Mohon tunggu...
Anna DwiCahyani
Anna DwiCahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - SWCU'19

Be the best, do the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

[Kreanova] Methuk Kacang Hijau, Lah Kok Kacang Hijau "Dipethuk" (Jemput)?

30 November 2021   17:46 Diperbarui: 30 November 2021   20:47 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: suaramerdeka.com

    

Hallo teman-teman Kompasiana, sudah lama tidak menyapa dengan tulisan-tulisan sederhana. Semoga sehat selalu, ya...

Pertama kali saat melihat judul, adakah dari kalian yang merasa aneh dengan kata-katanya? Atau justru tertawa? Pasti orang yang paham Bahasa Jawa langsung mengerti apa itu 'methuk' tanpa perlu melihat terjemahan. 

'Methuk' dalam Bahasa Jawa memiliki arti menjemput dimana kata dasarnya adalah 'pethuk'. Lalu, mengapa ada istilah "methuk kacang hijau"? Apakah ada hubungan antara 'methuk' dengan kacang hijau?

Oke, sebelum berlanjut ke pembahasan "methuk kacang hijau", mari mengenal kacang hijau terlebih dahulu. Kacang hijau memiliki nama latin berupa Vigna radiata L. yang merupakan salah satu dari berbagai jenis tanaman pangan. 

Dibandingkan pada tanaman kedelai dan kacang tanah, kandungan karbohidrat pada tanaman kacang hijau ternyata memiliki nilai yang lebih tinggi, yakni sejumlah 62,9 gram dari setiap 100 gram kacang hijau. Selain sebagai sumber karbohidrat, kacang hijau juga mengandung protein dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. 

Tanaman kacang hijau pun juga memiliki peran dalam memperbaiki kesuburan tanah, karena akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang mana bakteri ini dapat mengikat Nitrogen bebas sehingga menjadi Nitrogen tersedia.

Kebutuhan masyarakat akan kacang hijau semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain kebutuhan dalam negeri, permintaan ekspor kacang hijau pun turut serta meningkat. Hal inilah yang menjadi dorongan untuk meningkatkan produksi kacang hijau. Jika diperkirakan, produksi kacang hijau dalam negeri baru mencapai angka 261.280 ton per tahun. 

Padahal, kebutuhan kacang hijau dalam negeri sendiri mencapai angka 290.000 ton per tahun. Maka dari itu, peluang pasar kacang hijau masih terbuka didorong dengan harga jual panenannya cenderung stabil, tanamannya yang berumur pendek dengan sifat tahan terhadap kekeringan, serta mudah untuk dibudidayakan.

Kembali ke "methuk kacang hijau", istilah ini merupakan sebuah terobosan inovasi di bidang pertanian oleh Pemerintah Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Istilah tersebut digunakan untuk model sistem penanaman kacang hijau yang terbukti berhasil dalam meningkatkan produktivitas. Bahkan, Kabupaten Demak bisa tampil menjadi leader (pemimpin) ekspor pada tingkat nasional. 

Menurut Wibowo, selaku Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Demak, luas panen kacang hijau tahun 2020 mencapai 25,952 hektare dengan jumlah produksinya mencapai 36.981 ton per tahun. Jika dibandingkan pada data BPS tahun 2014, luas panen kacang hijau Kabupaten Demak seluas 25,421 hektare, produksi 34.099 ton, dan produktivitasnya yang sebesar 13,41 kuintal per hektare ini tidak berbeda jauh dengan data tahun 2020.

Meskipun produksi meningkat, tetapi boleh diakui bahwa selama ini produktivitas kacang hijau di Kabupaten Demak belum optimal. Katakanlah produktivitas di lapangan hanya sebesar 1,3 ton per hektare, padahal potensi produktivitas kacang hijau Kabupaten Demak bisa mencapai 2 ton per hektare. 

Berbagai permasalahan yang dialami oleh petani diantaranya adalah ketersediaan air yang belum mencukupi dan hanya terbatas pada musim kemarau sehingga menghambat produktivitas kacang hijau. Maka diperlukan upaya untuk menangani permasalahan tersebut, yakni "methuk kacang hijau".

"Methuk kacang hijau" telah dijelaskan oleh Heri Wuryanta, selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, yakni suatu sistem penanaman kacang hijau lebih awal dari waktu tanam pada umumnya. Kacang hijau biasa ditanam pada musim kemarau (setelah padi) di lahan sawah irigasi maupun lahan kering. 

Sumber: dinkominfo.demakkab.go.id
Sumber: dinkominfo.demakkab.go.id

Melalui 'methuk' ini, kacang hijau bisa ditanam lebih awal yakni dengan cara menyebar benih di area tanaman padi yang dalam kondisi akan dipanen, sekitar 2-5 hari sebelum panen. 

Waktu panen kacang hijau menjadi lebih singkat hanya sekitar 2 bulan dan menguntungkan menurut Suwandi selaku Dirjen Tanaman Pangan Kementan. Heri menambahkan beberapa keuntungan 'methuk' diantaranya adalah menghemat dalam hal pengairan, meningkatkan produksi kacang hijau, pemanfaatan tanah bera (tidak terpakai), menghemat tenaga kerja, serta tentunya meningkatkan pendapatan petani.

Mengapa melalui "methuk kacang hijau" dapat menghemat tenaga kerja? Jika penanaman kacang hijau menggunakan sistem monokultur atau hanya ditanami kacang hijau saja, maka tenaga kerja yang dibutuhkan banyak. 

Kebutuhan tenaga kerja penanaman kacang hijau dengan luas lahan 1 hektare bisa mencapai 15 orang, apalagi jika dikerjakan dengan sistem tugal atau 'ceblok'. Biaya yang diperlukan pun menjadi cukup besar. 

Dengan menggunakan sistem 'methuk', tenaga kerja yang diperlukan untuk lahan seluas 1 hektare cukup hanya 1 orang saja sehingga bisa menghemat biaya.

Demikian tulisan sederhana ini mengenai sebuah inovasi peningkatan produktivitas tanaman pangan, semoga bisa menginspirasi sehingga ketahanan pangan akan terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun