Pada sesi Closing Statement Debat Capres keempat, banyak diwarnai canda yang mengurangi ketegangan-ketegangan akibat perbedaan pendapat mengenai sejumlah tema yang jadi topik debat malam itu.
Jokowi memulai candanya, dengan mengaku senang naik sepeda. Dan ketika naik sepeda rantainya sering putus. "Pak Prabowo, saya ini senang naik sepeda. Dan sering ketika naik sepeda rantainya putus...," kata Jokowi menjelaskan kegemarannya dalam bersepeda.
Tetapi benarkah ketika Jokowi naik sepeda sering rantainya putus? Jika sering, kenapa tak ada media yang pernah meliputnya? Apakah media takut meliput berita rantai sepeda Jokowi yang putus? Padahal kalau dimuat, bukan hanya akan viral, tetapi akan menjadi berita human intrest menarik yang bisa menaikkan elektabilitas Jokowi.
Berita yang ramai seputar Jokowi naik sepeda, adalah pada acara Gowes Bandung Lautan Sepeda, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2018 di Kota Bandung. Dengan mengenakan pakaian ala Bung Tomo, Jokowi menggowes sepeda ontel tua produksi tahun 1940, menempuh jalan sejauh 5,6 km di kota Kota Bandung, didampingi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Kepala Staf Kepresidenan Jendral Muldoko. Gowes sepeda itu berakhir di Gedung Sate.Â
Ketika itu Jokowi mengaku bahwa sepeda yang dikendarainya tanpa rem. Jokowi pun berceritera, "Ada beberapa pilihan sepeda. Saya pilih yang paling enteng, tapi tak ada remnya. Tadi saya agak minggir. Grogi karena gak ada remnya. Paling nanti kalau jalannya turun, barang kali akan saya tabrakkan ke trotoar supaya berhenti. Tapi alhamdulillah, lancar, " kata Jokowi sambil tertawa. Jokowi pun mengaku sempat bimbang sebelum naik sepeda tanpa rem, tapi akhirnya setelah dicoba jadi terbiasa.
Ternyata Jokowi hanya bercanda. Dua hari kemudian, Wahab Romli pemilik sepeda Black Dames tahun 1940, menjelaskan bahwa sepeda yang dinaiki Jokowi pada acara Gowes Bandung Lautan Sepeda itu ada remnya.
"Kebetulan yang menyerahkan sepeda saya sendiri. Sudah saya jelaskan sistem pengereman langsung ke Pak Jokowi. Beliau paham dan langsung mencobanya," tutur pemilik sepeda, sebagaimana diberitakan Detk.Com (12/11/2018)
Tetapi candaan Jokowi dalam forum debat bahwa rantai sepeda yang dinaikinya sering putus berhasil membuat Prabowo senang. Sebab setelah berceritera tentang rantai sepedanya yang sering putus, Jokowi mengatakan," Tapi, percayalah kepada saya Pak Prabowo, bahwa rantai persahabatan kita, rantai persahabatan saya dan Pak Prabowo, yakinlah tidak akan pernah putus."
Sebelumnya, Jokowi dalam Closing statemen yang menghabiskan waktu tiga menit kurang sebelas detik dari waktu empat menit yang disediakan, menyatakan bahwa dengan debat telah timbul banyak perbedaan pendapat.Â
"Namun kita jangan pernah lupa. Bahwa yang terpenting bukanlah tentang debat. Melainkan tetang masa depan dan kesejahteraan rakyat kita Indonesia. Juga tentang memahamami dan menyayangi rakyat negara dan bangsa ini. Juga tentang mendengarkan dan mencarikan solusi bagi persoalan-persoalan bangsa ini," kata Jokowi.
Prabowo pun membalas pernyataan Jokowi dengan menyatakan bahwa dia juga tetap menjaga persahabatan dengan Jokowi. "Tapi kalau berbeda, adalah berbeda dalam masalah kenegaraan. Memang demikianlah demokrasi yang kita inginkan ialah debat. Pokoknya percayalah, Pak. Saya juga demikian. Saya hormat dengan Bapak, saya baik dengan Bapak, walaupun kita berbeda pendapat," kata Prabowo.
Sebagai sahabat, Prabowo juga sempat mengingatkan Jokowi, "Tapi maaf, Pak. Hati-hati dengan yang tadi saya sebut, Pak. Saya kenal banyak presiden, Pak. Pak Harto, saya kenal. Juga Pak Habibie. Saya sudah lama jadi orang Indonesia, terlalu banyak ABS. Tetapi, saya juga meyakinkan Bapak, tetap bersahabat. Juga tokoh-tokoh semua, sahabat saya. Mbak Mega, Mbak Yeni, Mas Pram. Kita tak akan memutus persahabatan. Kita sama-sama berjuang untuk rakyat. Biarlah rakyat menentukan yang terbaik untuk bangsa kita."
Jika Jokowi bercanda dengan rantai sepeda yang sering putus, Prabowo bercanda dengan menjelaskan perbedaan antara kultur Banyumas dan Solo. "Maaf, Pak. Suara saya ini keras. Sebab, saya ini setengah Banyumas, setengah Minahasa. Bapak kan Solo, jadi halus. Kalau Banyumas itu, Bataknya orang Jawa," kata Prabowo yang mengundang tawa karena candanya tentang Bataknya orang Jawa, yang sering diplesetkan jadi BAJA Banyumas, Batak Jawa asal Banyumas.
Negara Indonesia memiliki 714 suku. Dan Suku Jawa  merupakan suku mayoritas,  terdiri atas sejumlah sub etnis Jawa, seperti Banyumas, Bagelen, Nagarigung, Samin, Bawean, Surabaya, Tengger, Osing, dan lainnya lagi. Kita memang berbeda-beda suku, agama, dan kepercayaan.Â
Tetapi kita semua bersahabat dan diikat oleh ideologi yang sama, Pancasila. Dan kita sedang belajar berdemokrasi melalui debat capres-cawapres sebagai cara menjelaskan visi dan misi masing-masing calon kepada rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih.[03/04/2019]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H