Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka (59)

24 Desember 2014   21:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:32 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SERI 59

“Adindaku yang minta kakanda mendaki sampai puncak ke delapan, bukan? Lagi pula kakanda ingin Adindaku punya delapan anak, apakah  Adindaku keberatan?”

“Sama sekali tidak. Baiklah kalau begitu, Kakanda.” katanya. Lalu jari-jari yang lembut itu menekan, memijit, memijat dan membuat beberapa kali pusaran  di titik simpul energi ke tujuh dan ke delapan yang ada di sekitar pinggang. Tak lama kemudian gairah Sang Raja mulai bangkit lagi. Simpul energi cinta telah terbuka dan siap dilepaskan. Sang Raja mulai  merasakan gairah asmaranya bekobar-kobar kembali. Demikian pula energi vitalitasnya dirasakannya telah pulih. Sebuah keinginan yang aneh dan tak pernah dipahaminya, tiba-tiba mendesak-desak kembali  dan muncul di kedalaman jiwanya. Sekalipun begitu  Sang Raja merasa tidak asing lagi dengan perasaan aneh dan menggairahkan yang  muncul lagi itu setelah simpul-simpul energi yang tersisa dibuka Sang Permaisuri.

“Adindaku, temani kanda melanjutkan perjalanan mendaki bukit cinta sampai ke puncak surgawi ke tujuh dan ke delapan,”  kata Sang Raja setelah membalikkan tubuhnya, langsung memeluk dan mencium Ratu Ayu Niken Gambirarum.

“Dengan senang hati Kakanda, marilah,” kata Ratu Ayu Niken Gambirarum yang ahli dan menguasai seni bercinta itu. Dia tahu gairah Sang Raja untuk melakukan permainan cinta telah bangkit kembali. Maka mereka berdua pun  bersama-sama mendaki bukit cinta dalam permainan asmara yang sangat indah  menuju puncak surgawi. Kembali keringat Sang Raja bercucuran bercampur dengan keringat Sang Permaisuri. Nafas keduanya kembali  saling berkejar-kejaran tatkala puncak keindahan dan kebahagian surgawi bukit cinta yang ke tujuh dan ke delapan berhasil dicapainya bersama-sama. Sang Raja pun jatuh terkulai dengan perasaan puas dan bahagia yang sulit diluksikan. Sang Raja jatuh terkulai di samping Sang Permaisuri.

“Adindaku, betapa hebatnya engkau, sampai aku tak berdaya begini,” kata Sang Raja merintih.

“Bukankah adinda sudah katakan, agar Kakanda jangan memaksakan mendaki puncak ke tujuh dan ke delapan?”  bisik Sang Permaesuri seraya mencium pipi Sang Raja.

“Ya, tetapi aku merasakan suatu kebahagian surgawi persembahan Adinda  yang sungguh hebat dan luar biasa itu. Kanda sangat puas, Adindaku  sayang. Adindaku  akan mengandung ke delapan anak-anak kanda kelak. Semoga Sang Hyang Syiwa mengabulkan permohanan kanda,” kata sang Raja yang tiba-tiba merasa tenggorokannya sangat haus.

“Adindaku, kenapa kanda  menjadi sangat haus begini?”

“ Di dalam cangkir perak masih ada minuman, Kakanda?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun