Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Kisah Cinta Dewi Cipta Rasa - Raden Kamandaka (05)

21 Mei 2014   13:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(05)

“ Aduh, Ayahanda, ampunilah Ananda. Memang benar Ayahanda, di Kerajaan Pajajaran banyak wanita yang cantik-cantik. Bukan hanya para putri adipati saja. Bahkan wanita anak orang kebanyakan pun banyak yang cantik-cantik Ayahanda. Tetapi Ayahanda, Ananda Banyak Catra masih terus mencari dan terus mencari. Hanya saja moham ampun Ayahanda, ternyata apa yang Ananda cari beluma juga Ananda temukan. Mungkin Hyang Widhi masih menyembunyikan calon pendamping hamba itu, Ayahanda. Karenanya, Ananda Banyak Catra mohon ampun”.

“ Hem, gadis macam apakah yang engkau rindukan, Banyak Catra?” ujar Sri Baginda Raja Prabu Siliwangi,” Mustahil ada gadis yang bakal menolak lamaranmu. Engkau bukan hanya tampan dan cakap, tubuhmu pun kekar . Engkau pun pandai, cekatan, tangkas, menguasai berbagai ilmu baik ilmu pemerintahan, kepemimpinan, ketangkasan berperang dan ilmu kanuragan dan kekebalan. Engkau adalah gambaran seorang Ksatria Pajajaran yang ideal yang pantas jadi suri tauladan adik-adikmu dan para pemuda Kerajaan Pajajaran lainnya. Aku mendengar pula, Engkau bukan hanya pandai menggunakan tombak, pedang, dan panah. Tetapi Engkau juga ahli dalam menggunakan senjata pendek kujang yang merupakan senjata khas Kerajaan Pajajaran. Engkau pun pintar menunggang kuda. Makanya Ayahandamu ini heran, kenapa Engkau belum juga mendapatkan gadis calon pendampingmu?.”

Raden Banyak Catra diam saja, tetapi akalnya terus berputar. Dia sedang mencoba mencari dan merangkai kata-kata yang tepat, agar ayahandanya tidak menjadi murka. Lagi pula apa yang dipikirkannya dan dikehendakinya tidak disalah pahami dan kurang dimengerti oleh ayahnya. Akhirnya Banyak Catra menjelaskan persoalan sulit yang sedangdihadapinya, ialah menemukan gadis calon pendamping hidupnya.

“Aduh, Ayahanda, ampun beribu-ribu ampun Ayahanda. Sesungguhnya Kerajaan Pajajaran yang makmur, aman dan sejahtera ini, tidak kekurangan gadis-gadis cantik. Ananda sudah berkelana, dari kadipaten ke kadipatenyang ada di wilayah Pajajaran, khususnya yang berada di sisi barat Cisadane, di sisi barat Ciliwung dan sisi timur Ciliwung, di sisi timurCitarum sampai Sungai Cimanuk, bahkan sampai Sungai Citanduy. Hanya Kadipaten yang berada di sisi timur Citanduy yang belum sempat Ananda datangi, Ayahanda. Tetapi gadis yang jadi idaman Ananda,belum juga Ananda temukan.”

“ Lho, gadis cantik seperti apa yang kamu cari?”

“ Ampun, Ayahanda. Gadis cantik yang Hamba cari-cari dan menjadi dambaan dan idaman hati adalah gadis cantik yang wajahnya mirip wajah Ibunda, Ayahanda”.

“ Ee Jagad Batara!. Banyak Catra,sudah barang tentu Engkau mencari gadis yang sulit ditemukan. Hanya apabila Hyang Widhi yang menghendaki, Engkau memang akan mendapatkan gadis idaman hatimu itu. Banyak Catra, memang mendiangIbumu adalah wanita yang cantik jelita. Kecuali jika ibumu putri kembar, maka akan ada wajah wanita yang mirip Ibumu. Lagi pula Banyak Catra, pikirkanlah baik-baik dan gunakan kecerdasanmu. Andaikata semua pemuda mempunyai cita-cita sepertiEngkau,pastilah akan banyak pemuda yang bakal kesulitan mencari istri. Engkau harus membuang jauh-jauh keinginan seperti itu, Banyak Catra”

Sri Baginda Sang Prabu Siliwangi diam sejenak. Dipandangnya seluruh punggawa yang duduk dihadapannya, mulai dari barisan yang ada di deretan sebelah kanan, terus ke belakang. Kemudian pandangannya diarahkan ke deretan sebelah kiri, juga terus ke belakang. Semua punggawa duduk dengan taksim, ikut mendengarkan kata-kata Sri Baginda yang ditujukan kepada putra sulungnya, Banyak Catra. Akhirnya pandangan Sri Baginda Prabu Siliwangi kembali diarahkan kepada putra putrinya yang duduk di deretan paling depan menghadap raja.

