Raja baunya sayuran, petai
Bagi para pecinta lalapan satu ini, sangat nikmat dipadukan dengan lauk apapun, dialah petai.  Petai merupakah jenis sayur yang sangat familiar di kawasan Asean. Sayur ini  termasuk dari jenis polong-polongan dan berpohon menjulang tinggi hingga 20-30 meter. ciri khas  aroma  nya yang sangat menyengit ketika dilahap, bagi sebagian orang hal ini sangat menyebalkan.  Bau yang ditimbulkan dari makan petai bertahan hingga menjadi air urin. Biasanya orang yang sehabis makan petai, ketika hendak mau buang air kecil maka siap-siap untuk mengguyur air sebanyak-banyaknya, hingga bau tak sedap hilang dari edaran ruangan.
Meski beigitu, ternyata lalap petai mengandung banyak manfaat. Menurut Yetti Elidar dalam tulisanya (jurnal) terdapat manfaat yang tidak sedikit bagi lalapan satu ini, diantaranya adalah protein, karbohidrat, kalsium, zat besi dan vitamin.  Mengonsumsi secara tidak berlebihan tentu yang sangat dianjurkan. Mengonsumsi petai sangat beragam macamnya, sebagian orang ada yang suka petai versi muda, dan sebagian juga ada yang lebih suka ketika sudah matang total,  dengan kulit yang berwarna hitam tidak pekat dan isinya yang berwarna oranye.  Gaya pilihan memakan pun juga bervariasi,  terkadang ada yang leih suka dimakan mentahan (dengan dalih, rasanya lebih kuat), dan ada juga yang lebih memilih untuk dimasak terlebih dahulu, entah dicampuri dengan  sayuran lainya atau ikan-ikanan,  umunya dengan udang.
 Untuk di daerah pedesaan sendiri (seperti di desa saya sendiri) harga petai sangat terjangkau, apalagi kalau sudah musimnya dan pasaran sudah dibanjiri para penjual, wah itu sih harga murah-murahan. Berbeda kalau belum banyak dipasaran, misalnya di awal musim yang paling dahulu petaimya sudah matang. nah, ketiku itu harganya masih lumayan.
Sayur petai merupakan sayur musiman, dengan jengkol, durian  dan buah rambutan. Kesemunya menurut masyrakat desa saya, sangat tidak baik jika dikonsumsi berbarengan, katanya sih bikin orang bisa sakit atau muntah.
Saya pribadi dulunya sangat suka makan dengan lauk yang didalmnya dicampur dengan petai atau sambal yang dipadukan dengannya, akan tetapi setelah lama tinggal di negeri orang, ketika pulang saya menjadi tidak begitu menyukainya. Makan iya tapi tidak sehebat dahulu.
Bagaimana, apakah anda juga termasuk para pecintai lalap petai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H