“Ya itulah. Sayangnya Kanjeng Adipati sendiri gemar berburu. Hutan itu adalah salah satu hutan yang menjadi kegemaran Kanjeng Adipati untuk berburu binatang buas,” kata Rekajaya menyesalkan Kanjeng Adipati Kandhadaha yang memiliki kebiasaan berburu. ”Tentu saja rakyatnya lalu ikut-ikutan.”
“Kalau begitu ada jalan menuju hutan itu?”
“Betul Raden, tapi kita harus memutar ke selatan sana mengikuti jalan ini, nanti ada jalan ke kiri menuju hutan itu.”
“Apakah Jalan memutar tidak terlalu jauh dari sini? Untuk mempercepat menuju hutan itu, kita sebaiknya membuat jalan terobosan melewati padang ilalang lurus ke arah hutan di timur laut itu, Kakang.”
“Liwat tengah-tengah padang ilalang, Raden? Bagaimana kalau di tengah sana ada lumpur, ada ular, ada harimau? Kita akan mudah diterkam jika ada harimau hutan yang melihatnya,” kata Rekajaya setengah keberatan, bila harus menerobos padang ilalang yang sangat luas itu.
“Putra Sungai tak pernah takut membuat jalan terobosan. Jangan takut dengan binatang buas, Kakang. aku punya mantra Ciung Wanara yang bisa menjinakkan binatang apa saja, termasuk binatang buas,” kata Raden Kamandaka meyakinkan.
“Oh, iya. Hamba lupa, Raden. Kapan hamba diajari mantra itu? Bukankah dahulu Raden pernah berjanji akan mengajari hamba mantra penjinak bintang?”
Raden Kamandaka tertawa mendengar Rekajaya menagih janjinya untuk mengajari mantra penjinak binatang buas.
”Masalahnya sebenarnya begini, Kakang. Pertama, aku belum mendapat ijin dari guruku untuk mengajarkan mantra tadi kepada orang lain. Kedua usia Kakang sudah lewat 30 tahun, tidak mudah untuk mempelajari jurus-jurus moyet putih. Padahal mantra tadi bagian dari padanya. Ketiga, Kakang sebaiknya kelak memusatkan diri mengembangkan bisnis Nyai Kertisara saja. Lagi pula jika dewa mengijinkan, dan Kakang jadi memperistri Khandeg Wilis, toh tidak diperlukan mantra untuk menjinakkan Emban Khandeg Wilis, bukan?” kata Raden Kamandaka, memberi alasan sambil tersenyum. Di ujung kalimat, dia menggoda Rekajaya.
“Ah, Raden ada-ada saja. Soalnya bukan itu Raden. Alangkah baiknya kalau ilmu tadi bisa disebarkan dan diwariskan kepada penduduk Kadipaten Pasirluhur. Pasti akan banyak manfaatnya.”(bersambung)