Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapakah Satrio Piningit, Jokowi atau Prabowo?

24 Mei 2014   08:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam gelanggang pilpres 2014 untuk memperebutkan jabatan presiden dan wakil presiden, siapakah diantara kandidat capres yang siap turun ke gelanggang panggung politik kampanye pilpres, yang menurut persepsi budaya Jawa, layak disebut Satrio Piningit?. Jokowi atau Prabowo?.

Satrio Piningit sebenarnya merupakan konsep mitos orang Jawa dalam menetapkan seseorang yang akan muncul sebagai penguasa, kepala pemerintahan raja atau presiden. Satrio Piningit itu tidak harus trah raja. Orang biasa pun bisa terpilih menjadi Satrio Piningit. Orang Jawa percaya pada konsep wahyu, yang berbeda dengan konsep wahyu dalam agama-agama Samawi. Ada beberapa jenis wahyu dalam alam gagasan orang Jawa. Salah satu wahyu yang dicari oleh para calon raja ialah wahyu kepemimpinan atau wahyu kedaton.Dalam khasanah pewayangan, sering disebut wahyu Cakraningrat atau Wahyu Makuta Rama.

Seorang ksatria atau siapa saja yang dipilih oleh alam semesta akan menjadi raja, dia akan didatangi wahyu kepemimpinan tadi. Orang yang demikian itulah yang disebut Satrio Piningit. Jadi Satrio Piningit itu adalah orang yang mendapatkan wahyu kedaton, karena dipilih dan mendapat anugerah dari Yang Maha Kuasa. Disebut Piningit, karena dia disembunyikan oleh Yang Maha Kuasa, sedangkan orang biasa tak akan bisa mengetahuinya.

Dalam alam gagasan orang Jawa, sebenarnya berlaku konsep demokratis juga. Siapa saja sebenarnya bisa jadi Satrio Piningit. Para ksatria Jawa yang berminat menjadi Satrio Piningit itu harus mau bersusah payah untuk memperebutkan wahyu kedaton . Hanya mereka yang mau bersusah payah dan mendapatkan anugerah Yang Maha Kuasa itu lah yang akan terpilih menjadi Satrio Piningit. Tanda-tandanya ialah wahyu kedaton tadi akan masuk ke dalam tubuh Satrio Piningit tadi, sehingga wajahnya akan memiliki apa yang dikenal sebagai aura . Jadi dalam konsep budaya Jawa, stok Satrio Piningit itu banyak. Dan dari yang banyak itu alam semesta akan memilih salah satu. Tentu saja yang akan dipilih oleh wahyu kedaton yang merupakan representasiThe Invisibel Hand itu, adalah Satrio Piningit yang paling baik. Yakni yang bisa membawa negara atau kerajaan kearah kemakmuran atau zaman keemasan atau pun yang mampu mengatasi krisis masyarakat.

Pada masa penjajahan dulu, orang terpukau dengan gaya pidato Bung Karno yang orisinil, energik, membangkitkan semangat, belum pernah ada sebelumnya orang semuda Bung Karno yang bisa tampil memukau berpidato di depan massa. Dalam waktu singkat Bung Karno dipercaya oleh pribumi Jawa yang saat itu terjajah, bahwa Bung Karno adalah Satrio Piningit yang dipilih oleh Yang Maha Pencipta, untuk membebaskan pribumi Jawa dari penjajahan bangsa Belanda. Ramalan Orang Jawa, terbukti. Karena Bung Karno kemudian menduduki kursi Kepresidenan NKRIkurang lebih 21 tahun(1945-1966).

Pada tahun 1965, meletuslah pemberontakan G.30.S yang diduga kuat digerakkan oleh orang-orang PKI. Bung Karno yang pada saat itu posisinya sangat kuat, karena dia adalah Mandataris MPRS dan Presiden seumur hidup, dituntut oleh rakyat agar membubarkan PKI yang saat itu dianggap sebagai biang kerok rusaknya perekonomi rakyat. Inflasi membumbung sampai 600 %, minyak tanah antri, beras melambung, harga-harga mencekik rakyat, ditengah-tengah ekonomi yang nyaris membangkrutkan NKRI itu, tentara masih harus perang melawan Malaysia. Ditambah lagi terjadi penculikan jendral-jendral AD yang merupakan rival PKI, karena AD gigih menentang pembentukan Angkatan ke-5 dan rakyat dipersenjatai yang di gagas PKI. Tentu saja PKI jadi tertuduh. Rakyat marah. Bung Karno diminta membubarkan PKI. Bung Karno tidak bersedia memenuhi kehendak kawulanya. Maka wahyu kedaton yang bersemayam di tubuh Bung Karno, keluar meinggalkannya. Melayang-layang diangkasa mencari Satrio Piningit baru. Tanda-tanda kejatuhan Bung Karno sudah tampak di depan mata, sejak Bung Karno tidak mau membubarkan PKI. Ternyata Pak Hartolah yang berani mengambil inisiatif membubarkan PKI. Dengan demikian wahyu kedaton telah masuk bersemayam di dalam diri Pak Harto. Pak Harto jadi Satrio Piningit, maka kursi kepresidenan NKRI berhasil di dudukinya, selama lebih dari tiga dasa warsa atau 32 tahun ( 1966- 1998 M). Kepercayaan orang Jawa bahwa Pak Harto saat itu adalah Satrio Piningit yang mendapatkan wahyu kedaton, adalah karena Pak Harto sebenarnya hanya berasal dari keluarga petani yang sederhana saja. Tetapi Bu Tien adalah wanita berdarah biru dari Kraton Mangkunegaran. Oleh karena itu wahyu kedaton relatip betah bersemayam di tubuh Pak Harto, karena faktor Ibu Tien. Itulah sebabnya, Pak Harto menampilkan gaya kepemimpinan model yang lebih Jawa, dibanding Bung Karno. Pak Harto mengidentifikasikan dirinya dengan Sultan Agung Mataram yang berkuasa selama 32 tahun(1613- 1645). Obsesi Pak Harto memang berkuasa menyamai rekor Sultan Agung Mataram. Dan obsesi Pak Harto itu, telah tercapai. Itu sebabya pada tgl.21 Mei 1998, dengan ikhlas Pak Harto lengser keprabon. Sebagai Orang Jawa, Pak Harto sebenarnya tahu, begitu Ibu Tien wafat, wahyu kedatonnya sudah pergi melayang-layang dari dirinya entah kemana, mencari seorang Satrio Piningit pengganti Pak Harto. Karena itu, beberapa kali Pak Harto sudah mau mundur.Tapi Golkar terus-menerus memilih Pak Harto. Bahkan pada Sidang MPR 1998 , Pak Harmoko masih minta Pak Harto menjadi Presiden. Karena wahyunya Pak Harto sudah lama pergi, maka Pak Harto tidak lagi mampu mengatasi krisis ekonomi yg berupa melonjaknya kurs dollar yang menghempaskan rupiah ketitik terendah. Pak Harto pun lengser, setelah di demo oleh para Mahasiswa yang menduduki gedung MPR/DPR di Senayan.

BJ.Habibie naik sebagai Presiden. Tapi karena bukan orang Jawa, wahyu kedaton tadi, singgah sih singgah ke Pak BJ.Habibie, karena ibunya Pak BJ.Habibi adalah orang Jawa. Tapi ya itu wahyu tadi cuman sebentar. Gus Dur naik jadi Presiden. Sayangnya Gus Dur itu cacad. Padahal Wahyu kedaton dalam persepsi orang Jawa itu agak manja. Dia gak suka kepaada Satrio Piningit yang cacad jasmani. Maka wahyu kedaton mampir ke tubuh Gus Dur juga hanya sebentar. Presiden Megawati naik. Karena wanita, wahyu kedaton juga gak betah. Tidak ada Raja Jawa yang wanita. Memang di Majapahit dulu ada Ratu wanita Tribuana Tungga Dewi (1328-1351 M), Ibunya Hayam Wuruk. Tetapi dia di dampingi oleh Maha Patih Gajah Mada yang perkasa. Dalam alam gagasan orang Jawa, sebenarnya wahyu kedaton pada saat itu, ada pada diri Gajah Mada, bukan pada Ratu Tri buana Tungga Dewi. Makanya Presiden Megawati tidak lama jadi Presiden. Megawati walaupun maju beberapa kali jadi cawapres juga tidak akan jadi, karena tradisi wahyu kedaton, hanya mau mendekat kepada Satrio Piningit, yang berarti harus laki-laki, bukan wanita. Lagi pula Taufik Kiemas, bukan orang Jawa. Makanya wahyu kedaton gak betah lama-lama disamping Megawati.

Lalu Presiden Yudhoyono, naik menggantikan Megawati. Orang Jawa sudah lama menduga, lihat SBY yang handsome itu, pastilah dia akan disambangi oleh wahyu kedaton. Nyatanya wahyu kedaton betah mendampingi SBY, hingga SBY walaupun sering bikin kesel publik karena klemar-klemer alias lambat dalam mengambil keputusan, toh mampu menduduki kursi kepresidenan NKRI, selama dua periode. Sekarang ini wahyu kedaton dalam persepsi orang Jawa itu, sudah tahu diri. Setelah periode jabatan yang kedua, wahyu kedaton atau wahyu kepresidenan itu, sudah berkemas-kemas siap untuk pergi. Dan sekarang memang sudah pergi. Lihat saja wajah SBY dilayar kaca, tidak secerah ketika baru terpilih jadi Presiden. Sekarang ini konon wahyu kedaton atau wahyu kepresidenan itu sedang melayang-layang masih mikir-mikir, akan milih siapa ya: Jokowi atau Prabowo?. Dia masih mikir-mikir sampai tanggal 9 Juli 2014. Menurut anda siapa sih calon yang akan kejatuhan sampur, didatangi wahyu kedaton atau wahyu kepresidenan.Jokowi atau Prabowo?. Tentu saja terserah Sang Wahyu, suka-suka dia lah….he..he (A.Hadja-24-05-2014).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun