Mohon tunggu...
Mbak Celsa
Mbak Celsa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Soekarno Pemimpin yang revolusioner tapi tidak otoriter Sang proklamator yang tidak koruptor Bermartabat dan tidak memakan uang rakyat Sangat Indonesia-is dan Pancasila-is

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Pergerakan AS dan RRT di Asia Pasifik

6 Agustus 2015   15:51 Diperbarui: 6 Agustus 2015   15:51 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kita memang belum sepakat sepenuhnya bahwa persaingan global antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di Asia Tenggara akan mengarah pada perang konvensional. Namun ada satu tren isu global yang tak terelakkan saat ini: Persaingan global antara negara Amerika Serikat versus Tiongkok-Rusia telah bergeser dari kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia Pasifik.

Artinya, Asia Pasifik akan menjadi “Zona Pertempuran” baru berbaga kepentingan negara-negara adidaya. Tentu saja Indonesia juga akan menjadi “Objek Pertempuran” berbagai negara-negara adidaya. Tren global yang saat ini tengah berlangsung seharusnya sudah tidak mengagetkan kita lagi.

Sejak pra kemerdekaan, Soekarno sudah mengingatkan betapa strategisnya kawasan Asia Pasifik di kelak kemudian hari. Beliau menganalogikan bahwa kawasan Asia Pasifik akan menjadi pusat dunia. Kelak suatu saat Eropa akan menjadi benua yang semakin keriput, sedangkan Asia akan menjadi gadis kembang nan elok yang menarik perhatian.

 

Lalu apa pengaruhnya bagi Indonesia ?

Sekadar ilustrasi nyata. Kenyataan bahwa di Sampang Madura, Jawa Timur, terungkap mampu menghasilkan 14 ribu barel per hari minyak bumi. Artinya, Madura mampu menghasilkan uang minimal senilai 1,4 juta dolar Amerika Serikat per harinya. Jelas parasnya Ibu Pertiwi yang cantik jelita dipandang Om Sam mempunyai nilai strategis secara geopolitik. Sehingga kecenderungan untuk merebut pengaruh kawasan Indonesia melalui berbagai sarana dan iming-iming terselubung tidak dapat dimusnahkan. Itu baru hanya Madura, belum keseluruhan dari Sabang sampai Merauke. Bisa dibayangkan betapa kayanya para negara Super Kolonialisme mengeruk tanah kita.

Mengutip sepotong isi dari laporan CFR (Council of Foreign Relations) rezim Bush “Akibatnya, setiap gangguan atau pengalihan terhadap alur pasokan minyak tersebut akan  mengakibatkan pengaruh yang berdampak menghancurkan ekonomi Asia Timur, dan pada perkembangannya dampak sekunder yang tidak terbayangkan terhadap ekonomi Amerika juga.” Atas rekomendasi tersebut, Om Sam melakukan intervensi dengan modus menjaga perdamaian di LTS.

Meskipun Laporan tersebut dirilis semasa pemerintahan Bush, dipastikan Obama akan merujuk pada rekomendasi tersebut. Karena untuk menjaga keamanan Amerika Serikat dan anteknya, tergantung pada kemampuan memelihara kepercayaan negara regional Aspas terhadap kehadiran dan pengaruh Amerika di kawasan itu, serta terbukanya akses luas ke jalur laut yang ada di kawasan itu.

Di sinilah posisi krusial Indonesia dan ASEAN  ke depan yang tidak dapat dihindarkan. Atas rujukan nenek moyang terdahulu, Amerika perlu membina hubungan yang kuat dengan negara-negara ASEAN, khususnya Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei yang posisinya mengepung Tiongkok. Singapura tidak lepas dari pantauan Om Sam karena dinilai berlokasi sangat ideal untuk menguasai Selat Malaka yang berseberangan dengan Batam.

Singkat cerita, Selat Malaka adalah jantungnya Singapura. Bahkan Soekarno dan Soeharto sempat berencana ingin menguasai Selat Malaka. Apabila daerah tersebut berhasil dikuasai, niscaya Singapura akan terkubur di dasar lautan.

Walaupun sempat beredar bahwa Tiongkok, AS dan Filipina sepakat menghentikan proyek reklamasi, penempatan fasilitas militer dan segala bentuk tindakan agresif di LTS, tentu sangat memungkinkan munculnya kepentingan terselubung yang berpotensi menciptakan masalah baru.

Karena itu sudah sewajarnya Indonesia mewaspadai segala macam bentuk kegiatan seperti latihan militer bersama dan forum gabungan lintas negara yang biasanya sepenuhnya berada dalam Kendali Pentagon. Baik pelatihan militer antar angkatan maupun antar negara maupun program pelatihan dalam bentuk pertukaran tingkat perorangan perwira maupun kelompok kecil.

Dengan bergesernya pertarungan Ultra Power Nation di Asia Pasifik, maka perlu disadari bahwa keduanya mempunyai kebijakan strategis dan doktrin pertahanan-keamanan dalam rangka menguasai wilayah strategis di Jalur Sutra, khususnya Laut Tiongkok Selatan dan Selat Malaka. AS mempunyai doktrin yang “the US Commission on Ocean Policy”, sedangkan Tiongkok mempunyai “the String of Pearl” sebagai rencana strategis untuk menguasai Jalur Sutra.

Intinya, Indonesia harus mewaspadai dan membaca secara jeli tujuan  strategis AS maupun Tiongkok di Indoenesia, dari pemerintah mengerucut ke masyarakat luas !

Penulis mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan miss analyzing, karena ini hanya sebatas argumen dari beberapa pendapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun