah secara global. Masa panen pun ikut berubah dan mempegaruhi ketersediaan pangan dunia.Â
Laporan gagal panen akibar musibah alam, gagal panen akibat cuaca yang berubah ubah, gagal panen akibat hujan dengan Tingkat keasaman yang cukup tinggi telah dilaporkan dimana mana oleh para ahli (whoi.edu).