SERI 78
“Nduk Dewi, bisa terus dilanjutkan gambaran strategi perang yang kelak harus dilaksanakan. Soal pembentukan pasukan gabungan Kadipaten Pasirluhur-Dayeuhluhur, Kanjeng Ramamu pasti setuju. Demikian pula soal panglima perang yang Nduk Dewi usulkan,” kata Kanjeng Ayu Adipati yang ternyata mengikuti dengan cermat semua hal yang dibicarakan dalam pertemuan itu.
”Betul, Kanda Adipati?” tanya Kanjeng Ayu Adipati pada suaminya.
Kanjeng Adipati yang memimpin rapat dan duduk di samping Kanjeng Ayu Adipati sambil tersenyum langsung membenarkan kata-kata istrinya.
“Kalau begitu Dewi lanjutkan. Sekarang tentang pasukan pendukung sektor barat dan sektor timur,” kata Sang Dewi melanjutkan.
“Kadipaten Pasirluhur harus menyiapkan dua pasukan untuk menjepit pasukan Nusakambangan. Pasukan penjepit pertama adalah pasukan yang didatangkan dari arah barat. Pasukan ini bisa dipasok dari Kadipaten Dayeuhluhur. Komandan perangnya usul Dewi, Dinda Wirapati. Mengingat Dinda Wirapati banyak mengetahui kekuatan dan kelemahan prajurit Nusakambnagan, Dinda Wirapati Dewi usulkan juga merangkap menjadi Wakil Kanda Kamandaka.
“Pasukan penjepit kedua adalah pasukan yang didatangkan dari arah Rawalo, arah timur. Siapakah yang akan ditunjuk Kanda Kamandaka mejadi komandan pasukan sektor timur? Tumenggung Maresi? Katanya sakit-sakitan. Paman Patih sudah terlalu tua. Kanjeng Rama, Paman Adipati Dayeuhluhur dan Paman Patih cukup sebagai Dewan Penasihat Perang saja. Ada usul Kanda Kamandaka?” tanya Sang Dewi.
Raden Kamandaka diam sejenak. Akhirnya dapat ide juga.
“Kanda usulkan, Dimas Arya Baribin,” kata Raden Kamandaka.
“Siapa Arya Baribin?” tanya Sang Dewi.
“Dia sahabat Kanda. Dinda Silihwarna juga sudah kenal. Dimas Arya Baribin ini seorang ksatria Majapahit yang melarikan diri karena dikejar-kejar prajurit Kediri. Sebenarnya dia punya ilmu bela diri yang cukup baik juga. Kini mendapat perlindungan dari Ki Demang Kejawar. Dia bermaksud mengabdikan diri untuk kepentingan Pasirluhur dan Pajajaran,” kata Raden Kamandaka menjelaskan.