“Leluhur kita orang Sunda pada jaman dahulu , sudah memberikan petunjuk dan pedoman bagaimanana ciri-ciri dari seorang wanita yang baik untuk dijadikan istri calon pendamping hidup. Tidak ada petuah leluhurmu yang menyebutkan bahwa wanita sejati ataupun istri sejati, ialah istri yang wajahnya mirip ibu sang ksatria. Wanita sejati idaman setiap ksatria di Tatar Sunda ialah wanita yang memiliki beberapa sifat. Pertama wanita itu harus pandai merawat dirinya agar selalu elok dipandang. Wanita yang pandai merawat dirinya itu akan selalu bisa menjaga wajah, rambut, kulit dan seluruh tubuhnya, sehingga ia akan selalu tampil cantik, menyegarkan bila dipandang dan membuat suami selalu ingin berdekatan dengannya. Itu yang sering disebut oleh para leluhur kita sebagai batur sasumur. Batur disini artinya adalah teman, teman dekat, teman sehidup semati atau teman dalam membangun suatu rumah tangga. Sumur itu adalah tempat untuk mandi dan mencuci. Arti mandi disini adalah menjaga kebersihan tubuh agar tetap bugar dan cantik. Kedua, wanita itu harus pandai memasak. Sekalipun punya pembantu, seorang istri itu harus pandai memasak. Sebab semua suami pasti senang, bila istrinya pandai memasak. Janganlah Engkau pilih, wanita yang tidak bisa atau tidak pandai memasak.Itu lah yang disebut dengan batur sadapur. Dapur itu adalah tempat seorang istri membuat dan mengolah aneka macam masakan untuk keperluan yang dibutuhkan seluruh anggota rumah tanggga.Wanita Sunda pada umumnya bukan hanya pandai memasak. Tetapi mereka juga pandai menenun, menjahit dan membuat pakaian. Ketiga, seorangistri itu harus bisa membahagiakan suami diatas peraduan. Seorang istri yang pandai bercinta diatas peraduan, akan membuat seorang suami betah tinggal di rumah bersama istri tercintanya yang pandai bermain asmara. Inilah yang disebut dengan batur sakasur dalam budaya Sunda. Batur sakasur, juga mengandung makna, bahwa seorang istri, harus bisa memberikan keturunan. Tentu akan mengurangi kebahagiaan suatu rumah tangga, apabila seorang istri tidak bisa memberikan keturunan kepada suaminya. Keempat, seorang istri itu, harus pandai mengasuh anaknya dengan cara memberikan pendidikan dan tuntunan kepada anaknya, terutama tuntunan yang berkaitan dengan budi pekerti dan akhlak. Termasuk kedalam cara mengasuh anak adalah merawat bayi sejak lahir dengan memberikan air susu yang cukup kepada anaknya. Istri yang tidak mau menyusui bayinya sendiri, jelas bukan seorang istri yang baik. Inilah yang disebut dengan batur salembur.Artinya seorang istri harus bisa mendidik anak agar bisa hidup ditengah-tengah masyarakatnya, ikut menjaga dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang berlaku pada masyarakat disekitarnya. Banyak Catra, renungkanlah apa yang kukatakan. Itulah pedoman dari leluhurmu bagaimana caranya Engkau akan memilih seorang istri pendamping hidupmu. Pilihlah jalan yang sesuai dengan tuntunan adat, tradisi, budaya dan agama. Dan jangan memilih jalan yang pada akhirnya akan mempersulit dirimu sendiri”.

Diam-diam sebenarnya Sri Baginda Raja memuji keinginan putranya Banyak Catra. Sebab memang ibunya Banyak Catra yang merupakan permasuri pertama Sri Baginda itu adalah wanita yang sangat memenuhi kriteria sebagai wanita idaman setiap ksatria. Andaikata Mawar Galuh yang gugur di Bubat, Dyah Pitaloka masih hidup dan dipersandingkan dengan permaisuri Sri Baginda, nistaya keduanya bagaikan pinang dibelah dua. Wajar saja sebenarnya, jika anaknya mendambakan seorang wanita yang kecantikannya mirip ibunya. Sebab wanita yang cantik jelita demikian, sukar didapat. Adakah permasuri pertama yang cantik jelita itu adalah penjelmaan atau inkarnasi dari Dyah Pitaloka, Mawar Galuh yang membuat paraadipati dan raja muda se tanah Jawa ingin memetiknya?. Setelah permaisuri pertama mangkat, kepada wanita managerangan sukma Dyah Pitaloka itu akan berinkarnasi?. Sayang sekali para Brahmana, para Ajar dan para Wiku yang cerdik pandai dan bijaksana pun, tidak mampu menjelaskannya. Seketika Sri Baginda Prabu Siliwangi tersentak dari lamunannya, saat mendengar putra sulungnya Banyak Catra berkata :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun