Mohon tunggu...
anna_ nahnu98
anna_ nahnu98 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pengkaji sejarah Islam.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Refleksi Dari Peringatan Hari Ibu Kartini 2024

23 April 2024   10:39 Diperbarui: 23 April 2024   13:13 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi di hari peringatan Ibu Kartini di pantai Bondo, Jepara. 

Sebagai perempuan yang lahir di Bumi Kartini saya cukup bersyukur dan senang.  Semoga tertular dengan semangat perjuangan Ibu Kartini.

Dari dulu hingga saat ini, penyelenggaraan ummat upacara hari ibu Kartini selalu mengenakan dress batik bagi laki2 dan kebaya untuk perempuan.  Apakah hal ini sebuah kewajiban? Pasalnya saya belum pernah melihat langsung orang yang upacara dengan selain mengenakan dua model baju ini, kecuali baju daerah adat.  Misalnya dalam hal ini gamis atau hanya baju biasa yang sekiranya masih layak dan sopan untuk dikenakan dalam kegiatan upacara. 

Kata salah satu murid les saya begini, "Bu, apakah memperingati hari ibu Kartini harus pakai kebaya?".

Saya jawab, "Nggak harus, semua boleh mengenakan pakaian apapun dengan catatan sesuai norma sosial (sopan)".

Merias diri hingga saling adu menor, pakaian indah hingga tak mau kalah, semua itu bukan yang diinginkan sang pahlawan kita, bukan!.

Sejatinya mengenang dan memperingati hari sang pejuang emansipasi perempuan bukanlah hanya terletak pada jenis dan apa pakaian yg kita kenakan, akan tetapi pengaruh dan teladan yang kita peroleh dari ibu Kartini. Keberanian, kesabaran, ketangguhan, dan contoh lainnya harusnya kita ambil sebagai teladan. Dalam situasi apapun pikiran positif harus tetap kita jalankan. 

Tiga poin yang bisa kita gunakan sebagai pegangan model teladan dari sang pahlawan pejuang kesetaraan perempuan :

1. Berani melangkah untuk perubahan.

Bukan hal mudah, hidup dalam lingkungan zaman penjajahan dan kungkungan keluarga adat Jawa. Akses menempuh pendidikan pun tidak mudah, hanya saja karna beliau adalah anak bangsawan, maka dengan prestis itu beliau dapatkan. Namun, walaupun dengan begitu beliau tetap memikirkan kaum nya, yaitu sesama perempuan yang tidak merasakan apa yang beliau dapatkan. Perubahan sedikit demi sedikit dengan surat menyurat bersama temannya di Belanda, bukti bahwa ibu Kartini sungguh antusias dalam belajar bersama mereka kaum terpelajar. 

2. Tidak melupakan tradisi dan adat Jawa meski temannya orang Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun