Mohon tunggu...
Annabilla Zahra
Annabilla Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Muhamadiyah Jakarta Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kaitan antara Ilmu Sosiologi Komunikasi dengan peristiwa G-30S/PKI

15 Juli 2024   01:59 Diperbarui: 15 Juli 2024   02:34 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan 30 September PKI (G30S PKI) merupakan peristiwa kudeta yang terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Indonesia. Gerakan 30 September atau G-30 S/PKI adalah pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 30 September 1965 dengan tujuan utama menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan menjadikan Indonesia menjadi negara komunis. Pemberontakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu menjabat sebagai ketua PKI. Peristiwa G-30 S/PKI merupakan salah satu pengkhianatan terbesar dalam sejarah Indonesia, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian ini.

Peristiwa G30S PKI terjadi mulai malam hingga dini hari, tepatnya pada 30 September malam hingga memasuki tanggal 1 Oktober 1965 dini hari. Pergerakan dimulai dengan menculik para perwira tinggi TNI AD. Letkol Untung yang bergerak menculik serta membunuh pimpinan TNI Angkatan Darat. Tiga dari 7 orang perwira langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan 4 lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya, Jakarta. Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal S. Parman, Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Mayor Jenderal MT. Haryono, dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo yang menjadi korban keganasan PKI.

Jenderal A.H. Nasution, yang juga menjadi target penculikan, berhasil lolos dari maut. Berkat keberanian sang istri, Johana Sunarti, yang menahan pintu kamar dengan segenap tenaganya, saat pasukan Cakrabirawa datang bergerombolan sekitar 100 orang pada 30 September 1965 sekitar pukul 04.00, AH Nasution dapat memanjat pagar dan bersembunyi di Kedutaan Besar Irak. Namun, dalam peristiwa ini, putri tercinta AH Nasution, Ade Irma Suryani Nasution, gugur tertembak saat saat mencoba melarikan diri di gendongan sang tante Mardiah. Tak hanya itu, ajudan AH Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, juga diculik dan dibunuh dengan kejam di Lubang Buaya.

Ilmu sosiologi komunikasi mempelajari dampak interaksi antara individu serta perubahan dalam pola hidup. Dalam konteks tragedi ini, penulis menganalisis kaitan antara ilmu sosiologi dengan peristiwa G-30 S/PKI, yaitu

  • Propaganda dan media : berperan penting dalam membentuk opini publik, memperkuat ideologi tertentu, dan mengarahkan persepsi publik. Pada saat dan setelah peristiwa G-30 S/PKI, berbagai pihak menggunakan propaganda dan media untuk menyebarkan informasi dan misinformasi yang mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat. Dalam proses ini, media berperan besar, informasi yang disebarluaskan mempengaruhi cara masyarakat melihat situasi dan memutuskan tindakan selanjutnya.

  • Kebijakan dan Kekuasaan: peristiwa ini menyoroti bagaimana politik dan kekuasaan dapat diubah melalui interaksi sosial dan kekuatan politik. PKI berusaha menggulingkan pemerintahan Soekarno dengan menggunakan kekuatan militer dan hubungan sosial yang mendukungnya. Pemerintah harus menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan gerakan ini. 

  • Dampak Sosial dan Politik: Peristiwa-peristiwa ini mempunyai dampak sosial dan politik yang signifikan, termasuk pembunuhan perwira, penculikan, dan kekerasan yang meluas. Efek ini menunjukkan bagaimana interaksi sosial dan politik dapat mempengaruhi perubahan sosial dan politik yang radikal. 

  • Stigmatisasi dan diskriminasi : terhadap kelompok tertentu yang berafiliasi dengan G-30 S/PKI terjadi melalui komunikasi dan interaksi sosial. Dampak stigma ini sangat besar karena mempengaruhi gaya hidup dan hubungan sosial masyarakat pada kelompok tersebut. Stigma ini dapat menimbulkan ketakutan, rasa malu dan isolasi, sehingga membatasi peluang dan pilihan bagi mereka yang terkena dampak.

Sosiologi komunikasi dapat digunakan untuk menganalisis peristiwa G-30 S/PKI dari berbagai sudut pandang. Propaganda dan media berperan penting dalam membentuk opini publik dan memperkuat ideologi, sedangkan politik dan kekuasaan berperan dalam perubahan politik melalui interaksi sosial. Peristiwa-peristiwa ini juga mempunyai konsekuensi sosial dan politik yang penting, serta stigmatisasi dan diskriminasi terhadap kelompok tertentu, yang mempengaruhi gaya hidup dan hubungan sosial masyarakat. Jadi analisis sosiologi komunikasi dapat mengungkap dinamika interaksi dan perubahan di balik peristiwa sejarah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun