SERI 59
“Adindaku yang minta kakanda mendaki sampai puncak ke delapan, bukan? Lagi pula kakanda ingin Adindaku punya delapan anak, apakah Adindaku keberatan?”
“Sama sekali tidak. Baiklah kalau begitu, Kakanda.” katanya. Lalu jari-jari yang lembut itu menekan, memijit, memijat dan membuat beberapa kali pusaran di titik simpul energi ke tujuh dan ke delapan yang ada di sekitar pinggang. Tak lama kemudian gairah Sang Raja mulai bangkit lagi. Simpul energi cinta telah terbuka dan siap dilepaskan. Sang Raja mulai merasakan gairah asmaranya bekobar-kobar kembali. Demikian pula energi vitalitasnya dirasakannya telah pulih. Sebuah keinginan yang aneh dan tak pernah dipahaminya, tiba-tiba mendesak-desak kembali dan muncul di kedalaman jiwanya. Sekalipun begitu Sang Raja merasa tidak asing lagi dengan perasaan aneh dan menggairahkan yang muncul lagi itu setelah simpul-simpul energi yang tersisa dibuka Sang Permaisuri.
“Adindaku, temani kanda melanjutkan perjalanan mendaki bukit cinta sampai ke puncak surgawi ke tujuh dan ke delapan,” kata Sang Raja setelah membalikkan tubuhnya, langsung memeluk dan mencium Ratu Ayu Niken Gambirarum.
“Dengan senang hati Kakanda, marilah,” kata Ratu Ayu Niken Gambirarum yang ahli dan menguasai seni bercinta itu. Dia tahu gairah Sang Raja untuk melakukan permainan cinta telah bangkit kembali. Maka mereka berdua pun bersama-sama mendaki bukit cinta dalam permainan asmara yang sangat indah menuju puncak surgawi. Kembali keringat Sang Raja bercucuran bercampur dengan keringat Sang Permaisuri. Nafas keduanya kembali saling berkejar-kejaran tatkala puncak keindahan dan kebahagian surgawi bukit cinta yang ke tujuh dan ke delapan berhasil dicapainya bersama-sama. Sang Raja pun jatuh terkulai dengan perasaan puas dan bahagia yang sulit diluksikan. Sang Raja jatuh terkulai di samping Sang Permaisuri.
“Adindaku, betapa hebatnya engkau, sampai aku tak berdaya begini,” kata Sang Raja merintih.
“Bukankah adinda sudah katakan, agar Kakanda jangan memaksakan mendaki puncak ke tujuh dan ke delapan?” bisik Sang Permaesuri seraya mencium pipi Sang Raja.
“Ya, tetapi aku merasakan suatu kebahagian surgawi persembahan Adinda yang sungguh hebat dan luar biasa itu. Kanda sangat puas, Adindaku sayang. Adindaku akan mengandung ke delapan anak-anak kanda kelak. Semoga Sang Hyang Syiwa mengabulkan permohanan kanda,” kata sang Raja yang tiba-tiba merasa tenggorokannya sangat haus.
“Adindaku, kenapa kanda menjadi sangat haus begini?”
“ Di dalam cangkir perak masih ada minuman, Kakanda?”