Mohon tunggu...
Mbak Celsa
Mbak Celsa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Soekarno Pemimpin yang revolusioner tapi tidak otoriter Sang proklamator yang tidak koruptor Bermartabat dan tidak memakan uang rakyat Sangat Indonesia-is dan Pancasila-is

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Siapa Bilang LTS Bukan Ancaman

13 Agustus 2015   11:13 Diperbarui: 13 Agustus 2015   11:13 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kepulauan Natuna, yang merupakan pulau yang paling Utara menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Tiongkok Selatan. Karena konflik di Laut Tiongkok Selatan yang kian memanas dan cenderung menimbulkan sensitivitas tinggi, rute perdagangan internasional berbelok melewati Kepulauan Natuna. Jalan pintas ini diambil karena pertimbangan keamanan dan jarak yang cukup dekat dibanding jalan pintas lainnya.

Bayangkan dari sudut pandang geopolitik, letaknya yang bersinggungan sangat memungkinkan masuk pengaruh asing yang turut ingin menghancurkan stabilitas keamanan. Perlahan akhirnya Kepulauan Natuna harus angkat koper dari kerajaan Garuda Merah Putih. Sangat disayangkan apabila salah satu anggota keluarga besar kita harus berpisah beda atap karena tidak ada yang mempedulikan dirinya.

Ada bukti lain yang dianggap relevan mampu mengamcam NKRI. Australia dan Singapura yang merupakan sahabat pena Om Sam juga turut mendukung kebijakan yang diambil Om sepenuhnya. Sadar atau tidak, AS sudah menanam pangkalan militer di Pulau Diego Garcia, Christmas, Cocos, Darwin (semua pulau tersebut milik Australia) dan juga negara Guam, Filipina dan memungkinkan perluasan hingga Malaysia dan Singapura. Bukankah letak Indonesia terkepung dari semua wilayah tersebut ?

Indikasi tersebut jangan dianggap remeh, justru kepentingan politik datangnya terselubung, tidak ujug-ujug menyampaikan maksud dan tujuannya kedatangannya.

Karena Kepulauan Natuna yang sangat rentan menjadi efek domino dari sengketa LTS, bisa jadi Alusista kita sebagian besar dipindahkan untuk menjaga kawasan Natuna, sedangkan masih banyak wilayah perbatasan lain yang rawan dicaplok negara lain. Akibatnya mengkhawatirkan pertahanan dan keamanan yang semakin loyo karena tidak mampu mengamankan NKRI yang begitu luasnya.

Keterlibatan Asing (AS) dan Aseng (RRT) dalam sengketa LTS tentu akan menurunkan ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality) yang merupakan pedoman dasar negara penghimpun ASEAN dalam menyelesaikan sengketa. ZOPFAN yang tidak berjalan maksimal sangat memicu kesenjangan berbagai sektor termasuk fokus utama Pak Presiden Jokowi, IMEP.

Terus Aku Kudu Piye ?

Masalahnya, tidak semua dari kita mampu menguasai ilmu pendidikan militer, hankam ekonomi, sospol, geopolitik dan sebagainya. Langkah kecil yang bisa kita lakukan jangan pernah meninggalkan kebudayaan dan sejarah kita. Bahkan sang Proklamator Ir. Soekarno sudah menekankan sedalam-dalamnya di pidatonya berjudul “Jas Merah” (JANGAN SAMPAI MELUPAKAN SEJARAH) karena itulah yang akan menimbulkan rasa cinta kita kepada Indonesia. Bukan berarti kita harus meninggalkan globalisasi.

Kalau sudah tumbuh rasa cinta tanah air, tentu saja melakukan hal apapun yang bertujuan untuk membangun Indonesia terasa nyaman. Manfaatkan momen detik-detik menjelang Dirgahayu RI ke 70 dengan menumbuhkan semangat yang tinggi. Penulis pun ingin menumbuhkan semangat yang tinggi meski tidak sehebat pejuang terdahulu. Intinya, satu kepala sudah berkontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Bantu dukung kabinet Jokowi-JK.

“AYO KERJA”

Salam Indonesia ! Dirgahayu RI ke 70.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun