Mohon tunggu...
Ana Purwitasari
Ana Purwitasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

In der heutigen Zeit studiere an einer Uni in der Deutschabteilung in Bandung. Denn später möchte Übersetzerin werden. Wenn Freizeit hab', schreibe gern eine Novelle. Wie meine Dozentin hat gesagt, "Das Lesen ist die Brücke, die bunte Welt zu sehen." Einverstanden!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Para Pejuang Posdaya

5 Desember 2013   07:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:18 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu bergulir seakan sangat cepat. Tak terasa langkah kami kini telah kembali ke jalan hidup kami masing-masing. Ya, masih ingat dalam benak kami saat melalui jalan yang berlubang dan berbatu menuju sebuah desa yang terletak di bagian ujung kecamatan ini. Sempat terbersit dalam benak kami, bagaimana kami bisa bertahan hidup di desa yang berjarak lumayan jauh dari keramaian kota. Tapi, berbekal tekad bahwa tak ada yang tak bisa kami lakukan, akhirnya kami menyongsong hari demi hari untuk membangun sebuah Posdaya yang ditugaskan oleh pihak universitas. Posdaya. Nama itu mungkin tak asing bagi kebanyakan orang. Ya, pihak universitas menugaskan kami untuk membentuk Posdaya di desa yang kami pilih dengan tujuan untuk mendorong penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu dari, oleh, dan untuk masyarakat. Singkat cerita, kami pun memulai sosialisasi Posdaya beberapa hari setelah kedatangan kami di desa ini. Hampir setiap hari, pada setiap kesempatan, kami tak lupa mengenalkan Posdaya pada masyarakat desa yang sebagian dari mereka masih awam dan kurang mengetahui esensi keberadaan Posdaya. Jarak antardesa yang cukup jauh dan medan yang berubang dan berbatu tak menghentikan langkah kami untuk mengajak seluruh elemen masyarakat desa agar ikut berpartisipasi dalam Posdaya yang telah dibentuk nanti. Alhamdulillah, Tuhan Yang Maha Kuasa membantu ikhtiar kami. Pada 3 Juli 2013 Posdaya Padaasih di desa tersebut berhasil dibentuk. Ada segurat kebahagiaan dan kelegaan bernaung dalam hati kami. Namun kami tak boleh berhenti sampai di sini. Tugas kami masih belum selesai. Kami, sebagai fasilitator mempunyai kewajiban untuk menjembatani antarsistem (aparat desa) sehingga tercipta persamaan persepsi di antara mereka. Secara fisik, Posdaya memang telah dibentuk. Namun program kerja Posdaya Padaasih belum disusun. Kami bersama pengurus Posdaya yang baru dibentuk beberapa kali mengadakan rundingan. Kami berdiskusi tentang kebutuhan desa ini. Jika dilihat secara sekilas, Desa Padaasih yang terletak paling ujung di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang memang membutuhkan banyak sekali sokongan dana. Hal tersebut dikarenakan jalan yang menghubungkan desa ini dengan pusat kecamatan bisa dikatakan rusak parah. Jalanan yang berlubang dan selalu menghambat para pengguna kendaraan setiap kali melewatinya bisa dibilang tak layak disebut jalan.

Selain itu, desa ini juga membutuhkan penerangan di jalan yang menghubungkan antardusun. Jika merujuk pada informasi yang diberikan pihak desa, Desa Padaasih merupakan desa terluas yang ada di Kecamatan Conggeang. Kami pun sempat dibuat bingung ketika mendengar berbagai keluhan masyarakat. Akan tetapi, berkat usaha kami yang maksimal, alhamdulillah kami bisa mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. Puji syukur kami dan warga desa panjatkan kehadirat Tuhan. Saat kami berada di sana, alhamdulillah jalan yang menghubungkan dusun Peundeuy dengan dusun Batu Karut bisa diperbaiki berkat program PNPM. Meskipun kami tidak ikut campur tangan dalam pengajuan pencairan dana PNPM, tapi kami sangat berterima kasih karena pihak desa mengizinkan kami ikut membantu kerja bakti dalam perbaikan jalan. Sehingga saat ini para siswa yang hendak berangkat sekolah bisa melalui jalan tersebut. Singkat cerita, sesuai kesepakatan dengan pengurus Posdaya, disusun beberapa program yang mencakup lima bidang yaitu kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, agama dan karakter, dan ekonomi. Dalam bidang kesehatan, program yang dimaksud adalah penguatan kegiatan Posyandu di semua dusun yang ada di desa tersebut. Sedangkan dalam bidang lingkungan hidup dan pendidikan yaitu penyusunan kegiatan Mingsih (Minggu Bersih) dan penyelenggaraan program cerdas cermat. Hal tersebut dikarenakan potensi yang dimiliki oleh para siswa yang ada di desa tersebut. Kami sadar bahwa di desa ini banyak siswa yang cerdas namun penyaluran kecerdasannya itu masih belum maksimal. Sehingga kami terdorong untuk mengusulkan program cerdas cermat yang seluruh soal-soalnya disusun oleh kami (sesuai permintaan pengurus Posdaya) dan disesuaikan dengan standar soal untuk olimpiade. Selain itu, program yang dilaksanakan dalam bidang agama dan karakter yaitu penyelenggaraan kegiatan pesantren kilat (Sanlat). Landasan utama diselenggarakannya kegiatan ini yaitu masyarakat desa yang relijius dan memegang teguh nilai-nilai agama. Hal itu terlihat dari rutinitas kegiatan pengajian yang dilakukan warga setiap sore. Dalam bidang ekonomi, pengurus Posdaya sepakat untuk mengadakan kegiatan penyuluhan tentang makna wirausaha bagi masyarakat desa. Langkah ini diambil karena sebenarnya ada beberapa pengusaha yang tinggal di desa ini, namun masih sulit dalam memasarkan produknya. Hal itu disebabkan jarak tempuh yang cukup jauh dari desa menuju kota. Melalui penyuluhan ini, diharapkan warga sadar bahwa potensi wirausaha yang mereka miliki akan membawa kesejahteraan bagi mereka dan keluarga jika mereka mampu melewati setiap rintangan yang ada. Sayangnya, waktu yang diberikan pihak universitas pada kami sangatlah singkat. Tak terasa 40 hari kami menghabiskan waktu bersama di desa ini. Begitu banyak cerita suka dan duka yang kami torehkan. Begitu banyak kebaikan dan kasih sayang warga desa yang dicurahkan bagi kami. Selama 40 hari berada di Padaasih, kami belajar bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah ketika kita bermanfaat bagi orang lain. Tak ayal bahagianya kami saat kedatangan kami disambut suka cita warga setempat dan kepulangan kami diantar kesedihan yang mendalam oleh warga. Semoga kebaikan kami selalu dikenang oleh warga dan keburukan kami dimaafkan oleh warga.

Bandung, 5 Desember 2013 Ana Purwitasari

13862033211525741346
13862033211525741346

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun