Limbah cair ini mengandung banyak bahan organik di dalamnya sehingga bakteri akan tumbuh dengan baik karena menyukai lingkungan seperti itu.
Limbah pembuatan tahu yang berbentuk padat dihasilkan dari pengendapan limbah cair yang ditampung pada bak-bak.Â
Hasil survei Trianti (2017) ke rumah-rumah produksi di Palembang dikatakan bahwa pengendapan dan penyaringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi pencemaran.Â
Sebenarnya, padatan inilah (yang disebut dengan ampas tahu) yang memiliki kegunaan untuk pakan hewan ternak, seperti sapi, kambing, ayam, bebek, babi, dan lainnya.
Faisal (2016) mengatakan bahwa limbah pembuatan tahu tersebut dapat diolah menggunakan metode biologis yang berbasis pada data analisis nilai rasio tambah tahu BOD/COD di atas 0,5.Â
Kandungan BOD sebesar 4.856 mg/l dan COD sebesar 9.729 mg/l. Indahwati (2008) berkata, limbah cair pembuatan tahu dari hasil analisis mengandung zat-zat karbohidrat, protein, lemak dan mengandung unsur hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe.Â
Dengan melihat kandungan unsur hara yang terdapat pada limbah cair ini, maka berpotensi untuk dijadikan bahan pembuatan pupuk cair. Pembuatan pupuk ini bisa membantu mengatasi limbah yang semakin meningkat, terutama dari industri tahu rumahan.
Menurut Handayani (2006), limbah cair pembuatan tahu dapat dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk, karena di dalam limbah tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.Â
Penelitian Aliyenah (2015) menunjukkan bahwa Kandungan hara limbah cair industri tahu sebelum dan setelah dibuat pupuk cair memenuhi standar pupuk cair baku yang dipersyaratkan oleh Permentan Nomor: 28//SR.130/B/2009 sehingga dapat dimanfaatkan untuk pupuk cair organik yang dapat digunakan untuk pemupukan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian dari Trianti (2017), pemberian limbah cair pembuatan tahu berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan jumlah daun, jumlah tangkai daun, maupun tinggi tanaman seledri (Apium graveolens L.).Â
Penelitian yang ia lakukan berhasil juga karena didukung oleh kondisi lingkungan yang baik, yakni meliputi suhu, oksigen, dan tanah yang terbebas dari faktor penghambat pertumbuhan tanaman seledri. Berikut ini adalah tabel hasil penelitiannya.